Cinta Diantara Gas Dan Debu
4 - Ancaman yang Nyata
(Malam mulai turun di desa. Udara semakin dingin, dan suara jangkrik menggema di antara pepohonan. Di rumah Ayra, keluarga kecil itu tengah berkumpul di ruang tamu, menikmati obrolan ringan setelah makan malam.)
Ayah ayra (pak surya)
(Menyandarkan punggung ke kursi, menatap Darel dengan serius.) "Darel, Ayah nggak mau ikut campur urusanmu. Tapi kalau masalahmu sampai bawa bahaya ke sini, Ayah nggak bisa diam saja."
Darel
(Menundukkan kepala sedikit, menghormati Pak Surya.) "Saya paham, Pak. Saya janji nggak bakal bikin masalah di sini."
ibu ayra (ibu Lina)
(Menghela napas, menatap Darel dengan tatapan penuh perhatian.) "Nak, kalau memang ada yang mengejarmu, kamu harus hati-hati. Desa ini bukan tempat untuk orang-orang yang suka cari keributan."
Ayra
(Menyela, suaranya lembut.) "Kak Darel bukan orang yang suka bikin keributan, Bu. Dia cuma terjebak dalam situasi yang sulit."
(Darel menatap Ayra, merasa sedikit tersentuh dengan pembelaannya.)
Ayah ayra (pak surya)
(Mengangguk pelan.) "Kalau begitu, kita hanya bisa berharap mereka tidak melakukan hal yang lebih dari sekadar mengancammu."
(Namun, harapan itu ternyata hanya ilusi.)
Di Luar Rumah - Bahaya yang Mengintai
(Di kejauhan, dua pria yang sebelumnya mendatangi Darel kini berdiri di dekat pagar rumah Ayra, mengawasi dari balik pohon.)
Pria 1
(Menyeringai, berbisik.) "Gimana kalau kita kasih mereka sedikit kejutan?"
Pria 2
(Mengeluarkan sebuah botol kaca berisi cairan.) "Cukup satu lemparan, dan mereka bakal tahu kalau kita serius."
(Tanpa ragu, pria itu menyalakan kain yang terikat di ujung botol—bom molotov. Api berkobar, cahayanya menyala di kegelapan malam. Mereka mengayunkan botol itu ke arah halaman rumah Ayra.)
(Botol pecah di tanah, api langsung menjalar ke rerumputan. Dalam hitungan detik, kobaran api mulai membesar.)
Di Dalam Rumah - Kepanikan Melanda
(Suara pecahan kaca dan api yang berkobar membuat semua orang tersentak. Darel yang pertama kali bergerak.)
Darel
(Berdiri dengan cepat.) "Sial! Mereka beneran gila!"
Ayah ayra (pak surya)
(Mata membelalak.) "Apa yang terjadi?!"
Ayra
(Berlari ke jendela, melihat kobaran api.) "Astaga! Halamannya terbakar!"
ibu ayra (ibu Lina)
(Panik.) "Ayah, air! Cepat padamkan!"
(Pak Surya dan Ayra langsung berlari ke luar membawa ember air. Sementara itu, Darel menyapu pandangannya ke sekitar, mencari sosok pelaku. Matanya tajam, penuh amarah.)
(Di kejauhan, ia melihat dua bayangan yang berlari menjauh.)
Darel
(Menggertakkan gigi, mengepalkan tangan.) "Bajingan!"
(Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlari mengejar mereka.)
Kejar-kejaran di Tengah Malam
(Darel berlari secepat yang ia bisa, mengejar dua pria itu. Mereka menyusuri jalanan desa yang gelap, hanya diterangi lampu-lampu rumah warga.)
Pria 1
(Menoleh ke belakang, wajahnya tegang.) "Sial! Dia ngejar kita!"
Pria 2
(Mengeluarkan pisau dari saku jaketnya.) "Kalau dia terus ngejar, kita habisin aja!"
(Darel tidak peduli. Ia hanya tahu satu hal: mereka telah mengancam Ayra dan keluarganya, dan itu tidak bisa dibiarkan.)
(Ketika salah satu pria mencoba menikamnya, Darel dengan sigap menghindar, lalu melayangkan pukulan keras ke wajahnya.)
Darel
(Dengan suara dingin.) "Lo pikir bisa lari dari gue?"
(Pria itu terhuyung ke belakang, sementara pria satunya mencoba menyerang dari belakang. Tapi Darel lebih cepat—ia menendang kaki pria itu, membuatnya jatuh tersungkur di tanah.)
Pria 1
(Mengusap darah di sudut bibirnya, tertawa kecil.) "Hah... lo masih sekuat dulu, Darel."
Darel
(Menatap tajam.) "Dan lo masih sekotor dulu."
Pria 2
(Menyeringai.) "Lo nggak bakal bisa kabur, Dar. Cepat atau lambat, bos bakal nemuin lo. Dan kalau dia tahu lo deket sama cewek itu..." (tertawa dingin) "...mungkin dia yang bakal kena duluan."
(Darel mengepalkan tinjunya, amarah memuncak. Tapi sebelum ia bisa melakukan apa pun, suara sirene terdengar dari kejauhan.)
Pria 1
(Mengumpat.) "Sial, polisi!"
(Tanpa membuang waktu, kedua pria itu kabur ke arah hutan, meninggalkan Darel yang masih berdiri di tempatnya, dadanya naik turun menahan emosi.)
(Ia tahu satu hal: ancaman ini belum selesai.)
(Darel kembali ke rumah Ayra dengan napas sedikit terengah. Ia melihat Pak Surya dan Ayra baru saja selesai memadamkan api. Mereka langsung menoleh begitu melihatnya datang.)
Ayra
(Berlari mendekat, wajahnya penuh kecemasan.) "Kak Darel! Kakak nggak apa-apa?"
Darel
(Mengangguk, masih menenangkan napasnya.) "Gue baik-baik aja."
Ayah ayra (pak surya)
(Menatap Darel dengan serius.) "Siapa mereka, Nak?"
Darel
(Menghela napas, menatap mereka dengan ekspresi berat.) "Orang-orang dari masa lalu gue. Dan mereka nggak akan berhenti sampai mereka dapet apa yang mereka mau."
Ayra
(Suara gemetar.) "Jadi... kita semua dalam bahaya?"
(Darel menatap Ayra lama. Ia tidak ingin gadis itu terlibat, tapi sekarang semuanya sudah terlanjur.)
Darel
(Dengan suara pelan.) "Gue janji bakal jagain kalian."
(Ayra menatap Darel, hatinya bergetar. Ia tidak tahu apakah ia harus merasa takut... atau justru merasa lebih dekat dengan pria itu.)
Comments