Flashback sebelum mereka datang.
"Zion kemana sih? Tadi kata Pak Saipul udah keluar tol, kenapa sampai jam segini belum sampai juga? Masa iya jarak tempuh dari Pondok Meja ke rumah sampai dua jam kayak gini?" keluh Arimbi sembari mondar-mandir di teras rumahnya.
Firdaus Darmawangsa suami Arimbi ikutan pusing melihat istrinya mondar-mandir kayak setrikaan dengan mulut ngomel-ngomel sendiri.
"Dek, duduk lah disini! Siapa tahu Zion ketemu teman atau kenalannya dijalan, jadi lama sampai ke rumah?" tegur Daus dengan nada lembut.
"Teman dari mana, Bang! Datang ke Jambi aja baru pertama kali, punya teman dari mana tuh anak!" sungut Arimbi dengan wajah kesal.
"Ya, siapa tahu aja kenalannya di Medan yang kampungnya di Jambi kayak Abang, kan kita gak tahu circle pertemanannya Zion," sahut Daus yang selalu berpikiran positif.
"Alah, mana ada itu! Wong main keluar rumah aja gak pernah kalau bukan sekolah ataupun di suruh Eyang, gimana mau punya banyak teman. Aku tahu banget Bang sifat introvert nya Zion yang lebih suka jadi anak pingitan daripada main keluar bersama teman-temannya. Satu-satunya temannya ya si Gara doang, yang kebetulan aja tuh anak yang ngebet mau temenan sama pria kaku kayak Zion!" balas Arimbi yang keukeh menistakan adiknya sendiri.
"Iya, deh terserah kamu aja! Yuk, duduk sini!" goda Daus sambil menepuk pahanya.
"Dih, ogah! Itu mah maunya Abang!" tolak Arimbi dengan nada sinis dan muka cemberut.
"Hahahaha," suara gelak tawa Daus yang suka sekali melihat sang istri kesal saat ia goda.
Meskipun muka kesal dan dibuat sejelek mungkin, Arimbi akhirnya duduk di kursi di samping sang suami.
Ting!
Arimbi menyambar cepat ponselnya yang ada diatas meja dengan tidak sabaran.
"Pak Saipul," gumam Arimbi dengan wajah bingung seraya menatap kearah suaminya.
"Angkat aja, Dek kalau ditelpon!" ucap Daus ketika mendengar gumaman istrinya.
"Gak telepon Bang, tapi kayak ngirim video dari file nya!" sahut Arimbi dengan membuka sandi ponselnya.
"Ya udah, buka aja videonya! Tumben bener Pak Saipul sampe ngirimin video segala," celetuk Daus yang tiba-tiba ikut penasaran.
Arimbi mengangguk kecil dan langsung mengklik ikon play video yang dikirim sopir nya itu.
"Astaghfirullah, Abang!!!" seru Arimbi langsung berdiri dengan sebelah tangan menutupi mulutnya.
"Ada apa sih?" tanya Daus dengan mengambil ponsel Arimbi dan menonton video tersebut.
"Alhamdulillah," komen Daus selesai menonton video tersebut dengan santai walaupun awalnya ia sedikit kaget melihat fakta tersebut.
Wajah Arimbi merah padam karena kesal sekaligus kecewa jika adiknya menikah tanpa memberitahukan dirinya yang notabene kakak kandungnya sendiri.
"Sabar, Dek! Jangan ikuti amarah setan karena itu tidak bagus untuk dirimu! Adek pasti tahu dan mengenal betul adikmu itu lebih dari siapapun, jadi kita tunggu saja kedatangan Zion kerumah. Zion pasti datang ke rumah ini dengan membawa istrinya dan mengenalkannya dengan kita berdua. Ketika Zion datang, kamu bisa leluasa meminta penjelasannya atas pernikahan tersebut," nasihat Daus dengan lembut sambil mengusap punggung sang istri.
"Haaah, aku mengerti, Bang! Aku cuma kecewa aja di acara sakral ini aku tidak dilibatkan sebagai kakaknya! Gimana kalau Mama Papa sampai tahu? Aku bingung mau jelasinnya," jawab Arimbi dengan suara pelan yang menyuarakan kekecewaannya.
"Pasti ada penjelasan dari Zion tentang pernikahan ini, Dek! Abang yakin itu! Sekarang kita tunggu saja kedatangan adik dan adik ipar baru kita ke rumah biar kamu leluasa bertanya panjang lebar pada yang bersangkutan!" nasehat Firdaus dengan wajah tenang.
Arimbi mengangguk paham dan tidak bersikap cemas seperti tadi. Ia kembali duduk santai diteras bersama sang suami mengobrol dengan hangat khas suami istri pada umumnya.
Flashback Off.
"Mbak! Bisa gak sih gak teriak dulu? Masih diluar nih? Kalau mau teriak didalam aja!" omel Zion dengan muka datarnya.
"Ck, dasar adik durjana! Ya udah, cepetan masuk!" sungut Arimbi kesal dan putar badan masuk duluan ke rumahnya.
Zion menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang pada sang istri yang pucat pasi mendengar teriakan sang kakak.
"Jangan takut! Kakakku marah bukan karena benci dan tidak menyetujui pernikahan kita! Nanti kamu pasti bisa menilai sendiri bagaimana sifat asli kakakku. Ayo masuk, berjalan disampingku dan bukan dibelakang ku karena kamu istriku, bukan bawahanku!" ucap Zion dengan nada sedikit lembut sambil meraih tangan Fiona yang dingin kedalam genggamannya.
Fiona mengangguk pelan dengan jantung yang masih jedag jedug didalam sana sembari mensejajarkan langkah kakinya dengan kaki panjang Zion.
Sagara sudah masuk terlebih dahulu di belakang Arimbi dan membiarkan sepasang pengantin baru untuk bicara berdua. Sedangkan Pak Saipul sudah melipir kebelakang lewat pintu samping begitu mereka sampai.
"Assalamualaikum!" ucap Zion dengan Fiona secara bersamaan.
"Waalaikumsalam, Ayo masuk!" jawab Firdaus dengan semangat menyuruh keduanya.
Zion dan Firdaus pun berpelukan ala laki-laki dan ia menangkup kedua tangan didada begitu bertemu Fiona dengan wajah ramah.
"Bubu, ada Onty Bule!" pekik Firza anak sulung Arimbi dan Firdaus yang berusia enam tahun begitu melihat Fiona.
Anak perempuan itu tanpa basa-basi langsung menghamburkan diri memeluk tubuh Fiona yang hanya sebatas paha gadis itu.
"Iza, jangan begitu! Ayo, ajak Onty nya duduk dulu!" tegur Arimbi dengan suara lembut.
"Eh, gak papa Mbak! Ayo, sayang duduk dengan Onty!" ucap Fiona dengan tersenyum lembut pada anak kecil itu sehingga memperlihatkan lesung pipi dikedua pipinya.
"Wah, Onty Bule cantik banget punya lesung pipi di pipinya!" puji Firza dengan wajah cerianya.
Fiona tersenyum malu mendengar pujian anak kecil hingga dia sedikit menunduk menuju sofa ruang tamu untuk duduk.
"Iza, ajak Onty Nana ke dalam gih lihat adik bayi!" ucap Zion dengan sengaja pada sang keponakan.
"Oh iya, Ayo Onty ikut Iza lihat adek bayi! Iza punya adik bayi loh, Onty!" seru bocah itu dengan penuh semangat sambil menarik tangan besar Fiona untuk berdiri dan mengikutinya.
Fiona menatap Zion dan dibalas anggukan pelan pria itu sehingga Fiona pun mengikuti Iza yang terus berceloteh riang khas anak kecil.
Begitu keduanya pergi, Arimbi kembali menatap tajam sang adik dengan kedua tangan berlipat khas emak-emak yang emosi pada anaknya yang nakal.
"Jelaskan semuanya tanpa ditutupi pernikahan kalian!" ucap Arimbi dengan tegas dan raut wajah datar persis seperti Zion jika sudah bersikap begini.
Zion menghela napasnya dalam-dalam sebelum mengatakan semuanya bagaimana mereka bisa menikah. Sesekali Gara yang duduk di sofa single ikut menimpali ucapan jujur Zion agar Arimbi tahu jika semuanya terjadi diluar kendali mereka berdua.
"Astaghfirullah hal azim!!! Kasihan sekali dia," ucap Arimbi yang langsung menangis terisak mendengar kejadian naas yang menimpa Fiona dari mulut sang adik.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Rahma Inayah
lnjut thor moga BS up lg
2025-04-25
1