Bab 2

Sejak pagi-pagi sekali,Yumna sudah sibuk,menyiapkan bekal untuk ketiganya yang akan pergi ke kota,mengantar,Andia.

Hari ini,Andia akan berpisah sementara dengan kedua orang tuanya,untuk melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi.

"Nak...."Yumna mengetuk pintu kamar putrinya.

Andia yang masih tertidur,terbangun,karena samar-samar mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.

Dengan langkah gontai,Andia bangun dan berdiri dari tempat tidurnya,berjalan ke arah pintu kamarnya,dan membuka pintu tersebut.

"Iya,Bu...."Jawab Andia lirih,sembari mengucek salah satu matanya.

"Ayo sarapan dulu,Nak,ayah udah nunggu di dapur,"ucap,ibu Andia.

Keduanya pun berjalan bersama-sama ke arah dapur mereka.

Saat melihat putrinya datang,Dev berdiri dari duduknya,dan menarik kursi untuk,Andia duduk.

Yumna tersenyum melihat hal tersebut,semenjak,Andia lahir,Dev melimpahkan banyak perhatian dan cinta untuk putri mereka.

Meskipun,karena hal tersebut,Dev terkadang lupa,melakukan hal yang sama untuk,Yumna,tetapi Yumna tidak pernah merasa kehilangan perhatian dari suaminya tersebut.

Yumna justru sangat senang,Dev memperlakukan putrinya sama seperti mendiang ayah,Yumna,memperlakukan dirinya kala itu,layaknya seorang putri yang sangat berharga.

Terkadang,Yumna mencandai,Dev dan juga putrinya,berpura-pura merajuk dan merasa cemburu.

"Makasih,Ayah."Andia duduk di kursi,sembari tersenyum manis kepada ayahnya.

Dev membalas senyuman putrinya,sembari membelai lembut pucuk kepala putrinya tersebut.

"Siang nanti,kita berangkat ke kota yaa,semua keperluan kamu sudah siap,kan?"tanya Dev kepada putrinya.

"Udah,Yah,aku udah siapin semuanya semalam."

"Kita berangkat sama-sama pak Rama,kita numpang di mobil,pak Rama,sekalian pak Rama mengantarkan pesanan sayuran dan juga ikan segar untuk hotel di kota,"ucap Dev.

"Gak papa kan,Nak?"tanya Dev pada Andia.

"Gak papa,Ayah,kita bisa menghemat biaya untuk ke kota."Jawab Andia sembari tersenyum kepada,Dev.

Dev mengacak lembut rambut putrinya,sementara,Yumna tersenyum melihat keakraban Dev dan juga putri mereka.

Ketiganya pun menikmati sarapan pagi mereka dengan kesederhanaan,tetapi penuh dengan kehangatan karena saling mengasihi satu sama lain.

Setelah selesai sarapan pagi,mereka semua bersama-sama membagi tugas membersihkan meja makan,setiap hari,Dev selalu membantu,Yumna mengerjakan pekerjaan rumah,jika dirinya berada di rumah.

Ia tidak pernah membiarkan,Yumna kerepotan seorang diri,sementara,Andia,karena melihat contoh baik yang selalu di berikan oleh kedua orang tuanya,Andia pun selalu membantu pekerjaan rumah,tanpa di minta oleh sang ibu.

Setelah membantu ibunya mencuci piring,Andia kembali masuk ke dalam kamarnya,untuk mandi dan juga kembali bersiap-siap.

Sementara itu,Yumna,membawakan secangkir kopi ke teras rumah mereka,karena Dev sedang berada di luar,menyapu halaman kecil,rumah mereka.

"Mas...minum dulu."Yumna meletakkan segelas kopi ke atas meja kecil yang ada di di depan teras mereka.

Dev segera menyudahi kegiatannya menyapu halaman,Dev berjalan ke arah kursi yang berada di teras rumah mereka.

"Makasih,Sayang...Andia,mana?"tanya,Dev.

"Sepertinya mandi,Mas,"jawab,Yumna.

Dev menyeruput kopi buatan istrinya tersebut dengan perlahan.

"Mas...,"panggil,Yumna,lirih.

"Kenapa,Sayang?"tanya,Dev.

"Aku khawatir sama,Andia,Mas...kenapa yaa dia harus dapat beasiswa di universitas yang ada di kota."

"Aku senang,karena,Andia bisa mendapatkan kesempatan kuliah di salah satu universitas yang terkenal,tapi bagaimana kalo di sana,dia akan bertemu keluarga besar,Mas Dev."

Dev menatap lembut,Yumna,ia bisa melihat kegelisahan,Yumna.

Dev mengambil salah satu tangan,Yumna,yang terus saja meremas rok nya sendiri,Dev menggenggam lembut tangan tersebut.

"Sayang...tenang yaa,di kota ada banyak manusia lainnya,bukan hanya,Andia dan juga keluarga besar,Mas."

"Kemungkinan untuk kita bertemu mereka sangat kecil,dan lagi,kita sudah tidak pernah lagi berkomunikasi dengan mereka selama 20 tahun,kan."

"Mas rasa,meskipun bertemu,mereka tidak akan mengenali kita berdua atau,Andia."

"Kalau pun takdir menuntun kita semua bertemu kembali dengan keluarga besar,Mas,tidak ada hal yang perlu kita khawatirkan dan kita takutkan,Yumna."

"Mas pergi dari rumah,tanpa membawa harta benda dari rumah itu,Mas,tidak mencuri apapun milik mereka."

"Kamu gak perlu khawatir yaa,sekarang kita harus fokus untuk putri kita,dia pintar,Sayang...dia punya potensi untuk sukses di masa mendatang,"Dev membelai lembut tangan,Yumna.

Keduanya saling bertatapan dan tersenyum manis.

Tanpa mereka sadari,Andia ada di balik dinding yang memisahkan ruang tamu dan juga teras mereka,Andia mendengarkan percakapan kedua orang tuanya.

Andia merasa bingung dengan apa yang baru saja diucapkan oleh kedua orang tuanya,entah rahasia apa yang mereka sembunyikan dari,Andia.

Meski begitu,Andia tersenyum,karena melihat sikap ayahnya terhadap ibunya,hatinya menghangat melihat kelembutan ayahnya kepada sang ibu.

Andia tersenyum sendiri,membayangkan dirinya memiliki sosok suami,seperti sang ayah.

Andia tersadar dari lamunannya,cepat-cepat ia menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri,sembari mengetuk beberapa kali kepalanya sendiri.

Merutuki dirinya sendiri,karena menghayal terlalu jauh,sedangkan dirinya saja,baru tamat SMA beberapa bulan yang lalu,perjalanan hidup Andia masih sangat panjang.

Andia mengintip sekali lagi,ke arah sang ibu dan juga ayahnya,setelah itu,Andia kembali berjalan masuk ke dalam kamar miliknya.

"Terus,gimana dengan tempat tinggal,Andia,selama berkuliah di kota,Mas?"tanya,Yumna.

"Kamu lupa yaa,Sayang,sejak Andia bersekolah di SMP,aku mulai menabung untuk pendidikan dia sampai kuliah."

"Karena,Andia mendapatkan beasiswa untuk kuliahnya,kita bisa pake uang itu,untuk mengontrak rumah dan juga membeli beberapa keperluan dapur untuk,Andia."

"Tapi Mas,kontrakan di kota kan mahal,apa uangnya cukup?"tanya,Yumna,lagi.

"InsyaaAllah,cukup,Sayang...kita sudah mengajarkan banyak kebaikan dan kesederhanaan kepada putri kita,dia saksi perjuangan kita selama ini."

"Mas yakin,putri kita bahkan bisa jauh lebih baik dari kita berdua,dia akan bisa survive di mana pun dia berada,Sayang."

"Sebagai orang tua,kita juga harus selalu mendoakan kebaikan untuk anak kita,Mas yakin,Allah akan menjaga,Andia,untuk kita."Dev tersenyum manis,sembari memandang lembut wajah,Yumna.

Dev melepaskan genggaman tangannya dengan,Yumna,ia mengambil kembali cangkir kopi miliknya,menyeruputnya dengan perlahan,sembari memandang lurus ke depan.

Di dalam hatinya,Dev pun berdoa dan berharap,putrinya akan selalu di berikan kemudahan oleh,Allah ta'ala.

Rasanya berat untuk melepas,Andia,putri satu-satunya mereka,untuk tinggal berjauhan dari mereka berdua.

Tetapi,Dev tidak ingin menjadi ayah yang egois,Allah sudah memberikan kesempatan untuk sang putri meniti jalan menuju kesuksesan.Ia tidak ingin menahan putrinya untuk tetap berada di sisi mereka berdua.

Sekeras apapun,Dev,menahan sang putri agar terus berada di sisinya,hal tersebut akan sia-sia,karena pada akhirnya,putri kecilnya tersebut,akan menikah dan memiliki kehidupan sendiri.

Tiba-tiba hati,Dev,menjadi sakit,memikirkan putrinya akan menikah dan meninggalkan dirinya serta,ibunya,untuk hidup bersama pria asing yang akan menjadi suaminya.

Meskipun begitu,Dev selalu berdoa,putrinya akan bertemu dengan pria yang sama seperti dirinya.

Pria yang akan memperjuangkan cintanya,pria yang mengusahakan kebahagian untuk orang yang dicintainya,dengan segenap jiwa dan raga.

Pria yang tetap setia dan mau berjuang bersama dalam suka dan duka...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!