Dua Wajah, Satu Cinta Tuan Muda Yang Nyaris Sempurna

Di suatu rumah mewah, di pusat kota.

Alan baru saja bangun.

Membuka jendela

Menghirup udara

Alan

Wah.. Udara di kota ini..

Alan

Penuh dengan polusi

Alan

(batuk)

Alan bisa di katakan nyaris sempurna.

Parasnya tampan

Bibir kemerahan

Senyum menawan

Kaya raya

Pintar

Menjadi seorang Direktur Utama di perusahaan Ayahnya

Dan, anak tunggal

Dia sangat menyukai musik dan alatnya

Di ruang tengahnya terdapat sebuah piano yang mewah

Setiap pagi ia mainkan

Seperti sekarang

Alan

Pak, Hans..

Alan

Bagaimana permainan pianoku?

Alan

Semakin bagus, kan?

Hans

(Tersenyum)

Alan

Ah.. Aku tidak sabar untuk memainkannya di depan Luna

Alan

Bagaimana, menurutmu Pak Hans?

Hans

( Diam )

Alan

(Mengernyitkan dahi)

Alan

(Berdiri)

Alan

(Mendekati Hans)

Alan

(Menjentikkan jari)

Hans

Ah, Tuan.. Iya?

Alan

Hei, kamu nggak dengar aku ngomong dari tadi?

Hans

Oh, maaf Tuan

Hans

Saya sedang membaca jadwal Anda hari ini

Alan

Jadwal membosankan itu buang saja

Alan

Aku tidak suka

Hans

Ini bukan tentang tidak suka atau suka

Hans

Tapi, tanggung jawab

Alan

(Mendesah berat)

Alan

Seharusnya, dia yang mengerjakan semuanya

Alan

Kenapa harus aku?

Hans

Oh, Maksud Anda Tuan Alex?

Alan

Jangan panggil namanya di depanku

Alan

Aku tidak suka

Alan

(Berbalik badan)

Hans

(Melepaskan penyumbat telinga dengan buru-buru)

Alan

Ah, benar

Alan

Kamu belum jawab pertanyaanku tadi?

Alan

(Menghadap Hans)

Hans

Pertanyaan yang mana?

Alan

Bagaimana, kalau aku memainkan piano untuk Luna?

Alan

Pasti dia akan terkesima, kan?

Hans

Oh, sebaiknya Anda jangan gegabah

Hans

Dia tidak akan hanya terkejut

Hans

Bisa kena serangan jantung

Alan

Wah, semerdu itu permainanku?

Hans

(Tersenyum kecil)

Well, seperti penjelasan di atas

Alan bukan sempurna

Tapi, NYARIS SEMPURNA

Karena itu, Hans ; Sekretaris pribadi, belajar membaca gerak bibir Alan, ketika Alan sudah mulai bermain piano

Sangat mengerikan untuk telinga

Alan

Ah, sudah tahu jadwal Luna hari ini?

Hans

Pukul 10.30 dia akan pergi ke kantor penerbit, Tuan..

Alan

Pak Hans!

Alan

Dari tadi, kamu panggil aku Tuan-Tuan

Alan

Panggil namaku saja

Alan

Aku bukan Alex yang gila hormat

Alan

Kamu lebih tua dariku

Hans

Tapi, rasanya tidak enak, Tuan

Hans

Anda adalah atasan saya

Alan

Justru, aku yang terbebani dengan panggilan itu

Alan

Aku tidak akan mengikuti jadwal hari ini, jika kamu tetap panggil aku Tuan

Hans

(Berdeham)

Hans

Baiklah, A—Alan..

Alan

(Tersenyum)

Alan

(Mengunyah nasi dan lauknya)

Alan

Jadi, dia akan ke kantor penerbit itu lagi?

Hans

Iya, Tu—Alan

Hans

Sepertinya, dia akan menyerahkan naskah barunya

Alan

Hmm

Alan

Padahal, naskahnya memang seburuk itu

Alan

Tapi!

Alan

Dia tetap sempurna

Hans

Alan..

Hans

Saya hanya mengingatkan

Hans

Menjalin hubungan dengan gadis biasa, akan membuat Ayah dan Ibu Anda marah

Hans

Juga.. Tuan Alex

Hans

Kalau, Tuan Alex tahu

Hans

Maka, dia akan menghancurkan hidup gadis itu

Alan

(Mendesah singkat)

Alan

Karena itu,

Alan

Jangan sampai dia tahu soal Luna

Hans

Saya tidak akan membicarakan gadis itu di depan Tuan Alex

Hans

Tapi.. Terlalu banyak saksi mata yang tahu

Hans

Kalau Anda sangat menyukai gadis itu

Alan

(Mengangguk paham)

Alan

Jangan khawatir

Alan

Akan aku atasi itu

Hans

Ah, sekalian

Hans

Atasi juga 2 gadis yang sejak tadi mengirim pesan maut di ponsel Anda

Hans

(Menyerahkan ponsel pada Alan)

Banyak sekali kiriman foto Alan tengah tidur dengan seorang gadis.

Saat mabuk bersama seorang gadis.

Saat berpelukan dengan seorang gadis.

Juga, saat berciuman dengan seorang gadis.

Alan

(Terkesiap)

Alan

Ini..

Hans

Sulit untuk berdamai dengan 2 gadis itu..

Hans

Anda harus menemui mereka

Hans

Sebelum, foto itu tersebar di seluruh kota

Alan

Sial