Karena tidak ada kamar pengantin seperti pengantin baru pada umumnya, Zion mengajak langsung Fiona kerumah kakaknya Arimbi di Mayang.
"Eum, Tuan eh Pak!" ucap Fiona ketika Zion hendak melangkahkan kakinya keluar rumah Wak Misnah.
"Iya, ada apa? Panggil aku senyamanmu saja asal jangan Tuan karena aku bukan majikanmu atau Pak karena aku juga bukan bapakmu!" sahut Zion dengan nada datar andalannya.
Fiona merenggut sebal mendengar ucapan Zion dan itu terlihat oleh mata elang Zion yang tajam sehingga membuat laki-laki datar itu tersenyum sangat tipis sehingga tidak seorangpun sadar jika ia tersenyum.
"Iya, Bang! Bisakah saya tinggal di rumah kontrakan kakak saya saja?" pinta Fiona sambil menggigit bibir bawahnya yang tebal dan terbelah.
Deg!
Jantung Zion berdetak kencang saat melihat bibir Fiona yang digigitnya sendiri, yang mana hal itu terlihat sangat sexy dimata Zion hingga terbesit di otaknya bibirnya yang menggigit bibir tebal yang sexy itu.
"Ah, sial! Bagaimana bisa aku punya pikiran kotor seperti itu dan rasanya ingin aku makan langsung bibir sexy yang menggoda iman dan imun ku itu! Astaghfirullah Zion! Sadar, sadar! Istigfar! Eh, tapikan kita sudah sah meskipun secara agama! Boleh dong icip-icip dikit tuh bibir sexy, eh Astaghfirullah!" batin Zion berperang dengan akal pikirannya yang mulai tidak sinkron.
"Aku juga bukan abang tukang bakso! Cari panggilan lain! Mana ada pengantin baru tinggal terpisah. Ikut ke rumah kakakku sekalian perkenalan karena kita sudah menikah!" jawab Zion memasang wajah datar dan suara ketus guna menutupi pikiran kotor yang mulai memasuki akal pikirannya.
"Ish, nyebelin! Terus di panggil apa dong? Abang gak mau, masa dipanggil Mas?" sungut Fiona menampilkan sikap manja yang selama ini tutupi.
"Boleh juga Mas, panggil itu saja!" ucap Zion dengan telinga memerah mendengar panggilan Mas dari bibir Fiona.
Jeje mesem-mesem sendiri dibelakang sepasang pengantin baru yang tampak tidak sadar jika ia sudah berdiri di belakang keduanya selama hampir sepuluh menit.
"Kakak senang kau menikah dengan pria yang tepat, Nana! Meskipun baru kenal, entah kenapa kakak yakin jika Zion akan menjadikan mu ratu dikehidupan kalian dan akan membahagiakanmu hingga ajal menjemput! Dengan pernikahan ini, kakak senang karena kau tidak akan pergi lagi keluar negeri untuk bekerja dan tetap disini menghirup udara yang sama dan dinegara yang sama," batin Jeje sambil menahan air mata yang hendak jatuh saking terharunya.
"Ekhem," tegur Jeje dengan sengaja mengeraskan dehemannya.
Kedua pengantin baru sontak menoleh kebelakang mereka dan tampak salah tingkah seakan-akan kepergok berbuat salah.
"Eh, kapan kakak datang? Kok aku gak dengar?" tanya Fiona dengan suara gugup sembari membuang rasa canggung dihadapan suaminya.
"Gak lama kok, sampai dengar panggilan manis pengantin baru! Hehehe," jawab Jeje sambil terkekeh pelan.
Pipi Fiona yang putih bersemu merah karena mukanya tidak memakai riasan yang tebal sehingga semburat merah itu terlihat jelas di pipinya yang chubby.
"Ya ampun, gemes banget ama tuh pipi! Kayak bakpao, jadi pengen gigit!" batin Zion dengan gemas menahan diri.
Jeje berjalan menghampiri sang adik satu-satunya yang ia punya. Ia meraih tangan Nana dan menggenggamnya dengan lembut seraya menyalurkan kehangatan kasih sayang kakak pada adiknya. Tinggi Fiona yang melebihinya membuat Jeje sedikit mendongak untuk melihat wajah cantik sang adik yang khas blasteran itu dengan lekat.
"Dek, sudah kewajiban seorang istri mengikuti kemana suaminya pergi. Seorang anak perempuan yang sudah menikah, suami tempat ia pulang dalam keadaan apapun. Begitu juga dengan suami, istri adalah rumahnya, tempat ia berkeluh kesah, tempat mencurahkan kasih sayang, dan tempat bersandar selain Allah. Hal itu yang seharusnya dilakukan seorang suami yang sayangnya tidak pernah kakak dapatkan dari pernikahan kakak dahulu. Meskipun baru mengenal Zion, kakak yakin dengan firasat kakak yang mengatakan jika Zion adalah pasangan yang tepat untuk adik kakak ini. Doa kakak selalu menyertai rumah tangga kalian agar selalu harmonis, saling mendukung dan saling mengasihi baik dalam suka maupun duka. Kakak percaya jika adik kesayangan kakak bisa menjadi istri yang sholehah untuk suaminya, menjadi tempat pulang suaminya, menjadi tempat mencurahkan kasih sayang suaminya dan menjadi guru terhebat untuk anak-anaknya kelak. Jadi, pergilah ikuti kemana suamimu pergi karena tempat seorang istri adalah disisi suaminya," nasihat Jeje panjang lebar dengan berurai air mata.
Fiona memeluk erat kakaknya dengan menangis bersama. Zion tersenyum bahagia dan ikut terharu mendengar nasihat wanita yang menjadi kakak iparnya itu. Tidak ingin ketahuan tersenyum, Zion kembali memasang wajah datar andalannya.
Dengan berat hati, Fiona melangkahkan kakinya mengikuti sang suami menuju mobil yang sudah menunggu keduanya diujung jalan. Jeje yang sedang menggendong sang anak melambaikan tangan sambil menangis bersama Dewi dan Wak Misnah yang ikut mengantar kepergian Fiona menuju rumah kakak iparnya.
Fiona yang duduk di bangku tengah bersama sang suami terlihat gelisah dan cemas menggerogoti hatinya. Kedua tangannya saling menggenggam dengan mengeluarkan keringat dingin karena cemas bertemu dengan kakak iparnya.
Pernikahan kilat dua orang yang baru bertemu dan tidak saling mengenal menjadi momok menakutkan bagi Fiona yang takut jika pernikahan keduanya ditolak kakaknya Zion.
Zion yang tingkat kepekaannya yang tinggi menyadari kecemasan dan kegelisahan sang istri sehingga ia dengan sengaja mengambil tangan kanan Fiona dan menggenggamnya dengan hangat.
Fiona terkejut dengan skinship Zion yang tidak ia duga. Ia berusaha melepaskan genggaman tangan besar yang hangat itu, tetapi ia kalah tenaga. Akhirnya ia pasrah dan membiarkan Laki-laki itu menggenggam tangannya. Fiona menatap keluar jendela guna menutupi debaran jantungnya yang menggila didalam sana.
Zion tersenyum sekilas melirik Fiona yang tidak lagi melepaskan genggaman tangannya. Tangan Fiona yang dingin berangsur-angsur hangat dalam genggaman tangan Zion.
"Empuk," gumam Zion lirih yang hanya dirinya saja yang dengar.
Gara tampak asyik bersenandung dengan lagu yang diputar oleh Pak Saipul sopir Arimbi. Ia tidak tahu dengan apa yang dilakukan oleh sahabatnya yang dingin dan kaku itu dibangku belakang bersama sang istri.
Mobil mereka berhenti di sebuah rumah berdesain modern dan dua lantai dalam komplek perumahan Puri Mayang.
"Ayo turun, kita sudah sampai!" ajak Zion yang turun terlebih dahulu dan berputar membukakan pintu untuk Fiona.
Fiona mengangguk pelan dan keluar dari mobil, lalu berjalan mengikuti langkah suaminya memasuki sebuah rumah yang pintunya sudah terbuka lebar.
Baru beberapa langkah kaki berjalan, tiba-tiba suara kencang seorang wanita menghentikan langkah kaki Fiona yang berjalan dibelakang Zion.
"Dasar adik durhaka! Bisa-bisanya menikah tanpa memberitahu kakakmu ini, hah!" teriak Arimbi dengan kencang yang langsung membuat wajah Fiona pucat pasi saking terkejutnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Chauli Maulidiah
kyknya si nana bukan kerja di luar negri deh. tp karna emang dia ada misi disana. mgkn cari sisa2 keluarganya. mgkn lho ya..
biasalah tebak2 gak berhadiah 😀
2025-05-16
0
Rahma Inayah
br jg sampe sdh di buat senam jantung fiona oleh kakak ipar nya.
2025-04-25
1
Julia Juliawati
fiona adik kandung jeje Thor? ko fiona blasteran?
2025-05-18
0