Minggu pagi.
Setelah menceritakan bagian dari kegundahan hati nya pada si mbok, akhirnya Joana bisa berpikir lebih tenang. Hal itu membuat Joana bisa berpikir positif dan mengambil pelajaran dari apa yang sudah dia alami. Joana lebih bisa memahami tentang sebab dan akibat dari perbuatannya sendiri.
“Pagi mbok...” Senyum Joana lebar. Joana menapakkan kakinya di lantai satu kemudian melangkah mendekati si mbok yang sedang menyiapkan sarapan pagi.
“Pagi juga non.. Sarapan nya sudah siap.” Sahut si mbok tersenyum.
Joana menatap hidangan diatas meja makan. Seperti biasa, si mbok selalu menyiapkan hidangan istimewa untuk nya. Meski memang si mbok sudah tua, namun si mbok mempunyai skill masak yang setara dengan chef handal.
“Makasih mbok...”
“Sama sama non. Si mbok permisi ke dapur lagi ya...”
“Oke...” Angguk Joana.
Joana menarik kursi kemudian duduk. Dia mencomot beberapa menu yang ada di atas meja.
Ya, si mbok memang selalu menghidangkan beberapa menu setiap harinya pada Joana. Dan Joana tebak memasak adalah bagian dari HOBY si mbok sehingga si mbok tidak pernah merasa lelah apa lagi bosan dengan aktivitas di dapurnya setiap hari.
Selesai sarapan, Joana pamit pergi pada si mbok. Dia masuk ke dalam mobilnya dan langsung tancap gas.
Joana berencana untuk memeriksakan kandungannya pagi ini. Joana bahkan sudah mengatur semuanya.
Sebagai publik figur Joana tentu tidak mau sampai karirnya hancur. Meski Joana sendiri sadar itu adalah akibat dari pergaulan nya sendiri.
Joana menghentikan mobilnya di sebuah klinik kecil yang ada di depan gang sempit. Tempat itu sangat sangat jauh dan berada di pelosok sehingga Joana harus menempuh perjalanan yang cukup lama seorang diri untuk sampai di tempat tersebut.
Joana menghela napas. Dia meraih masker, topi, juga jaket hitam yang ada di kursi samping kemudi. Joana segera mengenakannya kemudian keluar dari mobil. Joana yakin dengan penampilannya sekarang tidak akan ada orang yang mengenali siapa dirinya.
Joana berdiri di depan pintu klinik kecil itu. Dia menarik napas panjang kemudian menghelanya pelan. Joana mengulurkan tangan nya memencet bel agar si pemilik klinik tau tentang kedatangan nya.
Tidak lama menunggu seorang wanita berjilbab berbadan gemuk nan pendek pun keluar. Dia tersenyum lebar dan menyapa Joana dengan sangat ramah.
“Selamat siang. Silahkan masuk...”
Joana mengangguk. Dia masuk dan langsung duduk dengan wanita gemuk yang Joana tebak adalah seorang bidan itu. Posisi mereka berhadapan sekarang.
“Ada yang bisa saya bantu nona?” Bidan itu bertanya dengan nada ragu di akhir katanya.
Joana terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk pelan.
“Saya mau memeriksakan kandungan saya Bu..” Jawab Joana pelan. Sejujurnya Joana takut wanita itu mengenali dirinya. Meski Joana sudah melakukan penyamaran, namun tetap saja rasa takut itu masih ada.
Bidan itu terdiam menatap penampilan tertutup Joana. Penasaran sudah pasti. Namun untuk meminta Joana membuka masker dan topi nya itu sangat tidak mungkin.
“Baik kalau begitu mari..”
Bidan itu bangkit dari duduknya. Dia mengajak Joana menuju tempat pemeriksaan. Dan disana Joana di periksa dengan sangat detail.
Tidak ada pertanyaan apapun yang bidan itu lontarkan pada Joana. Dia fokus memeriksa kandungan Joana.
“Bagaimana Bu?” Tanya Joana setelah selesai di periksa.
“Semuanya baik. Tidak ada yang perlu di khawatir kan. Hanya saja nona perlu banyak vitamin untuk menjaga kondisi supaya tetap fit. Tidak jarang kehamilan di trimester pertama itu cukup menguras tenaga terutama kesehatan.”
Joana hanya mengangguk saja. Meski memang dirinya tidak merasakan apapun selama tiga bulan ini, namun berjaga jaga tetap perlu. Apa lagi dengan segudang aktivitas Joana yang super duper sibuk. Karena selain sekolah, Joana juga harus bekerja.
Setelah mendapat resep dari bidan itu, Joana pun segera membayar kemudian buru buru pergi. Joana tidak ingin bidan itu keburu menyadari siapa dirinya.
Joana tancap gas. Sekarang dirinya merasa tenang karena ternyata baik kondisinya maupun janin dalam kandungan nya baik baik saja.
Tanpa Joana sadari setiap gerak geriknya telah diawasi oleh seseorang.
Seseorang itu adalah utusan Daniel. Daniel sengaja mengutus orang untuk mengawasi dan memastikan Joana baik baik saja dimanapun dan kapanpun.
*****
“Emangnya Joana nggak bilang sama mbok mau pergi kemana?” Lea menatap si mbok yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan sendu. Lea tidak bisa menebak apakah yang di katakan si mbok benar atau hanya bohong belaka mengingat Joana yang memang sengaja menghindarinya sejak kejadian itu.
“Nggak non.” Jawab si mbok menggeleng pelan.
Lea menghela napas kasar. Dia tau Joana sangat marah bahkan kecewa padanya. Lea juga sadar apa yang dia lakukan salah. Bagaimana pun juga Dante adalah mantan kekasih Joana yang tidak sepatutnya dia cintai.
“Apa non mau menunggu di dalam sampai Non Joana pulang?” Si mbok bertanya dengan pelan dan nada lembut.
Lea tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya. Menunggu juga belum tentu Joana akan mau menemuinya.
“Aku pulang aja deh mbok. Nanti malam atau besok saja aku kesini lagi.” Katanya dengan senyuman.
“Ya sudah.” Si mbok tidak bisa memaksa.
Lea pun pamit pulang pada si mbok. Meski dia harus menelan kecewa karena tidak bisa menemui Joana.
Ketika hendak masuk ke dalam mobilnya, Lea pun menoleh ke garasi rumah Joana. Tidak ada mobil Joana yang artinya Joana memang benar benar sedang tidak ada di rumah.
“Apa mungkin Joana ke rumah Dante? Tapi untuk apa? Dia kan juga lagi marah sama Dante..” Lea bergumam sembari berpikir. Pasalnya Lea sudah mendatangi tempat kerja Joana namun sesampainya disana rekan Joana mengatakan Joana sedang mengajukan libur sementara.
Penasaran, Lea pun segera masuk ke dalam mobil. Begitu sudah duduk di kursi kemudi Lea mengeluarkan ponsel dari dalam tas kecilnya. Lea mencari kontak Dante lalu menghubungi nya.
“Halo...”
“Ya sayang.. Ada apa? Kangen ya? Aku di rumah kok.. Langsung aja ke rumah.”
Lea mengatupkan giginya keras mendengar sahutan Dante dari seberang telepon. Cowok itu benar benar terlalu santai setelah apa yang terjadi. Bahkan Dante terus saja meminta untuk Lea datang ke rumah nya. Jika saja bukan karena cinta Lea enggan memiliki hubungan apapun dengan cowok seperti Dante. Sayangnya perasaan nya begitu dalam pada Dante sehingga Lea sulit menahan itu semua.
“Dante tolong... Joana nggak ada kabar sama sekali. Dia juga sangat sulit untuk di temui. Aku di depan rumah nya sekarang. Mobilnya nggak ada. Dan si mbok bilang Joana pergi dari pagi dan sampai sekarang belum pulang.”
“Joana lagi.. Joana lagi.. kamu bisa nggak sih nggak usah mikirin Joana? Aku muak tau nggak?”
“Dante tapi...”
Tut Tutttt...
Belum selesai Lea berbicara Dante memutuskan sambungan telepon begitu saja. Hal itu membuat Lea frustasi. Lea merasa bersalah pada Joana, tapi Lea juga tidak ingin hubungan nya dengan Dante selesai begitu saja.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Cindy
lanjut
2025-04-16
0