Perseteruan

Tiba-tiba saja suara telepon Jeje berbunyi nyaring memecahkan kesunyian didalam ruangan itu. Jeje mengangkatnya dengan disaksikan oleh Zion dan kedua pria yang ada dalam ruangan itu.

"Jika itu dari keluarga anda, keraskan suaranya karena aku juga ingin mendengarnya!" ucap Zion dengan nada datar.

Jemima mengangguk patuh dan menekan layar loudspeaker agar mereka mendengarnya juga.

"Ha-halo??" jawab Jeje dengan suara bergetar.

"Alhamdulillah, Mbak Amel menjawab telepon aku! Mbak, ini aku Dewi! Cepatlah Mbak balek ke Simpang Rimbo! Dirumah Mbak sudah banyak orang yang dibawa Wak Tati untuk nikahin Mbak Bule dengan Bang Hamdan mantan laki Mbak Amel! Cepatlah Mbak sebelum terlambat! Kasihan Jaka nangis-nangis karena dipisah pakso dari Mbak Bule!" ucap suara perempuan dari ujung telepon.

"Apo???" pekik Jeje dengan wajah syok.

"Iyo, Mbak! Orang-orang yang dibawa Wak Tati berdemo mintak Bang Hamdan nikahin Mbak Bule karena sudah berzina dua-duaan didalam kamar dengan Bang Hamdan. Katonyo biar kampung kito dak keno sial dan harus cuci kampung. Apo lagi tadi orang tu dengar suaro Mbak Buke teriak-teriak dari dalam rumah kontrakan Mbak Amel!" ucap Dewi lagi dengan suara panik.

"Astaghfirullah hal Azim!!!" ucap Jeje dengan diiringi ketiga pria yang mendengar pembicaraan tersebut.

"Cepatlah Mbak Amel Balek! Dewi dengar tadi kalau dak dinikahin Mbak Bule bakal di arak keliling kampung dengan Bang Hamdan biak mereka malu!" sahut Dewi lagi yang membuat Jeje semakin cemas dan gelisah.

Kletak!

Suara ponsel jatuh begitu saja saat mendengar ucapan Dewi. Tubuh Jeje gemetar mendengar berita pilu menyesakkan dada sehingga ia tanpa sadar menggigit jempolnya saking panik dan tidak tahu berbuat apa-apa.

Matanya yang masih menangis memandang kearah Zion dengan tatapan meminta pertolongan.

"Ayo, kita kesana sekarang juga sebelum terlambat!" ajak Zion dengan langsung berdiri.

"Apa Mas yakin? Saya takut nama baik Mas hancur karena menikahi adik saya yang kemungkinan besar dituduh berzina dengan laki-laki bajingan itu?" tanya Jeje dengan hati bimbang.

"InsyaAllah tidak! Ayo berangkat sekarang!" jawab Zion dengan suara tegas.

Keempatnya langsung keluar dari ruangan itu dengan Gara membayar biaya reservasi dikasir sebelum menyusul ketiganya ke parkiran mobil. Dengan petunjuk Jeje, Pak sopir melajukan mobil menuju alamat kontrakan Jeje di Simpang Rimbo.

"Ya Allah, saya jadi nyesal ninggalin Nana dengan Jaka waktu di usir bajingan itu tadi pagi!" keluh Jeje lirih dengan penuh penyesalan.

"Istighfar, Mbak Jeje! Itu semua bukan salah Mbak Jeje, salahkan saja laki-laki tidak bermoral itu yang sengaja menjadikan adik dan anaknya sendiri sebagai batu loncatan untuk mencapai keinginannya yang gila itu" sahut Gara ikut menimpal keluhan Jeje.

"Tapi tetap saja salah saya, Mas! Waktu mengusir saya tadi Bang Hamdan mengancam akan menikahi paksa adik saya jika saya tidak mau rujuk dengannya. Dia mengunci adik dan anak saya dari luar rumah agar saya mau mengabulkan keinginannya itu! Jika saja saya tahu kejadiannya akan seperti ini, lebih baik saya mengalah agar adik saya tidak bernasib seperti ini!" desis Jeje yang masih menyalahkan dirinya.

"Adik saya dituduh berzina hanya karena berteriak meminta pertolongan! Kemungkinan besar adik saya melawan sehingga berteriak seperti itu! Saya tahu siapa adik saya dan bajingan itu pasti melakukan sesuatu pada anak saya sehingga adik saya melawannya!" tambah Jeje dengan dugaannya.

"Bisa jadi itu! Atau mantan suami Mbak memang sengaja menargetkan Mbak dengan cara kotor seperti ini dengan mengerahkan banyak massa yang mendukung rencananya," sahut Gara dengan analisisnya.

"Astaghfirullah hal Azim...," lirih Jeje dengan mengusap dadanya.

Zion hanya diam di bangku depan mendengar pembicaraan keduanya seraya menimbang dan membulatkan tekad untuk menikahi perempuan yang tidak ia kenal untuk menyelamatkan perempuan itu dari jerat laki-laki bajingan.

Begitu sampai di kontrakan Jeje, Jeje langsung keluar dari mobil dan menerobos kerumunan orang-orang yang ada di depan kontrakannya.

"Nana!!!" pekik Jeje begitu memasuki rumah kontrakannya dengan disambut jerit tangisan sang anak yang ada dalam pelukan sang adik.

Tampak seorang gadis bertubuh gemoy dengan mata biru sedalam lautan dengan rambut kecoklatan memeluk seorang anak laki-laki yang kemungkinan berusia empat tahun menatap semua orang termasuk kakaknya yang baru datang dengan tatapan tenang tanpa emosi.

Zion dan Gara yang mengikuti dibelakang Jeje terkejut melihat gadis bermata biru itu tampak tenang dan tidak ada emosi dimata dan ekspresi nya.

"Gila, Bule gemoy adiknya, Bro!" bisik Gara di telinga Zion.

Zion hanya diam dan menatap dalam adik Jeje yang memeluk kakaknya dari hadapan banyak orang.

"Karena nak Amel sudah datang, lebih baik ijab qabul nya sekarang bae biar semuanyo cepat selesai!" ucap salah satu warga dengan peci hitam memulai pembicaraan.

"Sayo dak setuju, Pak RT! Adik sayo idak berzina dengan laki-laki kurang ajar iko! Sayo dak ndak adik sayo bernasib samo dengan sayo menjadi pelampiasan tangan kasar laki-laki itu!" bantah Jeje menolak dengan tegas.

"Idak biso! Si Nana sudah pasti berzina dengan Hamdan, buktinyo pas kami dobrak paksa pintu rumah iko dioknyo lagi tindih-tindihan dilantai dengan baju Nana sudah koyak belakang nyo!" teriak salah satu Ibu-ibu dengan penuh semangat.

"Iyo, kami jugo melihat nyo tadi!" timpal ibu-ibu yang lain dengan suara kencang.

"Itu idak benar! Baju sayo koyak karena ditarik laki-laki itu dari belakang pas sayo nak ngambil Jaka yang nangis!" bantah Nana dengan suara pelan tanpa ada emosi didalamnya.

"Halah, maling yo mano nak ngaku! Mano tadi Hamdan juga dak pakai baju pas kepergok," cemooh Ibu-ibu yang lain memojokkan Nana.

Jeje masih menangis didekat Nana yang masih terlihat tenang di tengah-tengah desakan, cemoohan dan hinaan para warga kampung tempat mereka tinggal.

"Sudahlah, Mbak Amel! Lebih baik nikahin bae Nana dengan mantan laki Mbak Amel biak namonyo idak tercemar dan membuat sial kampung iko! Toh, kalau dak dinikahin Mbak Amel jugo yang malu adiknyo berzina dengan mantan laki dewek," ucap Ibu yang pertama tadi dengan disahuti Ibu-ibu yang lainnya sehingga suara ribut pun mulai terdengar dalam kontrakan itu.

Karena suasananya semakin memanas antara kubu Ibu-ibu yang mendukung Hamdan dengan Jeje yang hanya berdua saja dengan sang adik.

"Tidak perlu! Saya yang akan nikahin Nana sekarang juga di hadapan bapak dan ibu semuanya! Saya percaya Nana dan mantan iparnya tidak berbuat zina seperti tuduhan bapak dan ibu," ucap Zion dengan suara berat dan tegas memecahkan perseteruan tersebut.

"Idak bisa!" teriak Hamdan dengan lantang menolak ucapan Zion yang melihatnya dengan wajah datar.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

dasar buaya buntung buntelan kadut ..

2025-04-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!