Melihat Celo selalu setuju dengan yang aku lakukan rasanya membuatku tenang. Bagiku salah satu sumber kekuatan dan keyakinan ku dalam menjalani hidup yang kadang kala ada saja gebrakannya itu adalah dukungannya.
Hari sudah semakin larut, kami putuskan untuk segera melanjutkan perjalanan pulang, sesampainya dirumah ternyata mama sudah menyambut didepan pintu rumah dengan senyumnya yang selalu manis dan membuat hati tenang.
Seperti biasa sebelum masuk rumah, jika bunda sudah menyambut seperti ini pertanda kalau beliau ingin aku membalasnya dengan pelukan dan juga ciuman hangat yang menandakan jika keluarga kita adalah keluarga cemara impian semua orang, dan aku pun beruntung menjadi salah satu manusia yang mendapatkannya.
"Akhirnya muda mudi kesayangan bunda sampai rumah." Kata bunda.
Mendengarnya aku dan Celo hanya melirik tatkala berbalas senyum, setelah masuk kerumah Celo, bunda dan ayah berkumpul diruang keluarga untuk berbincang, menonton tv sambil menikmati cemilan yang tadi kami beli. Sementara aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badan karena terasa sudah sangat membuatku tidak nyaman.
Tak lama kemudian aku menyusul mereka menonton tv, kali ini kami bertiga harus mengikuti program kesayangan bunda yaitu sinetron kolosal, bundaku sangat suka cerita-cerita yang berbau kerajaan dan kisah-kisah legendaris, maklum saja beliau masih ada garis keturunan dari salah satu keraton di Indonesia.
Saat sedang asyik menyimak cerita yang ada di sinetron tersebut, tiba-tiba ayah menanyakan rencana kami kedepan untuk hubunganku dengan Celo bagaimana, sontak itu membuat kami bertiga terkejut.
"Aku sih tetap dengan tujuan awal om, aku bersedia kenal dengan Katty artinya aku juga sudah bersedia untuk menjadikannya teman hidup atau menikahinya." Jawab Celo.
Mendengar jawabannya ada rasa campur aduk di hatiku, aku juga bingung bukankah harusnya hanya bahagia jika orang yang kita cinta sudah berani membicarakan pernikahan di depan kedua orang tua kita, tetapi kenapa ini ada rasa takut dan sedihnya. Aku terus bertanya-tanya kenapa aku se khawatir ini, bukankah aku juga ada niatan yang sama dengan Celo untuk menjadi suami istri.
Karena tidak ingin melihat mereka kecewa akupun tersenyum seakan ikut menunjukan kebahagian seperti yang mereka bertiga rasakan, sesaat kemudian Celo mengajakku keluar ketaman belakang rumah belakang yang katanya dia ingin melihat design kolam ikan yang ada disana, dari awal dia menginjakan kaki dirumah ini mengaku terinspirasi dengan beberapa sudut rumah ini salah satunya adalah taman belakang yang terdiri dari kolam ikan dengan air yang terus terisi dibuat seolah seperti air terjun yang papa design sendiri. Inilah keuntungan punya papa punya keahlian dalam bidang arsitektur, rumah tampak indah dan inspiratif.
"Sayangku, Will you marry me?" Tanya Celo yang tiba-tiba sudah bersimpuh di belakangku seraya membuka kotak cincin ditangannya.
"Celo, aku minta maaf sebenarnya aku belum siap sekarang, aku rasa hubungan kita masih terlalu singkat jika harus kearah pernikahan." Jawabku.
Setelah mendengar jawaban yang aku ucapkan, raut wajahnya pun berubah lesu. Aku juga bisa merasakan kekecewaan darinya, tetapi aku mengerti dan memahami perasaannya saat ini, laki-laki mana yang tidak kecewa jika niat baiknya ditolak oleh perempuan yang dia cinta dengan alasan yang terlalu klasik yaitu soal kesiapan, tetapi aku juga tidak mau menerima ajakannya itu dengan perasaan yang aku sendiri tidak bisa memahaminya.
Sesaat kemudian Celo masuk kembali kedalam rumah, dia mencari papa dan mama untuk berpamitan pulang. Dan kali ini dia tidak berpamitan denganku, padahal biasanya dia selalu menyempatkan untuk mencium atau memelukku sebelum dia pulang, kali ini sekedar melirik ke arahku pun tidak dia lakukan. Melihat punggungnya saat dia berjalan keluar rumah, aku hanya bisa menghela nafas panjang. Rasanya dada ini sesak sekali, tetapi aku juga bisa memahami atas apa yang dia lakukan, aku mengakui jika ini memang kesalahanku.
Mobilnya sudah jauh dari pandanganku, aku berlari ke kamar untuk merebahkan tubuhku di kasur, sesekali aku mengecek gawaiku hanya sekedar memastikan barangkali Celo mengirimkan sebuah pesan atau jika aku masih beruntung mungkin saja dia mau meneleponku, sayangnya hal itu hanyalah anganku saja.
Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri jika semisal Celo sampai memilih untuk mengakhiri hubungannya denganku, ku buka galeri di gawaiku, ku temukan sebuah foto saat sesaat sebelum aku menolak lamarannya, foto itu terlihat sangat bahagia dan tak ku sadari rupanya bulir-bulir air jatuh satu per satu melintasi pipi, aku membolak balik pikiranku sendiri jika kesedihanku ini tidak ada artinya dibanding dengan rasa sakit dan kecewa yang telah aku torehkan di hati Celo laki-laki yang sangat aku cinta selama ini.
"Sayang, sudah sampai rumah kah?" Ku coba mengirimkan dia pesan singkat.
Menit demi menit berlalu, sesekali ku lihat layar persegi panjang yang sedari tadi tergeletak diatas kasur selepas pesanku terkirim, tetapi benda itupun tidak berbunyi artinya pesanku belum dibaca atau mungkin saja sengaja tidak dibalas oleh Celo.
Satu jam berlalu, akhirnya harapanku membuahkan hasil gawaiku berdering, ku lihat siapa yang menghubungiku, dan alangkah bahagianya hati ini jika yang menelpon adalah Celo, seseorang yang sedari tadi aku tunggu kabarnya.
"Assalamualaikum, sayang." Sapaan pertamaku.
"Waalaikumsalam, aku baru sampai rumah, kamu jangan khawatir, aku baik-baik saja." Jawabnya.
"Syukurlah, oh iya kamu pasti marah ya karena jawabanku tadi." Tanyaku dengan suara terbata.
"Menurutmu bagaimana kat, apakah ada seorang laki-laki yang gak kecewa jika lamarannya ditolak oleh pacarnya sendiri?!" Timpal Celo cetus.
"Maaf sayang, aku juga tidak tahu dengan apa yang aku rasakan, jujur aku bahagia tetapi aku juga sedih disaat mendengar obrolanmu dengan ayah." Jawabku mencoba menjelaskan .
"Sudahlah kat, aku capek, tolong jangan bikin aku semakin marah, karena aku tidak ingin kamu jadi sasaran, istirahat saja sana." Balasnya diiringi dengan panggilan terputus.
Mendengar ucapan terakhirnya membuatku semakin sedih, aku tidak menyangka jika dia benar-benar bisa berkata seperti itu, pria se meneduhkan Celo bisa mengatakan jika dia bisa saja aku jadi sasaran kemarahannya, jika dibilang egois mungkin akulah orangnya, aku yang menjadi penyebab dia marah tetapi aku tidak siap jika dia melampiaskan kemarahannya padaku.
Jika diputar ulang, sejak perkenalan kami, adu argumen sering terjadi, tetapi dia tidak pernah berkata se frontal itu, tentu saja kali ini penyebab kemarahannya sangatlah besar, setidaknya dia masih mau menghubungiku meskipun kondisi dia dengan diselimuti kekecewaan dan kemarahan, aku paham dengannya dan aku coba memberinya waktu setidaknya sampai kondisinya tenang, mungkin besok pagi, lusa atau besok lusa aku coba menghubunginya dan meminta maaf kembali dan semoga dia mau memahami perasaan aneh ku hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Iqueena
Bahaya banget ih kalau sampai jadi suami, kalau marah bisa2 jadi sasarannya
2025-08-29
1
Lonafx
malah ditolak toh?😆 sabar dlu lah Celo.. kalo kamu ngambek ngancem kayak gitu, Katty nya jadi mikir lagii.. soal perasaan, kaum cewek ini memang sulit dipahami.. hehe..
2025-09-09
1
Avalee
Jan gantung d1e1 di pohon cabe ya celo! 😮💨
2025-09-09
1