Pagi dimulai dengan suara ayam jantan berkokok riuh di pekarangan rumah pemilik penginapan. Kamar mereka yang berada di bagian paling belakang membuat suara riuh itu kian menggaduh.
Suara-suara itu berhasil membangunkan seseorang dari tidur panjangnya.
Dengan pandangan setengah mengabur, tubuh remuk redam bak dihantam pukulan dari segala sisi. Dia memaksakan diri untuk bangkit.
Mata setajam elang itu terbuka jernih, pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah sosok seorang wanita sedang membuka jendela. Sangat anggun dengan pakaian sederhana, tanpa perhiasan yang mewah meriah seperti wanita Beizhou kebanyakan. Kecantikannya terpancar luar biasa kala wajah cantiknya tersorot matahari pagi.
Siapa dia?
Apakah Dewi Nuwa turun ke bumi?
Jika ini surga, maka wanita itu mungkin salah satu dewi yang ditugaskan untuk melayaninya. Kecantikkannya tak lekang oleh waktu, begitu teduh dan damai menatap wajahnya.
Saat ini bukan saatnya memikirkan tentang wanita dan keindahannya. Ada hal yang lebih penting menyangkut kepentingan banyak orang yang harus dia perjuangankan.
"Kau sudah bangun?" tanyanya sembari berjalan mendekat dengan senyuman lembut menghiasi wajahnya.
"Apa kau ingin minum?"
"Biar ku bantu!"
Wanita cantik itu membantunya untuk duduk dan bersandar di ranjang. Para pelayannya sudah pergi untuk mempersiapkan perbekalan perjalanan. Karena mereka mungkin akan sampai di Beizhou saat malam.
Dengan telaten, wanita itu menyuapkan air sedikit demi sedikit tanpa membuatnya tersedak. "Ka—kau ... "
"Kau siapa?"
"Jika masih sulit untukmu bicara, tak apa, biar kujelaskan."
Setelah meletakkan air di nakas, wanita itu kembali mendongak dengan tatapan yang sangat teduh. "Aku Li Shuyi, putri bangsawan miskin Li Chengdu dari Jiangzhou."
"Jiangzhou?"
Li Shuyi mengangguk, "Ya, kami memulai perjalanan ke Beizhou untuk melanjutkan hidup yang baru."
"Tenang tuan muda, kami bukan orang jahat, aku menemukanmu terjatuh di tepi sungai dan merasa harus menolongmu. Jadi kami memutuskan untuk membawamu karena ayahku mengenal ayahmu."
"Kau terluka, tapi syukurlah tidak terlalu parah, Tuan Muda Xu!"
"Tuan Muda Xu?"
Wanita bernama Li Shuyi itu mengambil sesuatu di nakas, dan kembali duduk di tepi ranjang. "Ini ... bukankah ini milikmu? Kau pasti bernama Xu, kau anak Xu Changhe dari Beizhou, kan."
"Xu Changhe ... "
"Sudahlah tidak perlu dipikirkan lagi, kebetulan kami akan menuju Beizhou, kau bisa ikut bersama kami."
Laki-laki itu tidak menjawab.
Tuan Muda Xu, anak Xu Changhe dari Beizhou. Kesalahpahaman ini akan menjelaskan kepada mereka mengapa ia punya kantung wewangian dengan cap Keluarga Xu.
Padahal sebenarnya kantung itu bukanlah miliknya.
"Nona Li, sepertinya aku tidak bisa ikut dengan kalian."
"Kenapa?"
Li Shuyi menoleh dengan raut wajah terkejut. "Kau masih sakit, Tuan Muda Xu, jangan memaksakan diri."
"Terima kasih, Nona Li, kebaikan ini akan kuingat sepanjang hidupku. Suatu hari, aku pasti akan datang untuk membalasnya."
Laki-laki itu berusaha bangkit, mengambil pakaian luarnya yang tergeletak di meja, dan memakainya cepat. Setelah mengikatkan sarung pedang ke pinggangnya, dia bersiap untuk pergi.
Dia harus segera sampai di istana sebelum semuanya terlambat, ada hal penting yang harus dilakukan dan mungkin hanya dirinya yang sanggup melakukan.
Belum sempat melangkah, Li Shuyi merentangkan kedua tangannya untuk menahan. Wanita itu menghalangi pintu keluar dengan tubuhnya yang ramping.
"Tidak bisa!"
Laki-laki itu mengerutkan kening, "Apa yang kau lakukan, nona? menyingkirlah."
"Kau tidak bisa pergi begitu saja."
"Kenapa tidak?"
"Manusia harus tahu berterimakasih, bagaimana pun, meskipun kami sangat miskin, tapi kami dengan tulus membantumu." ucap Li Shuyi, tatapannya yang merubah sendu.
Sambil menghela napas dalam, laki-laki itu melunak guna bernegosiasi dengan sang malaikat penolong. "Nona, aku sedang dalam masa yang sulit. Jika hari ini juga aku tidak kembali ke Beizhou, sesuatu yang buruk tidak bisa dihindari. Aku tidak bisa menjelaskan dengan pasti kepadamu, tapi sungguh budi baik ini akan senantiasa ku ingat."
"Tapi, bukankah kita punya tujuan yang sama?"
"Keadaanku lebih mendesak nona."
"Kalau begitu beritahu aku siapa namamu!" ucap Li Shuyi.
"Bukankah kau sudah tahu!"
Li Shuyi menggeleng keras, "Aku rasa itu bukan namamu."
"Lalu nama siapa?"
"Katakan saja siapa namamu!" Li Shuyi tidak mau kalah.
"Nona, aku tidak punya banyak waktu untuk ini."
Wajah lelah dan jengkel laki-laki di depannya tidak membuat Li Shuyi menyerah. Sampai di Beizhou nanti, dia harus mencari laki-laki itu, maka nama sangat diperlukan untuk saat ini. "Ayolah katakan. Siapa?"
"Siapa?"
"Siapa?"
"XINGXU!"
Li Shuyi sedikit tersentak, dia mundur satu langkah untuk memberi jarak "Aku bertanya dengan lembut, tapi kau membalasku dengan berteriak. Hari ini aku menyelamatkanmu, tidak ada yang tahu jika suatu hari nanti kau akan menebas leherku dengan pedangmu!"
"Nona, ini tidak seperti yang kau pikirkan."
Wanita itu melipat kedua tangan di depan dada sambil membuang muka. Dia berjalan menjauh dari pintu, lebih memilih menatap pemandangan di luar. "Terserah jika kau ingin pergi sekarang juga, maka pergilah. Tapi kau pasti akan datang lagi kepadaku meminta sesuatu."
Pemuda yang mengaku bernama Xingxu itu menatapnya penuh tanya, "Apa lagi yang kau maksud?"
Li Shuyi mengendikkan bahu.
Memilih tak menghiraukan Li Shuyi, Xing Xu melanjutkan langkah untuk keluar dari kamar itu. Tapi, baru beberapa kali kaki itu melangkah ke depan, dia harus memutar balik karena sesuatu yang ia simpan dengan rapi di sakunya menghilang.
Setengah berlari, panik, dan kesal. Xingxu mendorong pintu hingga terbanting cukup keras.
"Kembalikan!" perintahnya.
Wanita cantik itu bergeming.
"Kembalikan nona, atau aku tidak akan segan-segan mengeluarkan pedangku!" ancamnya.
Li Shuyi akhirnya menoleh, "Dugaanku benar, kan?!"
"Tentang apa? Tentang aku kembali? Tentu saja aku harus mengambil kembali milikku yang kau curi, dengar, bahkan plat logam itu jauh lebih berharga dibandingkan nyawamu."
"Jahat sekali ucapanmu itu!" kesal Li Shuyi.
Li Shuyi akhirnya mengeluarkan sebuah plat logam berukiran naga dan beberapa simbol yang hanya dimengerti oleh sebagian orang. Plat itu disimpan di saku lengannya, dan tidak pernah sekalipun diutak-atik. Shuyi mengulurkan benda itu, tapi saat hendak diambil oleh pemuda di depannya, dia menariknya.
"Aku hanya menyimpan ini sebagai jaminan jika kau adalah penjahat."
"Ini, ambillah!" ucap Shuyi kembali mengulurkan plat logam itu.
Hap.
Set!
Hap.
Hap.
"Ayo ambilah!"
"Nona, aku tidak punya waktu untuk bercanda!" Xingxu mulai habis kesabaran, dia mendekat dan mengulurkan tangannya yang panjang untuk meraih plat logam itu.
Tapi segera disembunyikan di balik tubuh ramping Li Shuyi. "Eitts, tidak bisa!"
Laki-laki itu menghela napas.
"Kau!!"
"Cepat berikan!"
"Kau kesal ya?" goda Li Shuyi, "Kalau begitu coba saja ambil jika bisa, ambil!"
Laki-laki itu kembali berusaha, tapi Li Shuyi tidak membiarkan ini menjadi mudah. "Hahahahah, tidak bisa, tidak bisa!"
"Ahahhaa, ayo cobalah!"
"Nona!"
"Tidak bisa, tidak bisa!"
Jika ingin cepat, Xingxu bisa dengan mudah mengunci pergerakan wanita yang tingginya hanya sebatas hidungnya ini. Dia pun tampak kurus dan ringkih, sekali senggol pasti langsung jatuh. Tapi bagaimana pun dia seorang wanita yang pasti tidak mengerti bela diri.
Xingxu sangat kaku dan tidak pandai bergaul. Dia benci ada orang lain yang menggodanya, dia benci dijahili, dan dia benci permainan konyol seperti ini.
Tapi anehnya, kali ini Xingxu dengan sukarela mengikuti.
"Ahahahahha, tidak bisa, tidak bisa!"
"Tentu bisa!"
Dan, Hap!
Dapat.
Benda yang terbuat dari logam itu bisa diraih dengan mudah oleh tangan kirinya, lalu tangan yang satu lagi, justru melingkar dengan sangat pas di pinggang Li Shuyi. Tangan kanannya tanpa sadar menarik wanita itu lebih dekat.
Semerbak harum mawar menguar dari sosok mempesona dalam dekapannya, kedua bola matanya begitu jernih hingga nyaris bisa berkaca dalam maniknya, kedua bola mata itu disimpan dalam kelopak yang indah dan ujungnya meruncing. Sepasang alis menaungi mata indah terlihat pas. Hidung mancung. Dan, bibir tipis berwarna merah muda alami yang membuat jantung laki-laki itu berdebar tanpa sebab.
Keduanya saling tatap untuk waktu yang lama, sama-sama terpaku pada jernihnya manik mata masing-masing.
Satu tusuk konde Li Shuyi berhasil terlepas, membuat setengah rambutnya tergerai lurus dan indah. Helainya halus seperti sutra saat bersentuhan dengan tangan laki-laki bernama Xu itu. Tusuk konde sederhana, terbuat dari logam berwarna kuning dan sebuah mutiara putih di ujungnya.
Tatapan mata Li Shuyi mengikuti gerakan pelan dimana tusuk kondenya disimpan dalam saku.
Laki-laki itu mendekatkan wajahnya, gerakan yang membuat Li Shuyi hampir kehilangan kewarasan pada detik demi detik yang terasa menggelora.
Bulu kuduk meremang.
Darah berdesir.
Dan, sesuatu di dalam dirinya merindukan sentuhan.
Lali-laki itu menyusuri sisi wajah Li Shuyi lalu berbisik, "Nona, akan kukembalikan nanti setelah perang ini selesai."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Biyan Narendra
Ki shuyi jail banget sih kamu..
2025-08-21
0