Karena tidak kunjung ada kabar dari Dante, Joana pun nekat mendatangi rumah Dante. Kebetulan Dante juga tinggal seorang diri. Dante Memilih hidup mandiri dan menjauh dari kedua orang tuanya yang memang sudah tidak bersama lagi. Mereka sudah bercerai dan sibuk dengan bisnisnya sendiri sendiri. Sedang Dante, dia hidup seperti anak sebatang kara yang sudah tidak memiliki kedua orang tua. Meski memang segala kebutuhan nya tercukupi, namun tidak dengan kasih sayang yang sama sekali tidak Dante dapatkan. Itu karena kedua orang tuanya yang selalu sibuk sendiri sendiri.
Joana keluar dari taksi. Dia kemudian membuka pintu gerbang kediaman Dante dan masuk begitu saja. Meski belakangan Joana sudah tidak lagi wara wiri, namun Joana tetap bisa bebas masuk karena memang Dante tidak melarang.
Joana berhenti melangkah begitu sampai di pintu utama rumah Dante. Dia menarik napas dalam dalam sebelum akhirnya menghembuskan nya dengan kasar.
“Apapun yang terjadi, Dante harus tau tentang ini.” Batin Joana penuh tekad. Joana akan memperjuangkan apa yang menjadi haknya sebagai gadis yang di hamili oleh mantan kekasihnya. Dante harus bertanggungjawab.
Setelah tekad nya kembali penuh bahkan bertambah, Joana pun mengetuk pintu rumah Dante. Namun beberapa kali mengetuk, Dante tidak juga kunjung keluar. Joana yang memang tidak sabaran pun memutuskan untuk membuka pintu rumah Dante yang ternyata memang tidak di kunci.
Tanpa berpikir panjang Joana pun masuk. Begitu dia menginjakkan kakinya di ruang tengah, alangkah terkejutnya Joana melihat Dante yang sedang bercumbu mesra dengan seorang gadis yang tidak lain adalah Lea, sahabat Joana sendiri.
Joana terpaku di tempatnya berdiri. Detak jantung nya bahkan seperti berhenti sesaat melihat kenyataan menyakitkan di depannya. Lea adalah sahabat yang paling Joana percaya. Bahkan Joana berniat menemui Lea untuk meminta solusi atas masalahnya. Tapi sekarang bahkan Lea terlihat begitu lihai bercumbu dengan Dante, mantan pacar Joana yang juga adalah ayah kandung dari janin yang sedang Lea kandung. Ya, Joana sangat yakin Dante lah ayah biologisnya karena memang Joana hanya melakukannya dengan Dante saja.
“Kalian...”
Tidak mendengar suara Joana, Dante dan Lea pun terus asik dengan kegiatan panasnya diatas sofa. Mereka tidak menyadari kehadiran Joana.
Merasa muak dengan apa yang Dante dan Lea lakukan, Joana pun meraih vas bunga yang berada diatas meja tidak jauh dari tempatnya berdiri. Joana kemudian melemparkannya tepat di depan sofa yang sedang menjadi tempat pergumulan panas mantan kekasih juga sahabat nya itu.
Praaaankkkk !!
Dan berhasil. Suara keras pecahnya vas bunga itu membuat Dante dan Lea refleks menghentikan aktivitas panasnya. Saat itu juga mereka berdua menyadari kehadiran Joana.
Lea yang memang hampir polos pun segera menutupi bagian tubuhnya dengan jaket Dante. Sementara Dante, dia menatap Joana dengan tatapan terkejut.
“Jadi ini yang membuat kamu berpaling Dante?” Meski sedang menahan tangis, namun Joana berusaha tetap tenang.
“Kamu juga Lea.. Ternyata kamu bukan sahabat aku..” Joana beralih menatap Lea yang tidak tau harus berkata apa.
“Selama ini aku begitu bodoh karena percaya sama kalian. Kalian brengsek. kalian nggak pantes untuk aku kenal.”
Dengan rasa sakit dan kecewa yang begitu dalam, Joana pun berlari keluar dari rumah Dante. Air mata sudah tidak bisa Joana bendung lagi. Bahkan laju air matanya seolah sedang berlomba dengan laju lari Joana menjauh dari kediaman Dante.
Joana hancur sehancur hancurnya. Joana merasa di khianati. Joana merasa di tusuk dari belakang oleh sahabatnya sendiri.
Jika saja yang dia sedang bersama Dante bukan Lea sahabat nya mungkin Joana tidak akan sehancur ini.
****
“Bagaimana ini?” Lea mulai tidak tenang setelah ke gep sedang bermesraan dengan Dante, mantan kekasih dari sahabat nya sendiri, Joana.
Lea mondar mandir di depan sofa dengan menggigit kuku jarinya. Dia memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi nantinya yang pasti akan berimbas pada hubungan persahabatan nya dengan Joana.
“Bagaimana apanya? Ya sudah biarkan saja lah. Toh kita juga berhubungan setelah aku dan dia selesai kok. Kamu nggak perlu lah merasa se khawatir itu sama Joana. Joana sudah besar. Dia bukan anak kecil lagi. Dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri.” Meski sempat terkejut karena Joana memergokinya sedang bermesraan dengan Lea, namun akhirnya Dante bisa tenang karena memang dirinya bersama Lea setelah putus dari Joana.
“Dante, kenapa kamu bisa setenang itu? Joana itu sahabat aku. Kamu mikir nggak sih bagaimana perasaan dia melihat apa yang kita lakukan tadi?” Lea mulai kesal. Dante terlalu santai menurutnya. Dante terkesan tidak memikirkan sedikitpun perasaan Joana.
Malas berdebat, Dante pun hanya melengos. Dante merasa sudah tidak ada lagi urusan dengan Joana. Hubungan nya sudah selesai. Dan itu juga murni karena kesalahan Joana yang terlalu sibuk dengan karir dan bisnis yang sedang di rintis nya.
“Aku harus jelasin sama Joana. Aku nggak mau persahabatan aku sama Joana rusak hanya karena masalah sepele seperti ini.” Lea bergumam penuh tekad. Tidak perduli akan reaksi Joana nantinya, Lea akan tetap menjelaskan semuanya.
Lea melirik Dante yang terlihat tidak perduli. Gadis itu kemudian meraih cardigan warna pink-nya lalu melangkah menjauh dari Dante yang duduk santai di sofa panjang tempat mereka berdua ketahuan bermesraan tadi.
Tanpa berkata sepatah katapun Lea berlalu keluar dari kediaman Dante. Lea berniat menyusul Joana dan menjelaskan semuanya.
****
Sementara itu di jalanan Joana terus berlari sambil menangis. Joana bahkan lari tak tentu arah. Gadis itu tidak perduli dengan orang orang yang menatap nya aneh. Hatinya benar benar sakit, bahkan hancur melihat Mantan kekasih nya bermesraan dengan sahabat yang sangat dia percaya. Di tambah lagi sekarang dirinya sedang hamil. Hamil anak dari mantan kekasihnya yang brengsek.
“Brengsek ! Kalian brengsek !!” Umpat Joana sambil terus menangis terisak.
Terlalu lama berlari, kaki Joana pun melemas. Dia jatuh terduduk di tepi jalan kompleks perumahan tempat Dante tinggal. Gadis itu menangis sampai seluruh tubuhnya bergetar. Isak tangisnya menggambarkan rasa penyesalan yang begitu dalam atas apa yang sudah dia lakukan dengan Dante saat masih pacaran.
Joana menangis begitu lama hingga akhirnya kesadaran nya menghilang.
Joana pingsan di tepi jalan sepi itu dengan posisi meringkuk.
Tak lama setelah tubuh Joana ambruk, sosok lain datang. Dia adalah cowok tampan dengan seragam putih abu abu. Sebenarnya sosok itu sudah dari tadi mengawasi Joana dari kejauhan.
“Dasar bodoh.” Decaknya.
Cowok yang masih lengkap mengenakan seragam sekolah beserta atributnya itu kemudian mengangkat tubuh Joana dan memasukan ke dalam mobilnya. Dia membawa Joana yang tidak sadarkan diri pergi dari tempat sepi itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Cindy
lanjut
2025-04-06
0