Pagi-pagi Niko sudah berada di pusat kesehatan Kota Sanan. "Ini masih terlalu pagi," keluh Niko sambil memainkan ponselnya.
"Kalau bukan karena Haris yang mengancam ku, lebih baik aku tidur di rumah saja. Sudah jam segini dia juga belum datang. Apa wanita itu lupa?" Niko berjalan ke sana-kemari seperti orang bingung.
"Maaf, Tuan. Jalannya sedikit macet," ucap Sandra baru saja tiba dengan nafas tersengal.
"Sudah, cepat masuk."
Ke dua orang itu memasuki ruang yang sebelumnya sudah di siapkan oleh dokter pribadi keluarga Aditama. Ada beberapa tes yang perlu Sandra jalani. Ini adalah sebagian dari persyaratan yang dia baca kemarin.
"Demi sesuap nasi harus sampai seperti ini," gumam Sandra pada dirinya sendiri.
"Bagaimana hasilnya?" Tanya Niko pada dokter.
"Semuanya baik. Tidak ada masalah," jawab sang dokter. Hasilnya memang menyatakan kalau kondisi Sandra sehat dan subur.
"Hanya ada sedikit masalah," lanjutnya.
Terlihat kerutan pada kening Niko. "Masalah apa?" Tanya Niko penasaran.
"Mental Nona Sandra sedang dalam kondisi kurang baik. Terlalu banyak stres tidak untuk kesehatannya. Itu juga bisa mempengaruhi kualitas ASInya," ujar sang dokter memperjelas.
"Lalu aku harus bagaimana? Apa ada hal yang bisa menyembuhkan stres?" Tanya Niko dengan bodohnya.
Dokter pun ingin tertawa keras mendengar pertanyaan laki-laki dengan tubuh atletis di hadapannya. "Kasus Nona Sandra sedikit berbeda. Anda bisa bertanya kepada orangnya apa yang dia inginkan. Saran saya, ajak dia jalan-jalan dan pergi berlibur. Itu akan memperbaiki suasana hatinya."
"Baiklah, nanti aku sampaikan kepada bos besar. Terima kasih atas bantuannya." Niko beranjak meninggalkan rumah sakit bersama Sandra.
"Aku antar kamu ke rumah utama keluarga Aditama, tapi sebelum itu kita jalan-jalan sejenak untuk menghilangkan tekanan," ujar Niko saat Sandra memasuki mobil.
"Baik, Tuan." Saat ini dirinya hanya bisa patuh dengan segala peraturan dari bosnya. Beruntung dia sudah mengganti nomer telponnya dengan yang baru. Sehingga, tidak satu orang pun di masa lalunya yang dapat menghubunginya.
"kamu simpan nomer itu. Itu nomerku, jika ada apa-apa hubungi saja."
.
.
.
Ini adalah hari pertamanya memulai bekerja. Rumah yang begitu luas namun tak nampak banyak penghuninya. Hanya ada beberapa pelayan yang terlihat berseliweran di antara ruangan. Begitu kaki Sandra melangkah memasuki ruang tamu, matanya berbinar memuja setiap arsitek bangunan dan perabotan yang ada di dalamnya.
"Ini bukan rumah lagi, kalau ini termasuk istana. Selain megah dan mewah, barang-barangnya juga tidak murah," batin Sandra menelisik setiap sudut ruangan.
"Kamu tunggu di sini dulu, aku naik sebentar," ujar Niko lalu berjalan menuju lantai atas.
Sandra pun patuh dan duduk manis di sofa empuk mengamati setiap sudut ruangan yang sangat mewah menurutnya. Perabot yang moderen dan beberapa barang antik menambah kesan tersendiri pada Sandra.
"Seandainya saja aku kaya, pasti aku bisa beli barang-barang mewah seperti ini. Sayangnya itu dulu, saat Ayah dan Ibu masih ada dan usahanya belum bangkrut," gumamnya. Sandra berjalan melihat sekeliling sambil sesekali matanya melihat ke arah atas di mana pemilik rumah ini berada.
Saat dirinya sedang asik melihat-lihat lukisan yang ada di dinding, samar-samar dia mendengar suara tangisan bayi yang tak jauh dari tempat duduknya. Naluri keibuannya pun tergugah untuk menenangkannya. Kakinya berjalan begitu saja menuju sumber suara yang terletak di dalam sebuah ruangan cukup luas dengan nuansa biru muda. Beberapa mainan juga terlihat di sana.
Sarah memasuki ruangan itu dan mencari sumber suara. Suara itu semakin kencang seakan meminta makan karena saking laparnya.
"Aduh ... manisnya." Sarah meraih bayi kecil itu penuh kelembutan.
"Kamu pasti haus, ya? Sini Tante kasih minum dulu, kebetulan tadi sudah Tante bersihkan, jadi kamu tinggal meminumnya saja," ujar Sarah begitu ramah.
Bayi mungil itu dengan lahap menyesap ASI hingga rongga mulutnya terasa penuh. "Pelan-pelan, nanti kamu tersedak. Bagaimana bisa mereka meninggalkan kamu yang lucu sendiri di kamar sebesar ini?" ujar Sandra sambil membelai kepala si bayi kecil.
Tanpa dia sadari, dari balik pintu ada beberapa pasang mata yang memperhatikannya sejak tadi. Mendengar suara tangis anaknya, Haris dan Niko berlarian turun untuk menenangkannya. Namun, siapa sangka kalau ada seseorang dengan sigap mengambil alih anaknya dan menenangkannya.
"Terima dia tanpa syarat," ucap Haris sambil berjalan pergi meninggalkan kamar anaknya untuk memberi ruang mereka berdua.
"Baik, Bos." Niko tersenyum puas. "Akhirnya bisa menemukan orang yang sesuai dengan permintaannya. Sandra, terima kasih. Kamu telah menyelamatkan nyawaku," batin Niko bahagia.
Cukup lama Sandra bersama bayi mungilnya hingga bayi kecil itu tertidur kembali. "Baik-baik, ya. Kasihan Papa kamu, biarkan dia bekerja dan kamu bermain bersama tante," ucap Sandra sebelum dia pergi.
Pelan-pelan pintu kamar tertutup rapat agar tidak ada suara bising yang mengganggunya.
"Apa sudah selesai?" ujar Niko muncul dari balik pintu besar.
"Ah, su-sudah, Tuan." Sandra terlihat bingung dengan maksud Niko.
"Bi Sari, tolong antarkan Nona Sandra ke kamarnya. Layani semua kebutuhannya dengan baik. Mulai sekarang dia yang akan menjadi ibu susu untuk Tuan Muda," ujar Niko kepada kepala maid.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments