Pagi setelah sarapan Rania memilih ikut ibu bapaknya ke toko, menunggu danang jemputnya di toko.
Sesampainya di toko Rania membantu melayani pembeli, bapak mengemas terigu sedang aji mengemas minyak, ibu melihat stok di gudang tita menyiapkan pesanan yang masuk via chat.
Pukul 9:00 Danang menghubungi menanyakan keberadaan rania, dan rania mengatakan ada di toko jadi danang jemputnya di toko aja.
Sebenarnya tokok rania terlihat jelas dari depan rumah danang karna jaraknya hanya beberapa meter.
"bu ijin bawa rania keluar bentar ya" ucap danang pada bu romlah setelah tadi sempat beramah tamah
"iya tapi jangan terlalu sore pulang nya ya, nanti rania harus ke toko lagi soalnya ibu mau pulang terus tita juga mau ada acara keluarga katanya jadi rania harus bantuin bapak di toko" terang bu romlah
" iya bu paling jam sebelas juga udah pulang lagi" timpal danang.
Rania dan Danang lalu pergi berboncengan setelah pamitan, tak ada percakapan ketika di perjalnan karna masih cukup canggung sebenarnya untuk rania apa lagi kalo danang tidak mengajak bicara lebih dulu.
Sampai di depan SMP Danang menghubungi Akbar dan mengatakan ia sudah ada di warung bi pur meminta akbar untuk segera keluar serta mengatakan kalau ia tidak datang sendiri melainkan mengajak rania.
"Dhika ke warung bi pur yu, ada si Danang tuh ngajak ketemu mumpung masih jam istirahat nih" ucap akbar mengajak Dhika yang masih sibuk di mejanya.
"iya duluan aja nanti saya nyusul, tanggung tinggal satu raport lagi ini yang harus di isi nilai" timpal Dhika tanpa mengalihkan atensinya dari laport yang sedang ia kerjakan.
"Ok jangan terlalu lama ya"
Akbar berjalan ke warung bi pur sempat berhenti beberapa kali karna berpapasan dan bertegur sapa dengan murid murid yang baru selesai jajan.
" woiii apa kabar nih pak guru? " ucap Danang dengan cengiran khasnya ketika melihat akbar berjalan di dekat kursi yang ia duduki
" sehat bin selamat" ucap akbar dengan tingkah konyolnya
"wih serius ini si Rania? Cakep bener neng" goda akbar pada rania sambil menaik turunkan alisnya, rania hanya menanggapi dengan gelengan kepala melihat tingkah si akbar yang tidak pernah berubah dari dulu padahal sekarang dia sudah punya anak istri tapi tetep aja tengil nya gak ilang ilang.
" si Dhika mana gak di ajak bar" tanya danang
" di ajak kok, cuma tadi katanya tanggung lagi ngisi nilai di raport maklum wali kelas jadi sibuk, apalagi besok kan bagi raport" akbar menjelaskan Danang hanya ber oh ria aja.
" lo kapan balik ran, lama bener hiatusnya" akbar menggoda rania yang hanya diam aja
"baru tiga hari disini" jawab rania singkat
Mereka sibuk ngobrol sambil makan gorengannya bi pur, tak lama muncul lah sosok yang di tunggu mereka di belakang rania.
" sorry lama ya" suara berat itu memasuki pendengaran rania secara otomatis kepalanya berputar melihat sosok di belakangnya yang kini duduk di samping nya, kaget tentu namun sebisa mungkin agar tak terlihat kentara kagetnya.
" a elah pak guru kita yang satu ini emang sok sibuk susah kali ngajak ketemunya" ucap danang santai
" bukan sok sibuk tapi emang lagi sibuk ngisi nilai, tenang nanti kan libur seminggu bisa buat heling" ucap Dhika sambil tersenyum.
Senyum itu yang selalu Rania suka dulu, ya dulu untuk sekarang rania sulit untuk menjabarkan pertemuannya dengan Mahardhika setelah sepuluh tahun lebih.
" wih asik nih malam tahun baru bisa kali kita kumpul di depan rumah gue sambil bakar bakar " pinta danang
"boleh banget kalo itu, apalagi kalo semuanya sudah di siapkan " ucap akbar menimpali sambil cengengesan
Akbar dan danang masih asik ngobrol mengabaikan orang orang di sekitarnya
"apa kabar Ran? " tanya Dhika pada rania yang anteng duduk disisinya
" baik " ucap rania singkat, karna jujur dia bingung harus basa basi gimana lagi, sepuluh tahun lebih tidak bertemu otomatis meninggalkan kecanggungan.
"kapan pulang? Aku baru tau kamu ada di kampung kirain masih betah di kota" ucap dhika sambil memakan gorengan yang ada di depannya.
" baru tiga hari, bukan gak betah di kota sih tapi bapak minta aku buat pulang jadi ya udah pulang deh" jawab rania santai. Dhika hanya manggut manggut saja, tanpa sepengetahuan akbar dan danang, dhika meminta nomor ponsel milik rania.
Setelah berbincang cukup lama akhirnya danang mengajak rania pulang, sebenarnya lebih banyak danang dan akbar yang ngobrol rania dan dhika hanya jadi pendengar dan menimpali sesekali saja.
Rania beranjak dan mengatakan akan membeli cilok mang udin untuk mila, dan tak lupa membungkus gorengan di hadapannya jangan sampai ia lupa bisa bisa si mila merepet kaya knalpot butut kalo sampe lupa.
Setelah mampir rumah mila untuk memberikan pesanannya, Danang mengantar rania kembali ke toko miliknya, danang juga mengingatkan untuk nanti ikut malam tahun baru di depan rumahnya, yang hanya di angguk rania karna acara nya masih lima hari lagi.
Rania memasuki toko dan membantu bapaknya sampai sore, tepat ketika hendak menutup pintu toko rania di kejutkan dengan teriakan anak kecil.
"teteh jangan tutup dulu cika mau beli permen" teriaknya sambil berlari, rania tidak langsung menjawab malah mematung, sungguh dia memang sudah ikhlas tapi bukan berarti harus bertemu secepat ini kan.
Haris ya anak itu adalah anak haris dan silau sungguh rasanya sangat canggung untuk mereka berdua apalagi haris hanya datang dengan anaknya, setelah tersadar dari lamunan nya rania langsung bertanya.
"mau permen apa sayang" ucap rania pada gadis kecil yang memperkenalkan namanya cika, usianya sekitar enam tahunan melihat dari posturnya.
"mau permen yang di toples itu teh yang katanya dari susu itu"
rania mengambil satu toples permen susu yang di maksud si anak dan membungkusnya dengan plastik dan menyerahkannya, Haris lalu membayar permen yang si anak mau.
"Ran kapan kamu pulang? sudah lama ya kita tidak bertemu " ucap haris pada rania
" baru tiga hari, aku bahkan berharap kita tidak pernah bertemu lagi" ketus Rania bukan dia bukan belum move on hanya saja melihat haris seperti membuka luka lama yang sudah ia kubur dalam dalam.
Melihat sikap ketus rania akhirnya haris memilah pamitan ia tahu seberapa besar kesalahan yang sudah ia perbuat di masa lalu, ia tak ingin semakin membuat rania membenci nya jika harus berlama lama untuk berbicara dengan nya.
Mood rania langsung lenyap ketika melihat haris ia buru buru menutup pintu toko dan menguncinya, lalu ia berjalan tergesa untuk segera sampai di rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments