Mengejar Cinta Daddy
Setelah tau jika dia bukan putri kandungnya, Lea Amara tidak merasa kecewa maupun sedih. Akan tetapi sebaliknya, dia justru bahagia karena dengan begitu tidak ada penghalang untuk dia bisa memilikinya lebih dari sekedar seorang ayah.
Perasaannya mungkin dianggap tak wajar karena mencintai sosok pria yang telah merawatnya dari bayi, dan membesarkan nya dengan segenap kasih sayang. Tapi itu lah kenyataan yang tak bisa dielak. Dia mencintainya tanpa syarat, tanpa mengenal usia, waktu, maupun statusnya sebagai seorang anak.
Dia sudah berusaha menampik jika perasaannya itu salah. Sudah dengan berbagai cara mencoba untuk menghilangkan perasaannya itu, tapi tetap saja gagal. Dan sialnya, dia kian tersiksa oleh perasaan yang disimpannya rapat-rapat selama ini.
Apakah sudah saatnya dia mengungkapkan perasaan tak wajarnya itu?
Lea celingukan, dan begitu menemukan keberadaan sosok yang dia cari senyumnya langsung terbit. Tekadnya sudah bulat untuk mengutarakan perasaannya saat ini juga.
Tapi bagaimana jika dia menolak cintanya? Langkah Lea perlahan melamban hingga berhenti ditengah jalan. Keraguan kini menyelimuti pikirannya. Pilihannya hanya lanjut atau berbalik saja.
Lea menarik nafas dan dihembuskan perlahan guna menetralisir nafasnya yang tiba-tiba sesak.
'Kamu tidak akan pernah tau jawabannya jika belum mencobanya. Bukan kah kamu pemberani? dan apa pun jawabannya nanti kamu harus sudah siap menghadapinya'. Hatinya berbicara seolah menyemangati agar tetap melanjutkan langkahnya.
Sekali lagi, Lea menarik nafasnya lebih dalam, dan dengan segenap keberanian yang telah kembali terkumpul, dia meneruskan langkahnya.
Begitu mendekat, Lea perlahan menurunkan bo-kong nya di samping sosok pria yang saat ini sedang berkutat didepan layar sebuah laptop.
Saat menyadari kedatangan Lea, pria itu melirik sekilas tanpa senyuman, kemudian kembali melihat pada layar laptop dengan wajah serius.
"Sibuk?" Lea tak tau harus memulainya dari mana. Dia begitu gugup hingga me re mas jari jemari. Keberaniannya mendadak sirna setelah berdekatan dengan sosok yang dicintainya ini.
Pria disampingnya tersenyum tipis tanpa berpaling dari layar." Seperti yang kamu lihat." Saat berkata itu, jemarinya yang besar-besar bergerak lincah di atas keyboard.
Suasa hening sesaat hingga suara pria disamping Lea terdengar lagi." Tumben duduk di dekat Daddy?"
Lea tersentak mendengar pertanyaan bernada sindiran dari pria yang menyebut dirinya Daddy. Dia tersenyum canggung. Memang, ini kalinya dia duduk disamping daddy setelah dua bulan menjaga jarak dan bicara seperlunya saja seolah menjauhinya.
Sejujurnya, Lea bukan menjauhinya setelah tau jika dia bukan putri kandungnya. Tapi, dia hanya berusaha mencegah perasaannya agar tak semakin dalam. Karena itu, dia menjaga jarak dan bersikap sewajarnya.
Tapi ternyata tingkah lakunya yang tak seperti biasanya disalah artikan. Pria yang dicintainya mengira dia membencinya karena telah menyembunyikan sebuah rahasia besar hingga belasan tahun lamanya.
Awalnya, rahasia besar itu tak akan pernah diungkapkan sampai kapan pun. Tapi karena kecurigaan Lea, dan gadis itu mendesaknya terus menerus, akhirnya dia tak mampu lagi menutupinya.
"Ma-maaf ganggu Daddy." Lea terdiam saat tangan pria disampingnya menahan kepergiannya.
"Kamu duduk saja sebentar lagi Daddy akan selesai," pintanya.
Bak gayung bersambut, Lea mengangguk senyum kemudian duduk seperti semula.
Lea duduk manis agar keberadaannya tak mengganggu konsentrasi pria di sampingnya.
Dalam diam, dia menatap lamat-lamat wajah tampan yang seolah tak termakan usia di sampingnya itu. Terhanyut dalam lamunan hingga dia tak sadar jika pria disampingnya telah menyelesaikan pekerjaannya.
"Kamu sudah tidak marah lagi pada Daddy, kan?"
Lamunan Lea buyar dan dia segera meluruskan pandangannya dengan sikap salah tingkah.
"Ti-tidak. Aku tidak pernah marah pada Daddy," jawabnya gugup.
Pria itu menghembuskan nafas besar seakan melepas beban berat yang dipikulnya." Syukur lah. Daddy senang kalau kamu tidak marah lagi pada Daddy."
Dia menyentuh punggung tangan Lea dan dibawanya ke atas pa ha nya yang setengah terbuka. Di elusnya pelan membuat jantung Lea seakan melompat-lompat. Apalagi cara pria itu menatapnya yang begitu dalam, seakan jantung Lea berhenti berdetak saat ini.
"Maafkan Daddy ya sayang. Satu hal yang harus kamu tau. Meskipun kamu bukan darah daging Daddy, tapi Daddy akan selalu sayang sama kamu. Kamu adalah putri Daddy dan akan selalu menjadi putri Daddy."
Deg
Jantung Lea berdentam hebat. Hatinya menolak dan berteriak keras 'tidak bisakah Daddy menyayangiku sebagai mana mestinya menyayangi seorang wanita dewasa, bukan menyayangiku sebagai putri daddy?'
Pria itu mengecup punggung tangan Lea dengan begitu lembut. Tapi hal itu tak membuat hati Lea senang. Apa yang dilakukannya justru semakin membuat dadanya sesak, karena kenyataan nya dia hanya menganggapnya tak lebih dari putrinya sendiri.
"A-apa aku boleh tanya sesuatu, dad?" Seraya menahan sesak di dadanya, Lea mencoba bicara. Saat ini yang ada di dalam otaknya, dia harus berkata jujur.
Dibelainya rambut Lea. Sikap lembutnya itulah salah satu yang Lea sukai darinya, dan karena kebiasaan lembutnya itu, benih-benih cinta tumbuh begitu saja di hatinya." Boleh dong. Katakan saja kamu mau tanya apa, hem?"
Lea diam berpikir. Dia harus memilih kata-kata yang tepat agar tak terlalu mencolok dan membuatnya Daddy nya shock. Meski sebenarnya dia sudah tak sabar ingin segera mengungkapkan perasaannya secara to the point.
"A-apa aku boleh tau tipe wanita yang Daddy sukai itu seperti apa?" Lea menggigit bibir setelah bertanya itu.
"Memangnya cinta harus pakai tipe?" Pria itu menjawabnya tenang dan tanpa melepas belaiannya dari rambut Lea.
Lea tersenyum, namun pria itu tak menyadari arti senyuman Lea.
"Ya mungkin saja. Soalnya kalau Daddy tidak punya tipe wanita yang Daddy sukai lalu kenapa Daddy tidak menikah-menikah?" Setelah mengatakan itu, Lea menunduk dan meringis. Bibir bawahnya di gigit-gigit agak keras tapi tak menimbulkan rasa sakit.
Ada rasa khawatir saat tak mendengar respon pria di sampingnya. Khawatir dia akan tersinggung oleh kata-katanya yang di luar kontek sebenarnya.
Tapi diluar dugaan Lea, sang Daddy justru tertawa kecil setelah diam beberapa detik.
"Tumben kamu menanyakan hal itu, Sayang." Pria itu menarik nafas panjang sebelum lanjut bicara." Daddy mu ini tidak punya kekasih bagaimana Daddy bisa menikah, hem."
Entah hanya candaan semata atau sungguhan, yang pasti Lea seakan mendapat angin segar mendengarnya. Dia langsung mengangkat wajahnya, menatap pada pria itu dengan wajah serius." Kalau begitu bagaimana kalau Daddy menikah denganku saja? kita tidak memiliki hubungan darah, kan? selain itu, kita sudah saling mengenal satu sama lain. Daddy tau bagaimana aku dan aku tau bagaimana daddy."
Pria itu seketika terdiam.
Lea meraih tangannya dan membalas tatapan pria yang saat ini hanya menatapnya dengan tampang bengong.
"Dad, aku ingin Daddy tau kalau aku sebenarnya cinta sama Daddy. Aku sayang sama daddy. A-aku, aku ingin menikah dengan Daddy, aku ingin jadi istri Daddy, aku ingin menjadi ibu dari anak-anak Daddy, aku ingin menemani sepanjang usia Daddy. Please.....nikahi aku, dad, ya?"
"Hahahaha.........." Tawa pria itu seketika meledak, dan disela tawanya dia berkata," Lea, Lea. Mana mungkin Daddy menikahi gadis kecil yang dari bayi hingga umur lima tahun Daddy yang memandikannya, menyebokinya, mengelap ingusnya, memakaikan pakaiannya, menyuapinya. Daddy bukan seorang pedofil, Lea. Hahaha......"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🤩😘wiexelsvan😘🤩
heyy thorrr 🙋🏻♀️😁
mampir absen mo ikut nyimak kisah nya daddy varren ma lea yachh thorrr 😘😘
2025-04-25
3
💥💚 Sany ❤💕
Ya.... wajar sich reaksi daddy nya gitu, tapi Lea gak salah juga kan...
2025-04-30
0
💥💚 Sany ❤💕
Bagaimana lagi Dad...., namanya juga dah cinta.
2025-04-30
0