Anggota keluarga.

"Luna, hape kamu bunyi terus." ujar perempuan paruh baya itu. "Hmm." Laluna hanya bergumam, dia masih sibuk dengan mahluk berbulu yang tertidur di pangkuannya. "Nak, nenek sangat menyayangkan hubungan kamu dengan Vano harus berakhir begitu saja. Bulan lalu Vano kesini, dia bilang — dia masih sayang sama kamu. Dari wajahnya nenek rasa dia tidak berbohong." "Tapi kamu tahu? Saat itu nenek langsung marah. Kalaupun benar dia masih sayang sama kamu, kenapa selama lima tahun sama kamu dia tidak pernah membelamu sedikitpun!"
"Nek, kalo Vano kesini lagi. Jangan bukain pintu, suruh Mang Ujang aja, bilang aja nenek gak ada di rumah." "Nek, aku tahu  — dia masih sayang ke aku. Tapi, seribu kali pun dia minta balik, aku ga bakal mau nek. Aku ga mau harus hidup bersama orang yang aku sayang tapi selalu sakit hati setiap hari." "Nek, dulu ibu pernah ngomong. Jadi perempuan itu harus pintar dan mandiri, carilah pasangan yang setara. Kadang aku mikir... aku sudah hidup mandiri, sudah punya tabungan, beli rumah di desa ini saja mungkin sudah lebih dari cukup — tabunganku pasti masih ada sisa. Tapi ternyata riwayat keluarga kita yang miskin masih saja di ungkit ditambah aku man —dul..."
"Apa aku tidak di takdirkan untuk bahagia, ya?" Dielusnya puncak kepala cucu satu-satunya itu, "Laluna, kamu bisa cari bahagiamu sendiri. Cintai dirimu sendiri sebelum mencintai oranglain, bisa ya?" Laluna mengangguk setuju, dia memang sedih tapi air matanya sudah terlalu lelah untuk keluar. Terlalu banyak air mata setahun belakangan, dia memutuskan untuk menahan tangisnya dan lebih memilih memaksakan senyumannya. Senyuman palsu yang memuakkan, tapi belakangan ini kepalsuannya membuat dirinya sedikit demi sedikit menjadi wanita tangguh. Dia sangat tahu dibelakangnya  — ditempat kerjanya ada yang selalu membuat ramai ruang obrolan grup. Membicarakannya status jandanya, membuat cerita hoax tentang dirinya dan banyak lagi. Dia tahu semuanya meskipun dia sama sekali tidak ada di ruang obrolan grup itu karena selalu ada saja salah satu dari cerita itu sampai ditelinganya.
"Tuh, bunyi lagi hape nya. Udah bilang Mavin belum?"
Laluna Senja
Laluna Senja
Apa sih mav...
Laluna Senja
Laluna Senja
Gue di rumah nenek, jumat gue masuk.
Laluna Senja
Laluna Senja
Lagian kerjaan udah gue kelarin, sisanya bisa gue kerjain di laptop bisa langsung gue kirim ke lo
Laluna Senja
Laluna Senja
Soal bunga, gue lupa buang. Mungkin itu bakalan jadi kiriman terakhir mav..
Laluna Senja
Laluna Senja
Jadi lo gak usah khawatir
Laluna Senja
Laluna Senja
Terus gue ga ada waktu buat nyamperin orang itu. Buang buang energi, ngapain siii
Laluna Senja
Laluna Senja
Mav?
Laluna Senja
Laluna Senja
Tumben gak bales lagi?
Laluna Senja
Laluna Senja
Maaf gue cuti gak bilang lo dulu.
Laluna Senja
Laluna Senja
Mang ujang semalem bilang nenek demam, jadi gue buru buru mav..
Laluna Senja
Laluna Senja
Gue gamau kehilangan anggota keluarga gue yang tinggal satu satunya ini.
Laluna Senja
Laluna Senja
Kalo nenek baikan, besok juga gue pulang mav..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!