Joana mengerjapkan beberapa kali kedua matanya untuk menyesuaikan pandangan nya dengan cahaya silau lampu yang begitu terang. dan begitu kesadaran nya pulih, Denyutan ngilu di kepalanya langsung terasa begitu hebat.
Joana meringis sembari berusaha bangkit dari posisi berbaring nya.
“Kamu masih lemah. Sebaiknya jangan dulu banyak bergerak.” Suara berat itu membuat Joana tersentak. Refleks Joana menoleh dan mendapati sosok tampan yang tentu Joana ketahui siapa.
“Kamu...”
Sosok tampan itu menoleh membalas tatapan penuh keterkejutan Joana kemudian tersenyum manis.
“Dokter sudah memeriksa keadaan kamu. Dia juga memberikan vitamin untuk kamu.”
Joana menelan ludah. Dia masih berusaha mencerna ucapan sosok tersebut.
“Daniel, apa maksud kamu?” Tanya Joana kemudian. Meski begitu kenyataan bahwa dirinya sedang hamil membuat Joana deg degan. Joana tidak ingin siapapun tau tentang kehamilan nya.
“Aku sudah tau semuanya. Aku juga tau siapa ayah dari janin yang sedang kamu kandung Joana.”
Ucapan itu membuat jantung Joana berhenti sejenak. Bagaimana mungkin ada orang lain tau tentang apa yang bahkan belum Joana beritahukan pada siapapun.
“Apa maksud kamu?”
“Jangan pura pura bodoh Joana. Kamu nggak bisa mengelak lagi. Kamu hamil anak Dante kan? Dan sekarang Dante bersama Lea, sahabat kamu.”
Joana menggeleng tidak percaya. Bagaimana mungkin Daniel yang sebagai adik kelasnya tau segala permasalahan yang sedang Joana hadapi sekarang.
“Aku bisa bantu kamu.” Lanjutnya dengan tenang.
Joana tidak berkata apa-apa. Dia masih sangat terkejut dengan apa yang di dengarnya.
“Aku akan bertanggung jawab. Tidak masalah meski anak itu bukan anak aku.”
Mata Joana terbelalak. Lelucon apa yang sedang dia dengar sekarang. Daniel yang notabenenya adalah adik kelasnya yang bahkan usianya lebih muda darinya mengatakan akan bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak pernah dia lakukan.
“Jangan bercanda. Aku tidak akan membawa nama orang lain dalam masalahku. Aku juga tidak mau menyusahkan orang lain.” Tegas Joana.
Daniel terkekeh geli.
“Kamu nggak punya pilihan lain Joana.” Katanya.
Joana tersenyum miring.
“Kamu salah. Aku punya banyak pilihan untuk melanjutkan hidup ini. Jadi entah itu kamu atau siapapun tidak bisa mengatur hidupku.” Tegas Joana.
Sejujurnya Joana memang tidak tau harus bagaimana. Tapi bukan berarti Joana akan begitu bodoh mengambil keputusan. Apa lagi jika harus mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya. Terlebih dirinya juga tidak tau siapa dan bagaimana seorang Daniel. Yang Joana tau hanya Daniel adalah adik kelas di sekolah tempatnya menimba ilmu.
“Benarkah begitu? Memangnya siapa lagi yang akan kamu percaya selain aku disini? Sahabat kamu Lea? Atau pacar, ah maksudku mantan pacar kamu yang brengsek itu?”
Joana menatap Daniel dengan rahang mengeras. Kedua manusia brengsek itu memang sudah tidak bisa di percaya lagi. Sahabat dan mantan pacarnya mereka sama sama tidak punya perasaan.
“Sudahlah Joana.. Dengarkan apa kataku. Kamu tidak akan menyesal. Aku jamin.” Daniel berusaha meyakinkan Joana.
Ya, sejak dulu memang Daniel sangat mengidolakan Joana, bahkan Daniel juga memiliki perasaan spesial untuk Joana. Dan dengan adanya masalah ini Daniel merasa dirinya sudah seharusnya bertindak. Bukan hanya karena rasa ingin memiliki saja dirinya berniat bertanggungjawab atas janin yang sedang Joana kandung. Tapi juga karena rasa ingin melindungi. Perasaan Daniel tulus apa adanya tanpa ada niat terselubung sedikitpun atas Joana. Tidak masalah meskipun Joana sudah begitu jauh dalam berhubungan dengan mantan kekasihnya, Dante.
“Dasar gila !!” Umpat Joana penuh amarah.
Tidak mau berlama lama bersama Daniel, Joana pun lekas bangkit kemudian turun dari ranjang mewah itu. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Joana pun melangkah keluar dari kamar Daniel kemudian berlalu meninggalkan kediaman mewah itu.
Daniel yang tidak mau sesuatu yang tidak di inginkan terjadi pun segera menghubungi seseorang untuk mengikuti Joana dan memastikan Joana baik baik saja.
“Ikuti dia. Pastikan dia selalu baik baik saja.” Perintah Daniel pada seseorang yang ada di seberang telepon.
Daniel kemudian kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celana rumahan yang dia kenakan. Dia menghela napas. Meski dirinya tidak ada hubungan darah dengan janin yang sedang Joana kandung saat ini, namun Daniel tidak keberatan jika harus menganggap nya sebagai darah daging nya sendiri nantinya. Lagi pula Dante dan Joana sudah tidak lagi bersama. Di tambah profil keluarga Dante yang cukup buruk membuat Daniel yakin Joana dan anaknya tidak akan aman jika bersama mereka.
“Joana... apapun alasannya kamu harus bersamaku.” Batin Daniel yang memang tidak menerima penolakan apapun dari Joana.
Joana memang menolak dengan keras. Tapi itu tidak menyurutkan niat Daniel untuk bertanggung jawab.
*****
Beberapa hari setelah kejadian itu Joana pun mengurung dirinya di rumah. Joana sama sekali tidak keluar sama sekali bahkan untuk sekedar berjemur di pagi hari.
Hal itu membuat si mbok yang bekerja dengan Joana bertanya tanya. Pasalnya tidak biasanya Joana murung seperti itu. Apa lagi Joana adalah gadis yang periang dan ramah pada siapa saja.
“Eum.. Sarapan nya sudah siap non...” Suara si mbok berhasil mengalihkan perhatian Joana.
“Nanti saja mbok.” Jawaban yang sama selama beberapa hari keluar dari bibir pucat Joana. Suaranya bahkan terdengar sangat tidak bersemangat.
Si mbok menghela napas pelan. Dia sangat khawatir pada majikan cantiknya itu.
“Non harus sarapan. Beberapa hari ini non tidak semangat makan. Non tidak bekerja, non juga tidak sekolah. Kalau boleh si mbok tau, apa non sedang ada masalah?” Si mbok berkata dengan suara sangat lembut. Wanita tua itu sudah sangat mengenal bagaimana Joana. Apa lagi selama ini papah Joana yang tinggal di luar negeri juga sangat percaya padanya.
Joana menghela napas pelan. Beberapa hari berpikir mencari jalan keluar namun sampai sekarang Joana belum juga menemukannya. Joana malah semakin bingung. Joana merasa sendiri dan tidak ada tempat untuk bercerita.
“Aku kangen sama mamah mbok..” Jawab Joana sedih. Joana tidak sepenuhnya berbohong karena memang dirinya juga sangat merindukan mendiang sang mamah yang sudah 5 tahun ini tidak ada di sampingnya.
Si mbok tersenyum simpul. Entah kenapa si mbok merasa bukan hanya itu masalah yang sedang di hadapi Joana.
Pelan pelan si mbok mendekati Joana yang duduk di sofa panjang di kamarnya. Wanita tua itu mengusap lembut bahu Joana.
Joana yang mendapat usapan lembut dari si mbok pun menangis. Pertahanan nya runtuh saat itu juga. Joana langsung terisak dan memeluk si mbok erat.
“Aku takut mbok... Hiks hiks...” Tangis Joana dengan tubuh bergetar.
Si mbok yang sedikitpun tidak tau permasalahan yang di hadapi Joana hanya bisa membalas pelukan erat Joana sembari mengusap usap lembut punggung Joana. Si mbok berharap hal itu bisa membuat Joana sedikit tenang dan tidak merasa sendiri.
TBC
Guys jangan lupa tinggalkan jejak ya..
Like dan komentar
Kritik dan saran di butuhkan disini🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Cindy
lanjut kak
2025-04-15
0