"Pembunuh! Gadis tidak tau malu!!! Dasar pembunuh!!" Ucapan kasar itu di lontarkan oleh seorang wanita paruh baya yang sedang menangis sesegukan.
Dia tersimpuh dengan air mata di pipinya. Rambutnya berantakan, badannya kotor dan dia tetap menunjuk seorang gadis SMA yang sedang terdiam membeku. Pikiran gadis itu kosong, bahkan matanya kini tengah hampa menatap wanita itu.
"Huuuuu_ Dasar pembunuh! Kau akan tau rasanya kehilangan saat kau mengalaminya sendiri!!! Huuuu_ pembunuh seperti mu tidak akan bisa di maafkan!" Teriaknya lagi tapi kali ini mencengkram kerah kemeja putih yang sedang di kenakannya.
Meski sudah di guncang dengan kasar, gadis itu masih terdiam. Air matanya menetes dengan rasa sakit yang teramat sangat di dalam hatinya.
Di sore hari yang sudah hendak beranjak malam, banyak orang sudah berkerumun dengan bisikan halus di setiap sudut. Kata demi kata masuk begitu saja ke genderang telinganya.
"Ck! Anak siapa ini? Berani sekali berbuat kejam begitu. Kasihan Sera!"
"Aku dengar gadis itu yang meminta sera melakukannya!"
"Aduh jahat sekali! Apa dia tidak pernah di ajari dengan benar di keluarganya? "
"Aku juga mendengar kalau anak ini adalah berandal di sekolah!"
"Astaga menjijikkan! Aku harap sekolah mengeluarkannya agar tidak membawa petaka!"
"Iya benar! Putriku juga bilang kalau banyak temannya di tindas oleh gadis ini."
"Dia dari keluarga kaya! Pantas saja dia bersikap arogan! "
"Sekaya apapun, pembunuh tetaplah pembunuh!"
Desas-desus itu terus terdengar mengelilingi telinganya. Tangisan wanita paruh baya itu juga terus terngiang. Namun selain semua itu, matanya juga menatap seorang gadis SMA yang tengah di gotong dengan tandu oleh petugas rumah sakit.
Gadis itu berlumuran darah dan tengah di masukan kedalam ambulans. Pukulan di tubuhnya tak lebih sakit dari perasaannya saat ini.
Seorang sepasang suami istri datang dan melerai wanita yang menangis itu. Agar tidak terus memukuli putri mereka. Banyak polisi juga yang sedang bertugas untuk menyusut kasus ini.
"Bu! Berhentilah memukul putriku! Kita belum tau apa yang terjadi!!" Ucap wanita yang baru datang itu dengan terus memaksa putrinya agar berada jauh dari ibu yang katanya korban.
"Apa?! Belum tau? Apa kalian akan membungkam ku? Dan membiarkan putriku mengalami ketidakadilan? Kau juga wanita tapi tidak bisa merasakan sakit wanita lain? Kau juga seorang ibu!!" Teriak wanita itu dengan memukul dadanya sendiri, melihatnya saja orang bisa tau sesakit apa dirinya saat ini.
"Kita akan adil, ini semua akan masuk jalur hukum! Jika memang putriku bersalah maka dia akan mendapatkan hukumannya!" Sahut seorang pria yang tak lain adalah ayah dari anak yang sedang menangis dalam diam itu.
"Kita tidak tau kalian akan benar-benar bersikap adil atau tidak! Kalian orang kaya! Mudah untuk menyuap orang dengan uang kalian!!! Huuuu_ putriku yang malang_"
Di balik pertengkaran ketiganya, seorang gadis yang tengah di teriaki itu sedang menatap sekeliling yang seakan menyumpahinya. Nafasnya mulai tidak teratur, bahkan dia terlihat kesulitan untuk bernafas.
Matanya menatap sekitar yang mana melihatnya dengan tatapan marah. Tangan gadis itu gemetar, tubuhnya tiba-tiba menggigil. Suara tidak bisa keluar dan dia benar-benar kehilangan oksigen.
"Pembunuh!!"
"Tidak!!" Teriak seorang gadis yang baru saja bangun dari tidur nya dengan nafasnya yang tersengal-sengal.
"Hah! Hah! Hah!_" Tangannya meraba nakas untuk mencari benda yang dia cari.
Brak!
"Cia!" Seru seorang wanita saat mendapati putrinya tengah tersengal-sengal seperti kehilangan seluruh oksigen. Dengan berlari dia menghampiri sang putri yang masih terlentang dan membantunya untuk duduk.
Tak lupa tangannya juga sudah meraih benda putih dengan kapsul di dalamnya. Dengan tangan gemetar wanita itu membantu putrinya meminum obat. Matanya sudah bergelinang cairan bening. Kenapa lagi? Kenapa ketakutan ini selalu menggangu kehidupan putrinya? Kenapa harus putrinya?
"Cia bernafaslah dengan pelan, kami disini cia..." Ucap seorang pria yang datang dengan segelas air hangat. Setelah meminum obatnya Valencia yang kerap di panggil Cia di keluarganya berangsur-angsur membaik.
Valencia meminum air itu hingga tandas, setelah itu dia memeluk mommy nya yang ada di sebelahnya.
"Mimpi buruk itu lagi? Besok kita ke psikiater ya.." Ucap mommy nya dengan terus mengelus lengan putrinya yang masih memeluknya erat.
Memang gadis itu tidak menangis atau merengek, tapi semuanya tau bahwa saat ini dia pasti sedang tidak baik-baik saja.
Tantri menatap suaminya yang juga menatap dirinya, pria itu mencium pucuk kepala istrinya dengan sayang. Seakan pria itu ingin berkata, putri kita akan sembuh tenang saja.
Ini sudah 4 tahun berlalu dan kenapa kenangan itu tidak meninggalkan putrinya? Kenapa putrinya tidak di biarkan untuk hidup tenang?
"Sekarang istirahat lah, mommy dan daddy akan menemani mu disini." Valencia hanya menurut tanpa menjawab lebih lanjut. Sepertinya matanya sudah terkantuk-kantuk karena pengaruh obat. Ini baru jam 2 dini hari, putri sulung mereka ini terjebak di mimpi itu lagi.
Dengan masih berada di dekapan Mom Tantri, Valencia memelui erat mommy nya. Bahkan tangan itu tak segan-segan mencengkram baju sang mommy agar tidak meninggalkannya.
Dad Kevin ikut terlentang di sebelah sang putri dengan mengelus kepala anak yang ada di dekapan istrinya. Putrinya yang malang, kejadiannya sudah berlalu tapi trauma yang di tinggalkannya masih tetap membekas sangat erat di ingatannya.
Mereka terlelap dalam diam, tak ada yang mempu bicara dan hanya menyimpan semuanya masing-masing.
"Mommy.... Cia takut... " Lirih Valencia di sela tidurnya. Tak ada yang mendengar karena semuanya sudah terlelap.
...****************...
Pagi telah datang menunjukan sinarnya, bahkan di pagi hari ini semuanya terlihat biasa saja. Seakan tidak ada kejadian apapun kemarin malam.
Di sebuah rumah mewah dengan interior yang sangat modern dan elegan. Terlihat seorang gadis SMA tengah turun dengan senandung indahnya.
Kakinya tengah ia ayun-ayunkan di sela nyanyiannya. Rambutnya dia gerai hingga pinggang. Dengan bantu pink yang dia kenakan menambah kesan cantik yang sempurna untuk anak seusianya.
"Selamat pagi mommy! Daddy! Apa ini? Apa princess cantik ini yang lebih dulu datang di bandingkan yang lain?" Serunya dengan ucapan percaya diri yang sangat tinggi.
Gadis cantik dengan kulitnya yang putih susu, ditambah gigi gingsul dan bibirnya yang kecil membuatnya menjadi wanita idaman para lelaki. Tak hanya itu, baru 1 tahun dirinya bersekolah sudah banyak lelaki yang patah hati di buatnya.
Dia adalah gadis yang aktif dan sangat populer di sekolah bahkan di sekolah lain. Bachra William, salah satu anak kembar yang di miliki oleh Kevin Wiliam dan Tantri.
Putrinya ini selain popularitas yang tinggi, dia juga adalah salah satu cheers leader yang sangat di hormati karena keahliannya. Jangan lupa juga keahliannya sebagai balet yang sudah terkenal di negera tersebut.
"Iya sayang, seperti biasa. Putri ku yang cantik ini adalah yang pertama tiba di meja makan." Sahut Tantri sembari menghidangkan sarapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments