Bab 4

Sandra," panggil wanita cantik dengan tubuh sedikit berisi.

Nampak kerutan muncul di kening cantik Sandra mencoba mengingat siapa yang ada di depannya. "Siska?" cicitnya mulai ingat.

"Aku hampir saja lupa kalau bukan karena tahi lalat di pipi kamu, Sis," ujar Sandra dengan senyum cantiknya.

"Ihhh ... kamu nggak asik, San."

"Tubuh kamu sekarang lebih berisi dari sebelumnya. Sekarang tambah cantik sampai aku tidak mengenalinya," lanjut Sandra.

"Masa, sih? Aku lebih banyak rebahan dari pada olah raga sekarang. Kerja aku juga cuma duduk aja, jadi tambah gemuk, deh."

Ke dua teman kecil itu akhirnya melanjutkan obrolan hingga ke rumah Siska yang juga tidak jauh dari tempat kos Sandra.

"Kamu tinggal di mana sekarang?" tanya Siska sambil mengambil piring untuk mereka makan.

"Tidak jauh dari sini, kok. Nanti aku ajak ke sana."

Mereka pun menikmati makanan masing dan bercerita hingga sang surya tak menampakkan sinarnya lagi.

"Besok jangan lupa dandan yang rapi, nanti aku bantu carikan pekerjaan di kantor," ujar Siska sebelum mereka berpisah.

"Ok. Aku pulang dulu."

"Sudah di bilangi tidur di sini saja, aku masih kangen."

"Maaf Sis, barang-barangku masih berserakan. Besok janji aku tidur di sini," ucap Sandra sambil membuat simpul dua jari.

"Janji, ya!"

"Hhmm .."

.

.

.

Pagi-pagi Sandra sudah cantik dengan setelan dress code formalnya. Dia juga mengoleskan make-up tipis agar nampak lebih fresh.

"Semoga berhasil," ucapnya pada diri sendiri.

Kakinya berjalan menuju rumah Siska yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya.

"Wahhhh .... cantiknya," ucap Siska begitu Sandra tiba.

"Biasa saja. Berangkat sekarang?"

"Tunggu, aku keluarkan mobil dulu. Kamu tunggu sini." Siska berjalan menuju garasi mobil yang terletak di samping rumahnya.

Tidak mewah, tapi bisa membawanya pergi kemana-mana. Dengan adanya mobil ini, dia dan Sandra tidak akan kehujanan maupun kepanasan.

"Hebat kamu, bisa punya mobil sendiri," ujar Siska kagum.

"Yang penting tidak kepanasan dan bisa antar kemana pun kamu pergi," balasnya bangga.

.

.

.

"Kamu tunggu sini, aku ke dalam sebentar," ucap Siska sebelum pergi memasuki gedung tinggi.

Kebetulan hari ini ada tes pencarian pegawai bagian kebersihan. Siapa tahu Sandra bisa lolos. Hingga tiga puluh menit lamanya, Siska masih belum kembali juga. Sarah pun keluar dari dalam mobil menunggunya di luar.

Saat dirinya baru saja melangkah keluar, dia mendengar seseorang sedang mencari ibu susu untuk bayi yang beberapa minggu lalu baru saja lahir dan di tinggal pergi sang ibu untuk selamanya.

"Baik, Bos. Segera aku carikan ibu susu untuk Tuan Muda," ucap seseorang sebelum memutus panggilannya.

"permisi, Tuan." Sandra berjalan mendekati laki-laki bertubuh tegap di depannya.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?"

"Maafkan saya karena lancang mendengarkan pembicaraan Tuan di panggilan, tadi. Tapi, kalau boleh saya mau jadi ibu susu pengganti anak yang Tuan maksud, tadi." Sandra mencoba memberanikan diri bertanya. Dia pikir lagi dari pada ASI nya terbuang sia-sia, lebih baik dia berikan pada yang membutuhkan.

Niko memperhatikan Sarah dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kalau di perhatikan dia cukup menarik, cantik dan ... berisi. Cocok dengan kriteria Haris, ini," batin Niko tersenyum senang.

"Tapi kamu harus memenuhi semua persyaratannya," ujar Niko.

"Syaratnya apa saja?"

"Kamu bisa ikut saya dulu, nanti saya jelaskan di kantor." Niko pun mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia kembali menaiki lift menuju ruangannya.

Sedangkan Siska baru saja keluar dan mencari temannya yang tidak ada di mobil. "Kemana dia? Jangan-jangan nyasar, lagi," cicit Siska kebingungan.

Sarah berjalan memasuki ruangan Niko yang cukup luas menurutnya. Dari sana terlihat pemandangan kota yang sangat indah. "Kalau malam pasti sangat cantik," gumam Sandra sambil memperhatikan sekeliling.

"Duduklah."

"Terima kasih," balas Sandra menduduki kursi empuk di depan meja kebesaran Niko.

Terlihat Niko sedang mencari sesuatu dan menaruhnya di atas meja. "Kamu bisa membaca semua persyaratan ini," ujar Niko memberikan map coklat berisi persyaratan kerja.

Bola mata Sarah hampir lepas dari tempatnya tatkala dia membaca baris pertama. "Persyaratan macam apa ini? Aku pikir cuma menyusui saja, lah ini ada tugas lain juga. Menyiapkan kopi saat bos pulang kerja, jangan terlalu dekat-dekat karena bos tidak suka wanita penggoda, harus selalu tampil cantik dan bersih meski berada di rumah. Ini cari pegawai apa mau seleksi istri?! Ada-ada saja persyaratan orang kaya," batin Sandra.

"Bagaimna? Apa kamu tertarik?" Tanya Niko memastikan.

"Tertarik," jawab Sandra mantab. Kemana lagi dia harus mencari kerja dengan gaji tinggi. Belum lagi dia bisa menikmati fasilitas yang sudah di sediakan di sana. Selain mendapatkan makan, dia juga mendapatkan bonus tambahan jika bekerja dengan baik.

"Tanda tangani ini, besok bisa mulai bekerja."

"Ini nggak perlu surat lamaran kerja, Tuan?" tanya Sarah memastikan.

"Tidak."

Wanita berwajah oval itu kebingungan. Padahal semua tempat yang dia datangi memerlukan surat lamaran kerja dan latar belakang pendidikan yang tinggi. "Apa mereka tidak takut kalau aku penyakitan? Atau bisa saja aku bawa kabur bayi itu, sebagai ganti anakku," batin Sandra.

Akhirnya Niko berhasil menemukan wanita seperti yang bosnya mau. "Besok kita pergi ke rumah sakit memastikan kesehatanmu, sekalian pemeriksaan lainnya," ujar Niko tiba-tiba.

"Harus ke rumah sakit juga, ya? Saya kira nggak perlu tadi," ujar Sandra.

"Tentu saja. Itu semua demi keamanan Tuan Muda."

Terdengar helaan berat dari nafas Sarah. "Baru juga aku membatinnya," gumamnya.

Selesai menandatangani kontrak, Sandra kembali ke parkiran mobil temannya.

"Maaf," ucap Siska begitu dia bertemu dengan Sandra.

"Nggak usah di pikirin, lagian aku juga sudah dapat kerja. Beruntung tadi aku nggak ikut kamu naik, kalau tidak aku nggak akan dapat pekerjaan ini," ujar Sandra. Dia sudah tahu apa yang akan Siska bicarakan. Di lihat darai wajahnya saja nampak begitu sedih.

"Memangnya kerja apa?" tanya Siska penasaran.

"Jadi ibu susu."

"Hah! Apa?! Jadi ibu susu? Ibu susu buat anak orang maksud kamu?" tanya Siska dengan nada tinggi. Dia tidak habis pikir dengan jawaban Sandra temannya.

"Iya, memang anak hewan, apa!" kini giliran Sandra yang ngegas.

Siska hanya geleng-geleng kepala menanggapi jawaban Sandra. "Tapi itu bukan anak kamu. Apa nggak risih?"

"Nggak lah, malah lebih baik aku berikan sama anak yang membutuhkannya dari pada terbuang sia-sia. Besok aku mulai kerja, sekarang aku mau pulang dulu. Kamu masuk saja, biar aku naik angkutan umum."

"Kamu tahu jalannya?"

"Tahu-lah. Sudah masuk sana." Sandra mendorong tubuh temannya untuk masuk kembali.

Sandra pergi meninggalkan Siska yang masih terbengong di area parkir kantornya. Siska tidak habis pikir dengan jawaban Sandra yang begitu enteng nya tanpa beban.

"Maafkan aku, Sis. Aku butuh banyak uang untuk bertahan hidup. Aku juga butuh banyak uang untuk merebut kembali aset keluargaku yang di ambil ibu mertua ku," batin Sandra. "Maafkan mama ya, Nak. Mama akan memberikan ASI ini untuk anak lain yang membutuhkannya. Maafkan mama yang tidak bisa menjagamu dengan baik," batin Sandra lagi. Hatinya begitu sedih, hanya saja semua itu dia tutupi dengan ketegaran dan senyum indahnya agar tidak semua orang tahu bahwa jiwanya sangat rapuh.

Terpopuler

Comments

panjul man09

panjul man09

tolong penulisan nama jangan salah , dan jangan sering salah biar gak bingung bacanya

2025-07-28

0

Evi Lusiana

Evi Lusiana

kok niko gk tany knp Sandra bs ngluarin asi ny

2025-07-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!