Bab 3 Bhre Rakha

"Citcit cuuuit !" burung-burung bermata 3 atau 4 di atas sana bersiul-siul mencoba membangunkan Siti, tapi Siti tak bangun juga.

'Ketoplak ketoplak ketoplak,' suara lari tapak kaki kuda terdengar tak lama kemudian, burung-burung itu mabur kembali ke angkasa raya yang terlihat tanpa matahari.

Suasana di alam jin memang beda, di alam manusia tampak matahari dan rembulan, di alam jin tidak, ada cahaya tapi tanpa sumbernya yang pasti, suasana tampak singup (singup itu seperti keadaan hari yang cerah tapi sedikit berawan), senja dan subuh tampak keunguan di langit, udara yang berhembus juga tak sesegar di alam manusia, malam di alam manusia artinya siang di alam jin, dan sebaliknya. Jika ini bagian wilayah kerajaan jin jahat, udara terasa seperti saat kemarau, jika di wilayah kerajaan jin baik, udara dingin semriwing.

"Ya Salam, sangkar ini rusak parah, kok bisa semua ini terjadi ?" ucap seorang lelaki gagah di atas pelana kuda jantan putih.

"Pasti telah terjadi sesuatu, Pangeran, sangkar ini sudah dimantrai oleh para empu yang puasa 100 hari," kata Pati Wirajaya.

Pangeran Rakha turun dari kudanya dan berjalan ke tepian, melihat semua kekacauan ini, ia berjongkok kemudian berpikir keras, "mantra ? apa yang bisa membuat mantra para empu padam ?" tanyanya.

Patih Wira pun mendekati dan ikut berjongkok di samping Pangeran Rakha, "saya juga tidak mengerti, Pangeran."

Rakha menatap orang yang seumuran dengannya itu dengan senyuman, yang ikut mumet dengan masalah ini, "sudah berapa kali aku bilang padamu, Patih, panggil aku Bhre saja, aku sekarang diperintahkan Ayah memimpin wilayah Jawa bagian Timur, aku tidak lagi tinggal di istana," katanya.

"Tetap saja, Bhre, kau adalah keturunan satu-satunya Paduka Raja, kelak kau akan menggantikannya dan tidak lagi memimpin wilayah ini, semua wilayah Jawa akan tunduk padamu," kata Wira dengan senyuman.

"Kau sembunyikan dulu berita rusaknya sangkar ini dari masyarakat ya, jika rakyat jin tahu siluman ular ini kabur, mereka pasti akan segera mengungsi ketakutan, dan jika Ayahku tahu... habislah aku," kata Pangeran Rakha bisik-bisik.

"Baik, Bhre," jawabnya.

"Kita harus temukan ular itu sebelum ia mengobrak-abrik alam kita dan juga alam manusia, kalau dia berubah jadi monster, longsor dan banjir bandang akan terjadi, kemudian kita juga harus perbaiki sangkar ini, ayo kita datangi para empu," ucap Rakha sembari berdiri lagi.

Rakha sudah berbalik mau menunggangi kudanya hingga Wira memekik, "Bhre, tunggu dulu ! lihat itu ! sepertinya ada seseorang di sana," katanya menunjuk.

Pria yang bertelanjang dada dengan dua cuping telinga emas itu turun lagi dari kuda kemudian berlari melongok, ia sipitkan matanya, "iya, jangan-jangan siluman itu, ayo kita turun !" ajaknya.

Dengan seutas tali, kedua pria berbadan sixpack ini menuruni jurang yang sangat dalam tempat dimana sangkar raksasa diletakkan untuk mengurung sang siluman selama ratusan tahun lamanya. Rakha turun duluan, sapit urang bermotif batik yang menyelimuti celana pendeknya sedikit menyulitkan dan harus diikat sedikit, setelah sampai di dasar jurang, ia melangkah ke pintu kurungan dan membukanya.

"Perempuan, Bhre !! perempuan bugil itu," pekik Wira sedikit melotot.

"Kau benar," ucap Rakha sembari berlari mendekati Siti.

Rakha dan Wira mengamati tubuh Siti dari belakang, melihat lekukannya yang indah, "mulus sekali, dan dia bukan siluman itu," ucap Rakha.

"Dia pingsan sepertinya, atau tertidur, tapi aromanya lain dengan aroma bangsa jin, saya jadi curiga, Bhre," ucap Wira.

Mata Rakha membulat, hidungnya mekar-mekar membaui badan Siti, "jangan-jangan, dia... manusia," bisiknya.

"Sepertinya sih, tapi bagaimana dia bisa di sini ?" ucap Wira tak habis thingking.

Rakha mengulurkan satu jarinya, ia toel-toel pundak Siti, "hei ! perempuan, hei !! bangunlah !" ucapnya.

Siti tak juga bergerak, Rakha pelan-pelan sekali mulai menyentuh kepala dan tubuh itu, jantungnya berdebar-debar tak karuan, "siapapun kau... apes sekali nasibmu bisa ada di alam ini, hai perempuan," ucapnya.

Begitu Siti ditelentangkan dan rambutnya disibak, wajah Rakha berubah melongo seperti orang dongo, pipinya memerah dan matanya tak bisa kedip sama sekali, "Ya Allah.... cantik sekali," gumamnya.

Burung-burung berhenti berkicau memandangi semua itu, awan pun tampak berhenti berjalan di langit sana, angin pun tak berhembus, dan hati Rakha seperti berhenti berdetak, bunga-bunga yang mekar di seluruh taman istana tak mampu mengalahkan keindahan ini. Sang Pangeran memandangi lagi tubuh itu, dari ujung kuku kakinya hingga ujung rambut kepala, ini adalah ciptaan Allah yang paling indah pernah ia jumpai, ia tak akan pernah berhenti memikirkannya nanti malam, mungkin ia tak akan bisa tidur. Bibir Rakha mengembangkan senyuman saat memandangi bibir yang agak menganga itu.

"Biarpun ngiler kau tetap sangat cantik," ucap Rakha.

"Dia sangat mempersona, tapi dia tetaplah bukan bangsa kita, Bhre," ucap Patih Wira.

Rakha langsung tersadar dari kehanyutannya dan menoleh orang kepercayaannya itu, "kenapa kau diam saja, Wir ? jangan dilihat !! lepaskan sapit urangmu sekarang !"

"Ampun, Bhre, ampun," ucap Wira terburu-buru berpaling badan dan melepaskan sembong jarik yang ia kenakan.

Rakha menjabarkan kain jarik itu dan menutupkannya pada tubuh Siti, "apes nasibmu terdampar di sini, wahai Perempuan, tapi keapesanmu ini juga keberuntungan bagiku, hehehe," ucapnya sembari menggendong Siti dengan kedua lengan kekarnya.

"Sekarang bagaimana caranya kita naik ke atas, Bhre ?" ucap Wira bingung.

Bhre Rakha mengatur posisi agar Siti bisa digendong di salah satu pundaknya, "gak papa, aku bisa naik dengan satu tangan," katanya.

"Nanti kau jatuh, bagaimana kalau aku naik dulu, aku bawakan tali lain untuk menarik perempuan ini ?" ujar Wira menawarkan.

"Tidak usah, tidak usah, aku bisa kok, santai saja," jawab Rakha.

"Ni Pangeran tukang ngeyel dari dulu," batin Wira mendaki duluan.

Dengan susah payah Rakha membawa Siti ke atas bukit, di atas bukit sana memang ada sebuah gubuk kecil tempat penjaga sangkar tinggal dulu, tapi penjaganya sudah lama mati karena usia, sejak saat itu tak ada seorangpun yang menjadi penjaga. Rakha membaringkan Siti di atas amben jelek, ia bersihkan sedikit perkakas di dalam gubuk itu dan membuka jendelanya agar udara segar bisa masuk ke dalam.

"Bhre, saya tidak bisa menunggu perempuan ini sampai sadar, saya mau cari empu untuk memperbaiki sangkar ini sesegera mungkin dulu," kata Wira izin.

"Baiklah, pergilah, bersamaku perempuan ini akan aman sentosa," ucap Rakha sambil menyunggingkan senyuman lebar sekali.

Wira hendak pergi keluar dari pintu gubuk, tapi ia kok jadi ragu melihat senyuman itu, ia berbalik badan lagi, "emmm... Bhre, anu... Bhre tidak akan melakukan hal-hal yang... anu kan pada perempuan ini ?" tanyanya.

"Kau pikir aku pria macam apa ? jika aku semacam itu, sudah tak perjaka aku sekarang, buktinya aku masih perjaka tingting, aku ini kuat iman, jangan meremehkanku !" ucap Rakha cemberut.

"Okeh... okelah kalau begitu, Bhre, saya pergi dulu," ucap Wira dengan seringai.

'Ketoplak ketoplak ketoplak,' kuda coklat itu pun berlari menuruni bukit, dan senyuman kembali menghiasi wajah Bhre Rakha.

Rakha kembali memandangi wajah Siti, ia elus-elus pipinya yang seempuk jemblem, "kau telah menyentuh satu benda kecil nan usang dalam dadaku ini, rasa cintaku, kau hidupkan benda usang itu kembali, aku sama sekali tidak tertarik pada wanita sejak kematian ibundaku, maaf curhat, hehe, kuharap kau tidak kaget setelah sadar nanti, hai perempuan," ucap Rakha mendadak jadi puitis.

Rakha memutar-mutar jarinya, mengucap mantra, tubuh Siti bercahaya, ia tiba-tiba jadi berpakaian, memakai kemben, jarik, stagen berwarna merah lengkap dengan selendang merah yang berani, dua cuping emas menghiasi telinganya, membuatnya seperti dewi yang baru turun dari kayangan. Ini adalah mantra memakai busana praktis ala bangsa jin.

Rakha menyipitkan matanya, "ada 1 lagi yang masih kurang," gumamnya memutar lagi jarinya di dekat bibir Siti, bibir itu jadi merona pinky bak dipulas lipstik alami terbuat dari sari buah naga.

"Sempurna," ucap Rakha sumringah melihatnya.

Terpopuler

Comments

FiaNasa

FiaNasa

bhre klau empuk bukan jemblem,,tapi donat bhre..jemblem itu rada kenyal² dikit 🤣🤣🤣

2025-05-19

2

Yuli a

Yuli a

jin aja masih bisa nyebut ya Allah... sedangkan yang manusia boro-boro ingat sama Allah...😪

2025-04-07

5

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

weh bngsa jin tau iman.. apa imin aja sih
ngakak aq

2025-04-07

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pemandian Air Panas Gunung Keramat
2 Bab 2 Kerasukan
3 Bab 3 Bhre Rakha
4 Bab 4 Siti Palsu
5 Bab 5 Nafas Buatan
6 Bab 6 Gak Mau Dibonceng Naik Kuda
7 Bab 7 Terlalu Percaya Diri
8 Bab 8 Sendiko Dawuh, Suhu
9 Bab 9 Kenapa Siluman Ular itu Dikurung ?
10 Bab 10 Toilet Jin Dimana ?
11 Bab 11 Aku Memang Bajingan Yang Jatuh Cinta Padamu
12 Bab 12 Oh !! Di Dalam Ya ?
13 Bab 13 Ajian Pemikat
14 Bab 14 Buset ! Mie Cup Sekardus
15 Bab 15 Sang Pangeran Mati
16 Bab 16 Presiden BEM Klepek-Klepek
17 Bab 17 Diemut Aja
18 Bab 18 Aku Terpaksa Harus Memaksanya
19 Bab 19 Digabrut Makhluk Berbulu
20 Bab 20 Gue Mens ?
21 Bab 21 Nginthil Terus
22 Bab 22 Abang Masukin Tiap Hari !?
23 Bab 23 Ciuman Pertama Mekel
24 Bab 24 Pertarungan Sengit Saras VS Wira
25 Bab 25 Aura Hypernya Kuat Banget
26 Bab 26 Dikeluarkan Dari Kampus
27 Bab 27 Udah Nikah Tapi Gak Berasa Gitu
28 Bab 28 Yes Istriku Yes Aww
29 Bab 29 Bercint@ Dengan Tornado + Gempa 7 SR
30 Bab 30 Mana Janjimu, Bang ?
31 Bab 31 Tebak ! Siti Bisa Pulang Apa Enggak ?
32 Bab 32 Kembali ke Alam Manusia
33 Bab 33 Mual Muntah di Pagi Hari
34 Bab 34 Hamil Anak Jin
35 Bab 35 Tespek Positif
36 Bab 36 Nanas Dari Vano
37 Bab 37 Balapan Maut
38 Bab 38 Jejelin Kulit Nanas ke Mulutnya Vano
39 Bab 39 Saraswati Akan Membunuh Siti
40 Bab 40 Muncrat Sosisnya Kang Mas
41 Bab 41 Strategi Pintar Siti
42 Bab 42 Sekarang Buka Bajumu ! Akan Kumandikan Kau
43 Bab 43 Gara-Gara Ngintip
44 Bab 44 USG di Dokter Kandungan
45 Bab 45 Kenapa Tidak Bisa Berdiri, Kanda ?
46 Bab 46 Naik ke Gunung Keramat
47 Bab 47 Gue Mau Jadi Ayah Buat Bayi Lu
48 Bab 48 Ngidam Makan Ular
49 Bab 49 Mekel Aslinya Sudah Gak Tahan
50 Bab 50 Kisah Lahirnya Sang Antagonis
51 Bab 51 Kutukan Timun Gaib
52 Bab 52 Siap Jadi Bapaknya Jin
53 Bab 53 Diam-Diam Menyelinap Masuk Kamar
54 Bab 54 Temenin Adek Tinggal di Hutan
55 Bab 55 Pertemuan Dengan Pangeran Rakha Malam Ini
56 Bab 56 Berkat Kitab Ulat Sutra
57 Bab 57 Aib Siti Bocor ke Medsos
58 Bab 58 Dan Pangeran Rakha Bandel
59 Bab 59 Mama Macan VS Babi Hutan
60 Bab 60 Hubungan Patih Wira dan Saraswati Terbongkar
61 Bab 61 Bobot, Bibit dan Bebet
62 Bab 62 Tangis di Hari Raya
63 Bab 63 Melepas Kebaya Keraton
64 Bab 64 Babe Dimaki-Maki di Depan Rumah
65 Bab 65 Segelas Baygon di Meja Dapur
66 Bab 66 Nanti Gue Sharelok, tapi…
67 Bab 67 Lamaran Jordan
68 Bab 68 Pernikahan Jordan dan Siti
69 Bab 69 Tolong Jaga Dia, Wahai Sahabatku
70 Bab 70 Pengantinnya Adalah…
71 Bab 71 Malam Pengantin Ditemani Jin
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1 Pemandian Air Panas Gunung Keramat
2
Bab 2 Kerasukan
3
Bab 3 Bhre Rakha
4
Bab 4 Siti Palsu
5
Bab 5 Nafas Buatan
6
Bab 6 Gak Mau Dibonceng Naik Kuda
7
Bab 7 Terlalu Percaya Diri
8
Bab 8 Sendiko Dawuh, Suhu
9
Bab 9 Kenapa Siluman Ular itu Dikurung ?
10
Bab 10 Toilet Jin Dimana ?
11
Bab 11 Aku Memang Bajingan Yang Jatuh Cinta Padamu
12
Bab 12 Oh !! Di Dalam Ya ?
13
Bab 13 Ajian Pemikat
14
Bab 14 Buset ! Mie Cup Sekardus
15
Bab 15 Sang Pangeran Mati
16
Bab 16 Presiden BEM Klepek-Klepek
17
Bab 17 Diemut Aja
18
Bab 18 Aku Terpaksa Harus Memaksanya
19
Bab 19 Digabrut Makhluk Berbulu
20
Bab 20 Gue Mens ?
21
Bab 21 Nginthil Terus
22
Bab 22 Abang Masukin Tiap Hari !?
23
Bab 23 Ciuman Pertama Mekel
24
Bab 24 Pertarungan Sengit Saras VS Wira
25
Bab 25 Aura Hypernya Kuat Banget
26
Bab 26 Dikeluarkan Dari Kampus
27
Bab 27 Udah Nikah Tapi Gak Berasa Gitu
28
Bab 28 Yes Istriku Yes Aww
29
Bab 29 Bercint@ Dengan Tornado + Gempa 7 SR
30
Bab 30 Mana Janjimu, Bang ?
31
Bab 31 Tebak ! Siti Bisa Pulang Apa Enggak ?
32
Bab 32 Kembali ke Alam Manusia
33
Bab 33 Mual Muntah di Pagi Hari
34
Bab 34 Hamil Anak Jin
35
Bab 35 Tespek Positif
36
Bab 36 Nanas Dari Vano
37
Bab 37 Balapan Maut
38
Bab 38 Jejelin Kulit Nanas ke Mulutnya Vano
39
Bab 39 Saraswati Akan Membunuh Siti
40
Bab 40 Muncrat Sosisnya Kang Mas
41
Bab 41 Strategi Pintar Siti
42
Bab 42 Sekarang Buka Bajumu ! Akan Kumandikan Kau
43
Bab 43 Gara-Gara Ngintip
44
Bab 44 USG di Dokter Kandungan
45
Bab 45 Kenapa Tidak Bisa Berdiri, Kanda ?
46
Bab 46 Naik ke Gunung Keramat
47
Bab 47 Gue Mau Jadi Ayah Buat Bayi Lu
48
Bab 48 Ngidam Makan Ular
49
Bab 49 Mekel Aslinya Sudah Gak Tahan
50
Bab 50 Kisah Lahirnya Sang Antagonis
51
Bab 51 Kutukan Timun Gaib
52
Bab 52 Siap Jadi Bapaknya Jin
53
Bab 53 Diam-Diam Menyelinap Masuk Kamar
54
Bab 54 Temenin Adek Tinggal di Hutan
55
Bab 55 Pertemuan Dengan Pangeran Rakha Malam Ini
56
Bab 56 Berkat Kitab Ulat Sutra
57
Bab 57 Aib Siti Bocor ke Medsos
58
Bab 58 Dan Pangeran Rakha Bandel
59
Bab 59 Mama Macan VS Babi Hutan
60
Bab 60 Hubungan Patih Wira dan Saraswati Terbongkar
61
Bab 61 Bobot, Bibit dan Bebet
62
Bab 62 Tangis di Hari Raya
63
Bab 63 Melepas Kebaya Keraton
64
Bab 64 Babe Dimaki-Maki di Depan Rumah
65
Bab 65 Segelas Baygon di Meja Dapur
66
Bab 66 Nanti Gue Sharelok, tapi…
67
Bab 67 Lamaran Jordan
68
Bab 68 Pernikahan Jordan dan Siti
69
Bab 69 Tolong Jaga Dia, Wahai Sahabatku
70
Bab 70 Pengantinnya Adalah…
71
Bab 71 Malam Pengantin Ditemani Jin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!