Di ruang makan.
"Iya sayang, seperti biasa. Putri ku yang cantik ini adalah yang pertama tiba di meja makan." Sahut Tantri sembari menghidangkan sarapan.
"Iyaaa..... Tidak ada yang bisa mengalahkan sisi rajin ku disini." Kata Bachra dengan senyum bahagianya, bahkan dia segera duduk di kursi yang ada di tengah.
"Berhentilah bicara omong kosong, apa pagi-pagi begini meja makan ini harus di penuhi oleh suara mu? Bisa runtuh bangunan ini!" Gerutu seorang pria dengan perawakan yang atletis. Dia adalah kembaran dari Bachra, Bairav.
Putra bungsunya ini tidak kembar identik jadi mereka memiliki wajah yang tidak mirip. Bairav adalah atlet renang nasional yang sebentar lagi akan mengikuti perlombaan dengan negara lain. Dia sangat giat dalam mengejar mimpinya menjadi perenang go internasional. Tentu saja di suport dengan sangat baik oleh daddy dan mommy nya.
"Selamat pagi mommy ku sayang... " Ucapnya lalu mengecup pipi mommy sebelum duduk di sebelah sang mommy.
"Sudah daddy bilang untuk tidak mencium istriku bukan?" Kevin sudah hampir mengeluarkan tanduknya saat lagi-lagi putranya itu mengambil start.
"Daddy sudah tua, biarkan mommy pacaran denganku saja." Kata Bairav dengan memeluk mommy nya, tak lupa ia juga menjulurkan lidahnya mengejek.
"Kurang aja! Daddy ini-"
"Sudahlah, jangan berdebat lagi. Kita sedang ada di meja makan saat ini." Sela Tantri sebelum suaminya ini bicara blak-blakan dan tanpa filter.
"Walau sudah tua, daddy masih tetap tampan! Selamat pagi daddy ku.." Sapa Valencia yang baru saja datang dengan pakaian rapi. Sepertinya dia akan bersiap untuk ke kampus.
Tantri menatap putri sulungnya yang sedang menggeser bangku untuk dia duduk di sebelah daddynya. Wajah anaknya sangat ceria seakan tidak ada kejadian apapun kemarin malam.
Diantara ketiga anak-anaknya, Bachra adalah gadis yang tidak begitu memilih orang tuanya. Dia lebih percaya diri bahwa kedua orang tuanya lebih menyayanginya.
"Baiklah, sekarang bisa kita mulai makan?" Tanya Mommy Tantri dengan senyum teduhnya, semuanya mengangguk dan mereka mulai makan tanpa bicara.
Seperti apa yang menjadi prinsip Dad Kevin, mereka makan dengan fokus pada makanannya dan bicara nanti setelahnya.
"Cia, nanti setelah dari kampus kita ke dokter lagi ya?" Tantri bicara sembari merapikan meja makan yang sudah bersih. Di sana masih ada anak-anak dan dirinya saja karena suaminya sedang ke atas untuk mengambil dompet.
"Kakak sakit? Apa trauma itu belum sembuh?" Tanya Bachra dengan wajah khawatir, mereka memang sering bertengkar tapi tidak membuat ketiganya saling membenci.
"Tidak mommy hanya ingin kontrol rutin, kata dokter kakak bisa sembuh beberapa bulan lagi." Bohongnya, kedua anaknya akan khawatir jika dia berkata jujur.
"Mom, aku tidak ingin ke dokter. Aku sudah muak melihat wajah dokter itu!" Valencia menggeleng ngeri saat membayangkan pria tampan yang sudah menyematkan gelar dokter di namanya itu menyapanya dengan wajah yang selalu mengajaknya bertengkar.
Bagaimana tidak, pria itu selalu saja bicara tanpa ekspresi sedikit pun. Tidak ada senyum ramah selayaknya dokter lainnya. Bachra hanya tersenyum malu saat kakaknya bergidik ngeri. Dia sendiri malah kesemsem membayangkan wajah tampan dan menawan itu. Ya, meski tidak bisa di pungkiri kalau memang wajahnya selalu menampilkan wajah datarnya, tapi Bachra pasti akan terus merasa ingin di obati dokter itu.
"Ck ck ck, mom lihatlah kedua putri mommy yang aneh itu. Yang satunya ingin di obati dan satu lagi ingin kabur saat di obati." Ucap Bairav saat melihat kedua wajah kakaknya. Mom Tantri hanya tersenyum dengan kekehan di akhir.
"Kalau gitu mau ganti dokter saja? Kita bisa mencari dokter yang lain meski tidak sehebat dokter Hans." Tantri berucap begitu agar putrinya bisa tidur dengan nyenyak setiap malam. Tak ada lagi air mata ataupun keringat yang keluar karena trauma itu.
"Big no! Mom.... Cia sudah sembuh, berhentilah mencari dokter Hans atau dokter yang lainnya." Valencia merengek mengeluarkan jurus andalannya agar sang mommy berhenti memaksanya untuk berobat. Dia sudah sembuh dan saat ini sangat baik-baik saja.
Dad Kevin datang dengan diam, tidak ingin ikut campur ke dalam pembicaraan mereka. Bisa rumit jadinya harus memilih kedua orang yang dia cintai. Meskipun pada akhirnya ia akan memilih mengikuti keinginan istrinya, tapi ia tidak bisa menolak permintaan putrinya.
"Baiklah, kita bicarakan lagi nanti. Sekarang sudah waktunya kalian berangkat." Mom Tantri mengalah dan membiarkan anaknya ke sekolah terlebih dahulu.
"Siap mom!!" Ketiga anaknya menyahut bersamaan, oh sudahlah ketiga anaknya ini memang sangat kompak jika menghindar dari pembicaraan.
"Oh ya, mommy lupa mengatakan kalau aunty Zara akan datang minggu depan dengan anak-anaknya. Jadi pastikan kalau kalian akan ada di rumah sore harinya! Jangan sampai tak ada siapapun yang menyapa aunty, terutama kau Valencia." Kini gadis yang sedang di panggil namanya oleh sang mommy hanya mematung di tempatnya.
''Kali ini mommy tidak akan menolerir jika sampai kau datang dengan banyak alasan." Ancaman itu mampu membuat Valencia bergidik ngeri, mom Tantri akan mengomel layaknya membacakan sejarah jika sampai dia berulah lagi.
Bairav yang kebetulan memang paling depan, kini menatap kedua kakaknya. Bachra terlihat meringis saat mendengar nama aunty Zara karena jika wanita cantik itu datang maka akan datang juga 3 malaikat maut yang di sebuta anak olehnya.
Gadis itu memang sangat takut dengan putra sulung aunty Zara tapi kedua putranya yang lain tak kalah menyeramkan.
Berbeda dengan Bachra, Valencia si kakak pertama terlihat datar. Ekspresi yang selalu dia lihat beberapa tahun belakangan. Entahlah, apa yang membuat kakaknya yang sangat tergila-gila dengan Axel ini menjadi sangat menjauh.
Mereka berangkat dengan tenang, tak ada yang menolak ataupun mengiyakan karena bisa panjang urusan mereka jika sampai ada yang menjawab.
"Kak, apa kakak akan kabur dari rumah lagi seperti tahun lalu?" Tanya Bairav ingin memastikan, agar nanti dia bisa mencari alasan yang logis untuk menghindari amukan mommy nya.
"Kenapa kau bertanya? Kau tidak ingin kena semprot mommy lagi?" Yang menyahut bukanlah Valencia, melainkan Bachra. Gadis itu sudah memicingkan matanya untuk mencari kejujuran di wajah saudara kembarnya.
"Tentu saja! meski aku sangat mencintai mommy, tapi omelan mommy pedasnya melebihi level bon cabe!" Sahutnya dengan menyengir kuda terlebih lagi sang daddy memasang wajah datar menatapnya.Oh pria tua itu pasti akan protes karena dirinya yang menjelekan istrinya.
Hari ini seharusnya seperti biasa pak Robin yang mengantar tapi sepertinya daddy Kevin ingin mengantar ketiga anaknya untuk bersekolah. Dan satu lagi, kakaknya Valencia tidak membawa mobilnya. Hmm.... Dia mencium bau yang tidak sedap dengan dengan aura saat ini.
"Berhentilah berfikir hal yang lain BAIRAV WILLIAM! FOKUS SAJA DENGAN PERLOMBAAN RENANG MU!" Tiba-tiba ucapan daddynya itu membuat Bairav mengangguk cepat. Karena bisa dipastikan kalau daddynya sudah berucap begitu maka dia tidak di izinkan untuk mencari lebih lanjut. Karena apa yang membuat Bairav penasaran maka hal itu akan bisa ia temukan jawabannya.
Valencia yang duduk di depan tidak menyahut atau berniat menimpali pembicaraan itu karena dirinya sedang berfikir hal yang lain. Bachra hanya menggeleng, keluarganya ini memang aneh dan yang paling normal disini sepertinya hanya dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments