Kirani menarik secarik kerudung yang berada di tepi ranjangnya.
Muncul panggilan video di layar handphone Kirani.
Buru-buru dia memakai kerudungnya. Setelah itu dia menerima panggilan video dari Bara.
"Halo... " dijawabnya panggilan itu dengan senyuman yang menurutnya paling manis.
"Yaa.. halo Kir.. " balas Bara yang ternyata sangat tampan.
Kirani sangat takjub dengan ketampanannya.
Kulitnya putih, di dagu dan pipinya ditumbuhi bulu-bulu yang kayaknya baru saja dicukur. Pokoknya, laki banget deh.
'Apa ini benar-benar Bara, yang selama beberapa hari ini suka meneleponku?' pikir Kirani.
"Kok diem, Kir" sapa Bara dengan senyumnya.
Kirani tak lagi dapat berkata-kata. Dia hanya tersenyum ke Bara.
Melihat Bara yang sangat tampan Kirani jadi tak percaya diri. Sebab dia sadar, dia tak secantik gadis-gadis di luar sana. Di sekolah saja tak ada seorangpun cowok yang meliriknya. Timbul rasa pesimis dalam hati Kirani.
'Bara pasti akan meninggalkanku pelan-pelan' pikirnya.
"Hei Kir, kok bengong?" goda Bara.
"Aku jelek ya?" tanya Bara yang juga jadi pesimis.
"Ah.. nggak" jawab Kirani buru-buru.
"Trus kenapa kamunya diem aja?" tanya Bara.
"Ehm.. aku.. aku.. kaget... " Kirani jadi terbata ngomongnya.
"Kaget? kaget kenapa? aku tampan ya? atau.. tampan banget, he..he.. atau.. bener-bener nggak tampan?" tanya Bara yang jadi becanda.
"Ehm.. kamu.. kamu tampan" jawab Kirani yang kemudian jadi menunduk karena merasa malu sendiri.
"Oh.. iya kah? kamu juga cantik" puji Bara.
Tapi Kirani tak percaya dengan pujian Bara. Bisa saja dia bilang begitu hanya untuk menyenangkan hati Kirani.
"Oya Kir, sejak beberapa hari terakhir ini aku suka nelpon kamu.., kamu-nya keganggu gak?" tanya Bara.
"Nggak"
"Bener? nanti aku nelpon terus lho ini. Kamu nggak keberatan kan?"
"Nggak. Aku seneng kok kamu nelpon" jawab Kirani memberanikan diri.
"Sekarang aku tanya lagi ya, kamu udah punya pacar apa belom?" tanya Bara.
"Belum. Kamu sendiri?" Kirani mulai berani bertanya agak jauh.
"Belum. Kalau aku udah punya pacar, aku nggak mungkin telpon kamu terus. Iya kan?"
'Bisa aja kali. Namanya juga laki-laki biarpun sudah punya pacar, tetep aja nyari terus' Kirani berkata dalam hati.
"Hei.. di ajak ngobrol kok diem aja" kata Bara.
Kirani hanya tersenyum. Bener-bener dia mati kutu berhadapan dengan Bara.
"Besok-besok, apa kamu masih mau mengangkat panggilan telepon ku setelah kamu melihatku sekarang?" tanya Bara.
"Ya masihlah. Kenapa enggak?" Kirani balik bertanya.
"Oh.. kirain kamu nggak mau lagi menerima telpon-ku"
"Paling kamu aja yang akan berhenti menelpon-ku setelah kamu melihatku sekarang" kata Kirani.
"Lho.. kenapa? aku seneng kok lihat kamu, nelpon kamu'' kata Bara masih dengan senyumnya yang manis.
"Eh Kir, udah dulu ya. Udah azan Isya nih. Aku shalat dulu yah. Ntar aku telpon-telpon lagi" tutup Bara.
"Iya" jawab Kirani sembari menutup telponnya.
Jreng... napas Kirani terasa lega sekarang. Tadi itu napasnya terasa tersengal. Bagaimana tidak, ternyata aslinya Bara lebih tampan dari perkiraannya.
Di luar sepertinya Bilqis juga barusan selesai video call dengan si Reza.
Kirani keluar dari kamarnya dan nyamperin Bilqis.
"Kamu tadi telponan ma siapa sih?" tanya Bilqis.
"Sama cowok temennya pacarmu itu" jawab Kirani.
"Cie... cie... udah mulai intens nih ya komunikasinya" goda Bilqis
(bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments