Bab 4

Di tengah teriknya matahari, seorang gadis tengah memakan ice cream dengan wajah lesunya. Kenapa dirinya harus di buat se frustasi ini oleh pria yang sudah lama ingin dia lupakan? Padahal dirinya sudah bertahun-tahun untuk berusaha melupakannya tapi sekarang malah hancur dengan satu pertemuan.

Inilah mengapa dia sangat menolak untuk bertemu dengan keluarga dari teman mommy nya.

"Berhenti berfikir, kepalamu sudah mengeluarkan asapnya." Ujar Gabriel dengan mengelus kepala gadis yang masih tengah terdiam dengan bibir belepotan ice cream.

"Lihat sahabatmu itu, dia masih tetap berada di jendela untuk memantau Pak Axel." Valencia menoleh menatap temannya yang layaknya cicak dengan menempel di dinding agar bisa mengintip dari kaca betapa tampannya dosen tamu baru mereka. "Ck! Kenapa aku bisa berteman dengannya?!" Seru Valencia dengan wajah sebalnya, dia kembali menatap langit yang terlihat cerah tak seperti hatinya yang berantakan.

"Apa begitu sulit untuk melupakannya?" Tanya Gabriel setelah terdiam sejenak, pria itu juga menatap langit biru. Valencia hanya bisa mendesah pelan saat pertanyaan yang tidak bisa ia jawab terlontar sahabatnya.

"Dia layaknya noda di baju putih, yang warnanya tidak bisa hilang meski memudar." Sahutnya sembari menunduk, dia memaikan jarinya yang bertautan. Gabriel meneguk kandas soda yang dia bawa lalu meremas kalengnya dengan kuat hingga tak berbentuk.

"Maka bencilah kehadirannya! jika tidak bisa melupakannya maka buatlah hatimu membencinya! Carilah alasan yang tepat untuk membuat dirimu terus membencinya." Usul Gabriel dengan menutup matanya sembari menggenggam erat kaleng remuk itu. Dia sebenarnya enggan untuk menyarankan hal ini, karena secara tidak langsung dia meminta Valencia untuk terus terjebak di 4 tahun lalu itu. Namun entah mengapa dia tidak bisa mengendalikan diri seperti biasanya, seperti ada yang terbakar di dalam dirinya.

"Sebenarnya aku sudah membencinya alih-alih membenci diriku sendiri bukan? Apa aku egois?" Tanya Valencia sembari menatap wajah Gabriel yang menatapnya. "Tidak! Kesehatan mu yang lebih penting, tidak ada yang namanya egois jika itu tentang dirimu." Gabriel menyahuti dengan tatapan meyakinkan.

"Kalian sedang bicara apa? Tanpa aku? Tega sekali!" Seru Charlie yang datang dengan wajah memelasnya, seakan dia ditinggalkan oleh gosip penting. Keduanya kini menatap gadis yang tengah menatap mereka.

"Berhentilah bersikap imut seperti itu, aku jadi ingin menguburmu hidup-hidup!" Sarkas Valencia dengan wajah yang di buat garang.

"Uuuu aku takutttt!!!" Sahut Charlie dengan berpura-pura takut. Mereka bertiga terpaksa keluar kelas saat tadi dosen itu mengusirnya, entahlah... Yang seharusnya keluar hanya Gabriel dan Charlie tapi keduanya masih tetap menyeret Valencia meski sudah di teriaki oleh dosennya.

"Oh iya, nanti sore Naomi akan datang. Kalian tidak akan melewatkan kepulangannya kan?" Tanya Gabriel dengan menunjukan foto seorang gadis cantik yang tengah memegang kopernya.

"Owowowo..... Lihatlah Naomi sekarang! Dia sangat cantik bukan? Kau beruntung Gabriel!" Sanjung Valencia dengan menepuk pundak pria itu. Charlie lalu berpindah di sebelah Gabriel dan mengelus kepala pria itu. "Bersikap baiklah ya? Jangan sampai dirimu kehilangan bidadari secantik Naomi, mengerti?"

Gabriel yang di berikan sikap lembut oleh kedua sahabatnya hanya bisa terkekeh takut. Karena terlihat sekali kalau mereka itu seperti mengancamnya, layaknya jika kau macam-macam maka jangan harap bisa selamat!

Drtttt

Ponsel Valencia berdering, gadis itu segera mengangkatnya karena yang menelpon adalah mommy nya yang tercinta.

"Halo mom...." Valencia terlihat mendengarkan nasehat mommy nya yang sangat bersikeras untuk menjemputnya dan akan membawanya ke dokter.

"Tapi mom-" Charlie dan Gabriel hanya diam saat melihat Valencia begitu frustasi tidak bisa menyela ucapan sang mommy. "Baiklah, aku akan tunggu di parkiran." Pada akhirnya seperti biasa, mom Tantri adalah pemenangnya. Sepertinya tidak ada yang bisa mengalahkan sikap keras kepalanya, dan sudah tau bukan mengapa Valencia sangat keras kepala juga?

"Jadwal dokter?" Tanya Charlie dengan duduk di sebelah Valencia yang tengah memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Iya, seperti biasa mommy meminta ku bolos kelas!" Sahut Valencia dengan menatap kedua sahabatnya bergantian. "Padahal mommy mu tidak tau saja kalau kita juga sering bolos kelas kan?" Gabriel tertawa dengan ucapan Charlie, karena mommy dari Valencia itu akan meminta bolos hanya saat ada jadwal ke dokter.

"Dan yang semakin membuatku penasaran adalah dokter Hans yang di ceritakan oleh Cia! Aku ikut ya Cia! Please!!!" Punya Charlie sembari memohon dengan wajah memelas, Valencia dengan tegas langsung berdiri dan menggeleng. Habis dirinya jika sampai sang mommy mengetahui kalau dirinya tidak hanya bolos sendiri, melainkan ada dua ekor yang ikut bolos dengannya.

"Tidak bisa! Kalian tetap disini, aku akan dijadikan telur gulung saat tau kalian bolos bersama ku." Ucapnya dengan bersikap tegas, dia tidak mau di masak oleh mommynya.

"Ayolah! Lagi pula orang tuamu sudah sering menerima surat peringatan ke rumah. Jadi anggap kita salah satu surat itu, please!! Aku sangat penasaran dengan dokter itu, kau ikut kan briel?" Gabriel yang dari tadi melihat perdebatan itu hanya bisa menghela nafas berat.

Apa mereka berdua harus jadi surat peringatan yang kesekian kalinya untuk Valencia? Ah tidak bisa, dirinya tidak bisa menambah pusing sahabatnya ini.

Gabriel mengalungkan tangannya ke leher Charlie yang memberontak. Pria itu mengibaskan tangannya pada Valencia agar gadis itu bisa pergi, karena Charlie sudah dia atasi.

"Hey! Lepaskan aku! Cia tunggu aku Cia!!!" Teriak Charlie hingga membuat telinga Gabriel berdengung, sedangkan Valencia sudah berlari kecil menuju belakang gedung kampus.

"Ck! Sudah jangan merepotkan Cia lagi! Ayo ke kelas selanjutnya!" Ajak Gabriel sembari memegang tangan Charlie yang sudah menunjukan wajah lesunya, dia harus terpaksa mengikuti kelas kalau begini.

...****************...

Di belakang gedung universitas, terlihat ada tembok besar yang memang sering di jadikan tempat kabur oleh mahasiswa yang enggan memasuki kelas.

Sekarang disinilah dia, Valencia william tengah berdiri dengan senyum semringahnya. Jika dia meminta izin di perbolehkan saja untuk pulang hanya saja dia pikir itu tidak akan menyenangkan dan menantang bukan? Kalau ada yang lebih rumit mengapa harus cari yang mudah?

Gadis itu dengan penuh strategis sudah menyusun langkah awalnya, pertama lancar saja hingga saat dia sudah duduk di atas tembok itu, suara bariton seorang pria mengagetkannya.

"Apa tidak ada hal yang normal dalam hidupmu?" Tanya pria itu saat melihat seorang gadis sedari tadi memanjat tembok.

Brak!

Oh tidak! Tas yang di pegang oleh Valencia jatuh ke sisi yang salah. Yang mana tas itu jatuh kembali ke halaman belakang gedung. Gadis itu menatap pria yang tengah menatapnya dengan datar dan wajahnya yang menyebalkan itu.

"Ternyata rumor tentang seorang keturunan william yang sering membuat onar itu benar adanya? Hebat!" Sepertinya pria itu tengah memuji dengan sindiran pedasnya.

"Lalu apa maumu?" Tanya Valencia dengan wajah gugupnya, jika situasi menegangkan seperti ini kenapa malah dirinya jadi tidak sopan begini?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!