Episode 5

Viona duduk di depan kamar Merlia, menekuk lutut dan memeluknya, membenamkan wajah di atasnya, memikirkan nasib sang anak di masa depan. Satu harapannya adalah, apa yang dia takutkan yang akan membuat Merlia semakin hancur, tak akan terjadi.

Ia mengangkat kepala, menatap piring berisi nasi bekas makan Merlia. Sungguh, ia tidak merasa lapar. Yang menimpa Merlia sudah membuatnya merasa kenyang.

"Mungkinkah Merlia mengenali pelakunya? Apakah aku harus melapor ke kantor polisi? Akankah mereka percaya padaku? Bagaimana dengan ketua?" Viona menghela napas panjang, membenturkan kepala pada dinding.

Membayangkan wajah orang-orang yang disebutnya satu per satu. Dia harus tahu terlebih dahulu siapa saja pelakunya. Baru akan mengambil tindakan perlu tidaknya melapor kepada pihak berwajib.

"IBU!"

Suara teriakan Merlia menyentak lamunan Viona, dia berdiri cepat dan membuka pintu kamar.

"Ibu, tolong Lia! Jangan!"

"Merlia!"

Di atas ranjang, Merlia mengigau. Meracau ketakutan, peluh membanjiri wajah, dahi mengernyit. Viona berlari mendekati ranjang, memeriksa dahi sang anak. Demam.

"Lia! Bangun, sayang. Ini Ibu!" Viona menggugah tubuh Merlia, membangunkannya dari mimpi buruk.

"Ibu!" Dia masih meracau dengan mata terpejam.

"Merlia, ini Ibu!" Suara Viona meninggi, air matanya jatuh melihat trauma yang dialami sang putri.

"Lia! Buka matamu, sayang!" ucap Viona lagi sembari mengusap kepalanya. Menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Merlia.

"Ibu! IBU!" Merlia tersentak bangun, ia duduk dalam keadaan menangis. Lalu, menoleh dan menatap Viona yang berlinang air mata.

"Sayang, Ibu di sini. Kau tidak perlu takut apapun!" ucap Viona membingkai wajah Merlia yang dibanjiri keringat.

Napasnya memburu, sesak merebak dalam dada.

"Ibu!" Merlia berlabuh ke dalam pelukan sang ibu, menangis sejadi-jadinya. Mimpi buruk atas kejadian yang menimpanya hari itu.

"Aku takut, Bu. Aku takut. Mereka menyiksaku, memukuliku, menyeret ku jauh, Bu. Aku takut! Aku tidak ingin tinggal di sini lagi, Bu. Aku ingin pergi!" rengek Merlia di sela-sela tangisannya yang histeris.

Viona menitikkan air mata, mengusapnya segera. Hatinya sakit mendengar segala derita yang dialami putrinya. Ia melepas pelukan, menangkup wajah Merlia.

"Jangan takut! Ibu di sini. Ibu tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu lagi. Tenangkan dirimu, tarik napas dalam-dalam! Ibu di sini," katanya seraya kembali memeluk Merlia dan mengusap-usap punggungnya.

Dia sangat ingin bertanya tentang siapa saja yang sudah melakukan itu. Apakah Merlia mengenalnya? Perlahan-lahan tangis gadis itu mulai mereda. Mereka mengurai pelukan, Merlia tak berani mengangkat wajah di hadapan sang ibu.

Tangan kokoh nan lembut milik wanita itu mengusap air matanya yang jatuh. Viona sama terlukanya seperti Merlia.

"Minumlah, sayang. Tenangkan dirimu terlebih dahulu. Jika kau ingin bercerita, ceritakan semuanya kepada Ibu," ucap Viona sembari memberikan segelas air kepada Merlia.

Ia juga memberikan sebutir obat penurun demam yang diambilnya dari laci meja di samping ranjang Merlia.

Dengan tangan gemetar, gadis itu menerima gelas tersebut dan menenggak airnya. Perlahan, tapi tandas air di gelas untuk menelan obat. Ia merasa sedikit tenang berada di dekat sang ibu. Merlia memeluk Viona, tapi tak lagi menangis histeris meski air mata terus saja mengalir. Sapuan lembut pada rambutnya, memberikan rasa aman untuk Merlia.

"Apa kau tahu siapa saja pelakunya? Mungkin kau bisa bercerita sekarang kepada Ibu, sayang?" tanya Viona setelah memastikan keadaan Merlia.

Gadis itu jauh lebih tenang meski isak tangis masih terdengar lirih. Merlia mengangkat wajah, menatap sang ibu dengan linangan air mata. Ia menggelengkan kepala karena setiap mengingat wajah pelakunya, Merlia selalu ketakutan.

"Aku takut, Bu! Aku takut," katanya yang kembali menangis dan membenamkan diri ke dalam pelukan Viona.

"Tidak apa-apa, sayang. Tidak apa-apa. Kau bisa menceritakan kepada Ibu setelah kau berani melawan rasa takutmu itu," ucap Viona sembari menepuk-nepuk lembut punggung Merlia yang berguncang.

Viona tak akan memaksa Merlia untuk bercerita. Dia akan mencari tahunya sendiri di sekolah, terutama di bagian belakang bangunan.

Setelah beberapa saat berlalu, Merlia tertidur di pelukan ibunya, satu-satunya tempat teraman di dunia ini. Pelan-pelan Viona meletakkan Merlia di atas ranjang. Memeriksa suhu tubuhnya. Ia menarik selimut dan berbaring di sana. Memeluk Merlia, memberikan ketenangan.

****

Merlia membuka mata, tersenyum bibirnya saat melihat wajah damai sang ibu yang masih terlelap. Ia merangsek, memeluk Viona lebih dekat. Lalu, terpejam kembali tak ingin berakhir.

Cahaya matahari yang menelusup masuk dari celah jendela, membangunkan Viona. Ia membuka mata, hal yang pertama dia periksa adalah keadaan Merlia yang memeluk dirinya. Demam sudah turun, keadaan Merlia pun sudah sedikit membaik.

Viona melepas pelukan anaknya, beranjak pelan turun dari ranjang. Ia pergi ke dapur, memasak air untuk membersihkan tubuh Merlia. Membuat sarapan untuk mereka berdua, sebelum menjalankan rencananya pagi itu. Dia harus kembali ke sekolah untuk mencari tahu apa yang terjadi di bangunan paling belakang di sana.

"Ibu!" panggil Merlia lemah. Dia sudah berdiri di ambang pintu yang berhadapan langsung dengan dapur.

"Duduklah, sebentar lagi sarapan akan selesai," sahut Viona yang menoleh sambil tersenyum manis.

Namun, ketika tak bertatapan dengan Merlia, wajahnya berubah dingin dan kejam. Merlia berjalan pelan, duduk di bangku dan menunggu Viona menyuguhkan sarapan.

"Ibu, apa Ibu akan pergi bekerja hari ini?" tanya Merlia saat Viona menyuguhkan sarapan ke hadapannya.

Wanita tangguh itu tersenyum, kemudian duduk berseberangan dengan anaknya.

"Bukankah kau ingin pergi dari kota ini?" Viona balik bertanya dengan lembut.

Merlia mengangguk, keadaannya tak seburuk yang dibayangkan Viona. Merlia gadis yang kuat hingga trauma yang dialami tak membuatnya terpuruk. Hal tersebut sedikit membuat hati Viona merasa lega. Ia yakin ada harapan cerah di sama depan Merlia.

"Ibu harus menyelesaikan sesuatu sebelum kita pergi. Lagi pula, kau belum pulih. Luka-luka di tubuhmu masih basah. Apa kita perlu ke rumah sakit?" ujar Viona sembari tersenyum manis meski hatinya terluka melihat lebam di wajah Merlia.

Gadis itu menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak perlu ke rumah sakit. Aku sudah memiliki dokter terhebat di dunia ini. Ibu adalah obat bagiku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku seandainya bukan Ibu yang menjadi ibuku."

Terenyuh hati Viona mendengar penuturan putrinya. Terlebih senyum itu, senyum yang tak dilihatnya seharian kemarin. Pagi ini kembali bersinar, memberikan harapan pada hatinya.

"Makanlah!" katanya.

Sekuat mungkin Viona tidak menangis di hadapan Merlia. Dia tidak boleh terlihat lemah karena itu hanya akan membuat anaknya semakin tak berdaya.

****

"Ibu harus pergi. Kau pastikan semua pintu dan jendela terkunci. Ingat, jangan melakukan hal bodoh. Jangan! Ibu tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa dirimu," ungkap Viona mengusap pipi Merlia yang masih lebam.

Merlia mengangguk seraya memeluk ibunya. Ia menangis, tapi segera ditepisnya.

"Ibu harus berhati-hati! Ada banyak orang jahat di luar sana yang tidak menyukai kita," pesan Merlia.

Viona mengangguk seraya berbalik dan pergi. Merlia mengunci pintu, menatap kepergian sang ibu lewat jendela. Air matanya luruh, isak tangis tak dapat ia tahan saat sendirian. Viona luruh di lantai, menjambak rambutnya sendiri. Ingin dia mengakhiri hidup, tapi kata-kata Viona mengiang keras di telinganya.

"Apakah aku sanggup menjalani semua ini! Kenapa aku tidak mati saja?" keluhnya penuh sesal.

Terpopuler

Comments

Nor Azlin

Nor Azlin

bodoh lah kamu mau mati begitu aja kuatkan diri mu terlebih dahulu balas lah mereka semuanya dengan kekuatan mu itu ...harus nya kamu tidak putus asa kerana itu akan membahagiakan orang yang menyskiti mu itu yah ...jadi lah kuat fizik juga mental mu agar kamu bisa membslas kan mereka dengan lebih kejam lagi ...aku tau kamu menganggap diri mu udah kotor simpan kan lah semua kenangan buruk mu itu menjadi penguat untuk mu membalas apa yang mereka buat pada mu belajar lah ilmu bela diri terlebih dahulu untuk pegangsn di masa depan yah ...harusnya si viona cepat2 membawa anak pergi dari tempat itu kerana mereka boleh pergi kerumah mereka untuk mencederakan lagi atau menyeksp nya lagi deh ...kamu sendiri sudah tau apa kesudahan nya nanti apa yang mereka akan kata pada kamu tentang anak mu kan jangan menjatuh kan mertabat mu itu pergi dahulu kuat kan mentsl ksmu juga ansk mu itu terlebih dahulu baru kamu membalaskan nya harunya begitu dulu aku takut di saat kamu mencari pelakunya mereka datang kerumah mu pikirkan keselamatan anak mu dulu baru bertindak jangsn gehabah yah ...lanjutkan thor

2025-05-04

0

Liana CyNx Lutfi

Liana CyNx Lutfi

ayo jngn menyerah jadilah kekuatan untuk ibumu mar balas mereka yg sdh menghancurkan hidupmu potong smua burungya

2025-02-18

1

Dian Susantie

Dian Susantie

kyknya Viona ini bkn orang sembarangan..!! apa dia sedang menyamar..?? atau bersembunyi..?? sptnya dia menyembunyikan identitas nya yg sebenarnya..!! siapa Viona..??!! 🤔🤔

2025-02-18

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!