"Siapa dia, Yi'er?"
Li Shuyi menggeleng, "Aku tidak tahu ayah, aku menemukannya tergeletak tak jauh dari tempatku buang air. Dia sepertinya terjatuh dari atas tebing."
"Jatuh dari atas?"
"Iya, ajaib juga dia tidak patah tulang dan mati, kan."
"Bagaimana kalau dia orang jahat, nona?" Bibi Cui merasa khawatir. "Dia membawa pedang, mungkin saja kawanan bandit."
"Bibi Cui, mana ada bandit setampan ini?!"
Li Shuyi memutar bola matanya malas, "Dia sedang kesusahan, kita harus membantunya."
"Wen, periksa dia!"
Li Chengdu memberi perintah kepada Paman Wen, Shuyi menurut saja karena bagian paling pentingnya sudah ia simpan di dalam saku. Plakat logam itu pasti jauh lebih berharga, ada logo kerajaan dan sepertinya sebuah token untuk memimpin pasukan.
Peristiwa kali ini benar-benar sudah melenceng jauh dari alur yang ada. Hampir saja Li Shuyi tidak memperhitungkan kemungkinan buruk yang terjadi. Ini seperti Butterfly Effect, dimana perubahan kecil yang terjadi disini akan memicu perubahan besar di tempat yang lain.
Perlu diingat juga jika dalam versi cerita asli, Li Shuyi sudah mengakhiri hidupnya tadi malam.
Li Shuyi mencoba mengingat kembali, sebab seharusnya tidak ada npc lain yang berhubungan dengan Li Shuyi.
"Ketemu!"
Paman Wen menemukan sebuah kantung kecil dengan sulaman tangan yang indah. Kantung itu berisi beberapa koin emas dan wewangian.
"Xu ... "
"Apakah dia mungkin seseorang dari Keluarga Xu?"
Li Chengdu mengenal beberapa bangsawan yang memiliki nama Xu, salah satunya ada di Jiangzhou dan mereka tidak memiliki anak laki-laki. Li Chengdu akhirnya teringat jika Xu Changhe dari Beizhou memiliki anak laki-laki. Mungkin dia adalah Tuan Muda Keluarga Xu.
Mengingat persahabatannya dengan Xu Changhe dulu, tentu dia harus menolong anak temannya sendiri.
"Apakah dia Tuan Muda dari Keluarga Xu, tuan?" tanya Paman Wen.
"Mungkin saja, sulaman ini juga sangat indah menandakan milik keluarga terpandang. Dilihat dari pakaiannya pun sederhana namun terbuat dari sutra murni. Tuan muda ini, harusnya berasal dari Keluarga Xu!"
"Lalu, bagaimana sekarang, ayah?"
"Kita lanjutkan perjalanan dan cari penginapan terdekat, mungkin disana ada tabib."
Paman Wen dan Jinshi menaikkan laki-laki itu ke dalam kereta, dia duduk dekat dengan Li Shuyi. Karena rombongan bertambah satu lagi, kereta jadi semakin sempit. Karena itu Li Chengdu memilih duduk di luar menemani Paman Wen.
Perjalanan dilanjutkan karena hari sudah semakin siang. "Pantas saja sangat tampan, dia adalah tuan muda ya."
"Nona, tunggulah sampai di Beizhou." ucap Bibi Cui sambil tersenyum penuh arti.
Li Shuyi mengerutkan kening, "Kenapa?"
"Di Beizhou nanti ada banyak sekali orang-orang tampan dan cantik, yang tampannya mungkin melebihi Tuan Muda Xu ini."
"Benar, nona!"
Tong'er menganggukkan kepala tanda setuju. "Dari rumor yang kudengar, Beizhou seperti taman bunga karena dipenuhi dengan orang-orang berwajah rupawan."
"Para tuan muda sangat tampan dan gagah, para nona sangat anggun dan bersahaja."
"Mereka pasti luar biasa."
"Tapi tetap saja, nona yang tercantik!" puji Tong'er.
Li Shuyi menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, sambil mengulum senyum. Sejak dulu, dia lemah akan pujian. "Aaaaah, kau ini bisa saja!"
"Tentu saja, nona adalah nona yang kami jaga dengan sepenuh hati, tentu harus jadi yang paling terbaik."
"Yang paling penting adalah kebaikan hati, nona." Bibi Cui ikut menimpali, "Nona dan tuan kami sangat baik kepada kami, karena itu kami setia."
Li Shuyi menjadi haru.
Banyak orang baik di sekitarnya kini.
Dia jadi merasa berharga.
Saat hari menjelang petang, akhirnya mereka tiba di penginapan dan mendapatkan dua kamar. Tapi satu kamar lagi lebih kecil karena ada banyak tamu hari ini.
Li Chengdu pun sudah memanggil tabib untuk mengobati laki-laki yang ditemukan putrinya itu. Saat diperiksa, memang tidak ada cidera parah yang terjadi. Tabib bilang dia hanya perlu beristirahat saja dan besok akan sadar kembali.
"Ayah, biar dia berada di kamar ini bersamaku."
"Tapi ... "
"Tidak akan ada yang tahu." ucap Li Shuyi meyakinkan ayahnya. "Kamar yang satunya sangat kecil, hanya cukup untuk ayah dan Paman Wen. Jadi sisanya biar bersamaku."
"Lagi pula ada Jinshi, dia yang akan menjaga tuan muda ini."
Li Shuyi menunjuk Jinshi yang berdiri di sudut ruangan. Jinshi hanya bisa mengangguk kaku karena mendapatkan pelototan dari sang nona.
Li Chengdu pun bisa merasa tenang setelahnya, toh, memang tidak ada yang tahu identitas mereka dan tuan muda ini. Bisa saja mengatakan jika tuan muda ini adalah menantunya dan semuanya akan menjadi mudah. Jinshi bisa diandalkan dan pandai merawat, Jinshi juga tidak akan memiliki motif lain untuk melukai tuan muda dari Keluarga Xu itu.
Tapi, itu semua bohong.
Kebohongan besar yang sengaja dibuat Li Shuyi.
Jangankan merawat, bahkan menyentuhnya pun Jinshi tidak diperbolehkan. Jinshi hanya bisa duduk di sudut ruangan dengan alas tidur yang sudah disiapkan oleh sang nona, bersama dengan Bibi Cui dan Tong'er. Mereka seperti sedang melihat pertunjukan drama, dimana sang suami terluka dan istrinya setia merawat.
Bibi Cui menaikkan membaringkan dirinya dan menarik selimut.
"Bibi Cui, kau benar-benar bisa tidur?" tanya Tong'er, "Nona bagaimana?"
"Bagaimana lagi?" balas Bibi Cui sambil mengendikkan bahu.
"Kau tidak melihat nona begitu menyayangi tuan muda itu, nona bahkan rela merawatnya semalaman, kan."
Jinshi dan Tong'er mengangguk setuju, ini juga kali pertama bagi mereka melihat Li Shuyi begitu bersemangat. Setelah penolakan Huan Ziyu dan keluarganya yang begitu membekas, Li Shuyi menjadi hancur dan menutup diri. Nonanya itu sakit berhari-hari, tubuhnya sangat lemas, lalu dia bangun dengan penuh semangat dan menjadi orang yang lain.
Anehnya, Li Shuyi yang sekarang seperti berbeda, unik, dan bersemangat.
Bertolak-belakang dengan nona mereka yang dulu.
Tong'er ikut merebahkan diri, menatap langit-langit. Jinshi pun demikian. "Nona sejak kemarin memang berbeda ya, seperti orang lain."
"Tapi aku suka nona yang sekarang." balas Jinshi, "Jauh lebih ceria dan hidup."
"Nona yang dulu atau yang sekarang, setelah bangun tidur memang menjadi orang yang sedikit berbeda, ya. Tapi, dia masih nona Li Shuyi, nona kita."
Sementara para pelayan asik berbincang-bincang sebelum tidur.
Li Shuyi menjadi lebih sibuk.
Dia mengambil air dalam baskom dan membasuh wajah, tangan dan kaki pemuda itu dengan telaten. Urusan merawat orang, Li Shuyi tidak ahli, tapi karena mengikuti kata hati maka dia rela melakukannya. Obat oles dari botol porselen yang diberikan oleh tabib, terbuka, dengan setengah isinya dioleskannya.
"Jadi, kau adalah Tuan Muda Xu? Kalau begitu kau adalah bangsawan, kau pasti kaya raya, dan memiliki pengaruh di pemerintah."
Li Shuyi kembali mengoleskan salep ke kening pemuda itu, dia melirik para pelayannya yang telah jatuh tertidur. "Tidak salah aku menolongmu, tampan!"
"Heh, jika tidak ingat ada pelayan, aku pasti sudah memelukmu."
"Kau ini benar-benar seperti penggambaran male lead, tampan, gagah, tinggi, garis wajah tegas, rahang tegas, alis tebal dan tajam, hidungmu juga mancung. Sayangnya, aku belum melihat mata indahmu terbuka."
Li Shuyi yakin jika pemuda ini adalah male lead yang dikirimkan untuknya. Masuk akal! Sangat masuk akal! Karena jika dia berada disini sebagai female lead cerita, maka pasti ada male lead. Dan, harus orang ini.
Harus!
Harus!
Harus!
Tidak boleh tidak!
Li Shuyi memaksa.
Wanita pertengahan dua lima itu duduk dengan manis di samping ranjang, memandang wajah tampan yang setia terlelap. "Hehh, gemes banget! Gue makan juga lo!"
...****************...
Rombongan prajurit membawa obor di masing-masing tangan, mereka berjalan berpencar menyusuri tebing yang dibawahnya mengalir sungai besar. Padahal sudah mencari sejak sore hari, tapi mereka tetap tidak menemukan apa yang dicari.
Salah satu pemimpin mereka bernama Ye Jiang, menyisir puncak tebing dan menemukan jejak kaki berhenti disana.
"Tuan, di sekitar aliran sungai juga tidak ada."
Seorang prajurit melapor, "Di hilir sungai sudah menempatkan prajurit untuk menunggu, jika pangeran hanyut pasti akan ditemukan."
"Aku merasa pangeran ketujuh tidak hanyut ke sungai!"
"Apakah harus menyisir ke bawah, tuan?"
"Lakukan!"
"Baik, tuan!"
Ye Jiang mengepalkan telapak tangannya. Semua ini salahnya karena tidak memilih melawan perintah untuk menemani sang pangeran. Seandainya ia ada disana, pangeran ketujuh tidak harus melawan puluhan bandit seorang diri.
"Bagaimana pun aku harus menemukan pangeran, dimana pun."
"Ye Jiang, bagaimana?"
Ye Jiang menoleh, teman seperjuangannya ikut membantu dalam pencarian. "Apa kau mendapatkan hasil?"
"Sepertinya pangeran melompat."
"Kita sisir tebing bawah saja kalau begitu."
Ye Jiang mengangguk dua kali, firasatnya dengan yakin mengatakan jika tuannya masih hidup.
Penyisiran akhirnya dilakukan di bawah tebing. Pinggiran sungai dipenuhi semak belukar setinggi pinggang orang dewasa, banyak tumbuhan berduri pula. Medannya memang tidak berbatu jadi kemungkinan sang pangeran jatuh menimpa bebatuan cukup kecil.
"Tuan Ye!"
"Tuan Ye!"
Ye Jiang segera berlari menyusul prajurit yang berteriak memanggilnya. Beberapa bercak darah yang mengering, sebuah lonceng dan sehelai kain seukuran telapak tangan berwarna coklat. "Ini, ini milik pangeran!"
"Ini milik pangeran!"
"Ye Jiang, kau menemukan sesuatu?"
"Jing Long, aku yakin tuan pasti masih hidup. Bandit itu sudah kita habisi, mereka pasti tidak memiliki kesempatan untuk mencari tuan."
Ye Jiang berseru, ada kelegaan dalam hatinya.
Tapi, baru saja hendak menyusun strategi untuk melanjutkan pencarian bersama Jing Long. Suara derap langkah kuda mendekati mereka. Penunggangnya adalah seseorang yang mereka kenali juga. Datangnya tergesa-gesa, membawa sebuah kabar penting.
Tanpa menunggu lagi, dia segera turun dan berlari menghampiri Ye Jiang dan Jing Long.
"Zhou Ji, ada apa?" tanya Jing Long.
"Kaisar menghentikan pencarian pangeran ketujuh."
"Kenapa?"
"Pangeran kedua memulai kudeta."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments