Seharian Bersama Pacar

Acara kondangan selesai, jika kebanyakan orang setelah melewati hari yang sangat melelahkan, maka memutuskan untuk kembali ke rumah beristirahat, kalau kita justru masih melanjutkan petualangan dengan alasan klasiknya jika menyantap buah adalah cuci mulut sebagai makanan penutup, maka nonton film di bioskop adalah agenda penutup setiap kali jalan keluar bareng pasangan.

Kedengarannya memang cukup kurang tahu aturan terkesan tidak mau pisah padahal belum ada ikatan pernikahan, tetapi kita diuntungkan berada ditengah keluarga yang menerapkan pola asuh bebas tetapi tidak melewati batas.

Film juga adalah salah satu love language kita, bagi kita lewat film kita bisa mengekspresikan perasaan kita. Bayangkan saja jika di film ada adegan yang menegangkan kita pasti juga ikut merasakannya, ada adegan sedih pun air mata penonton ikut menetes tanpa aba-aba.

Malam ini kita memutuskan untuk menonton film Komang, adaptasi dari perjalanan kisah cinta seorang musisi dengan sang istri didalamnya terdapat beberapa perbedaan, mulai dari perbedaan bahasa, budaya, sampai perbedaan paling klimaksnya tentu saja perbedaan agama. Jika mengingat dari trailer yang berseliweran di media sosial alurnya cukup membuat haru.

Kita pun sampai di bioskop, Celo memesan pop corn dan kita memasuki ruangan untuk mencari tempat duduk yang tertulis di tiket nonton yang sudah kita pesan sedari siang tadi.

Petugas ruangan memberi arahan film akan segara di putar, jadi penonton di harapkan tenang dan jangan ada yang merekam ataupun mengambil gambar selama film berlangsung.

Benar ternyata dugaanku jika filmnya sangat inspiratif bahkan jauh diatas ekspektasi ku, kisah tentang seorang laki-laki yang memperjuangkan kehidupan dan cintanya di waktu yang bersamaan.

"ternyata jika kita bersama orang yang tulus, pasti akan diperjuangkan meskipun banyak banget hal yang tidak memungkinkan. Nyatanya jika Tuhan, dan gigihnya usaha pasti akan bersama juga" pikirku.

Aku sesekali melirik Celo sepertinya dia ikut terhanyut oleh dialog-dialog yang dibawakan para pemainnya. Bahkan tak jarang aku juga melihatnya meneteskan air mata di beberapa adegan film Komang tersebut.

"Oh my God, terimakasih sayangku sudah menuruti keinginan cewekmu ini." Bisikku.

Celo mencium tanganku dan ditarik di dadanya seraya tersenyum ke arahku, kurasakan genggaman yang begitu kuat dan terasa hangat jika boleh berasumsi sepertinya dia benar-benar terhanyut kali ini, dia seakan membayangkan jika kedua tokoh itu adalah kita, karena aku bisa merasakan jika perlakuan dia seperti orang yang tak menginginkan perpisahan.

Tontonan yang tersaji di depan mata kita sungguh bisa dijadikan bahan belajar, filmnya berisi tentang paradigma yang sering kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Aku paling suka dialog ketika tokoh utama laki-lakinya mengajak tokoh wanita menikah. Entah kenapa rasanya begitu tersampaikan, jika mereka sebenarnya saling cinta dan saling sayang tetapi si wanita awalnya menolak ajakan dari si pria, pasti dilema banget seolah kita mau mengubah takdir dan pasti mempertanyakan kenapa disaat rasa sayang kita sudah sedalam ini kepada seseorang, tetapi dihadapkan dengan kenyataan jika Tuhannya berbeda.

Para aktornya pun cukup pandai beradaptasi dengan para tokoh yang di perankan, penggunaan gaya dan nada bicara juga tidak terlihat kaku. Penilaian itu atas dasar karena film ini tetap kental dengan bahasa daerahnya, logat dan gestur dari setiap pemain cukup memuaskan.

Kurang lebih satu setengah jam film selesai. Sebelum pulang, aku mengajak Celo masuk ke mall yang berada di lantai bawah dari gedung bioskop tempat kita menonton film. Aku mengajaknya berkeliling mall, ada satu gaun yang cukup menarik perhatianku. Gaun itu berwarna biru mudah dihiasi dengan payet yang sederhana namun membuatnya semakin terlihat manis dan elegan.

"Sayang, bagaimana menurutmu tentang gaun ini pantas atau tidak jika aku kenakan?" Tanyaku ke Celo selepas keluar dari kamar ganti.

"Maaf sayang, menurutku lebih baik cari dulu yang lain cintaku." Jawabnya.

Mendengar jawabannya aku memutuskan untuk mencari yang lain. Bagiku pendapat Celo itu adalah yang terbaik untukku baik dari segi penampilan ataupun kepercayaan diri dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Aku melanjutkan pencarian gaun yang akan aku kenakan di acara ulang tahunnya bulan depan, masih lama memang tetapi jika menyangkut kepentingannya maka aku akan mempersiapkan sejauh dan sebaik mungkin. Aku tidak ingin asal-asalan dan pastinya membuat dia merasa tidak di hargai.

Ketika aku masih sibuk mencari, tiba-tiba Celo memanggilku dan dia ternyata sudah membawakan ku sebuah gaun berwarna terakota dengan motif polkadot dan di area pinggangnya dihiasi dengan ikat pinggang yang membuat kesan ayu dari gaunnya.

Tidak perlu pikir panjang aku langsung mencobanya, alangkah senangnya aku dia sampai melongo melihatku. Matanya pun tak berkedip sedikitpun, artinya dia sangat menyukai gaun ini. Leganya hatiku urusan gaun selesai.

"Ada yang mau dicari lagi, tuan putri?" Tanya Celo.

Sebenarnya ingin sekali aku mencari sepatu yang sesuai dengan gaun tadi, tetapi hari sudah terlalu malam dan badan rasanya ingin sekali memeluk bantal dikamar. Lagipula masih ada waktu juga kan sebelum acara ulang tahun Celo, aku memutuskan untuk pulang saja. Urusan sepatu dan lainnya aku akan mencarinya sendiri di lain waktu sambil mencari kado untuknya.

"Sebentar ya sayang, disana aku melihat ada yang jual martabak kacang coklat kesukaan papamu, kamu tunggu dulu di mobil biar aku saja yang jalan kesana, kamu terlihat sudah sangat lelah." Katanya.

Aku mengangguk seraya masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, dia memang tidak pernah ketinggalan membawakan oleh-oleh untuk keluargaku setiap kali berkunjung ke rumah. Maka dari itu kedua orang tuaku sudah sangat percaya padanya.

Hampir setengah jam aku menunggunya, tetapi dia tak kunjung terlihat. Saat aku memutuskan keluar dari mobil untuk menghampirinya, tetapi tampak terlihat dia sudah berjalan ke arahku dengan kedua tangannya membawa beberapa tentangan plastik.

Benar saja dugaanku jika dia tidak hanya membeli martabak, tetapi juga beberapa jajanan lainnya. Menurutku sebagai laki-laki dia itu tergolong royal dan tidak pernah perhitungan mengenai uang yang dia keluarkan jika itu berurusan denganku. Sebagai seorang perempuan tentunya merasa seperti ada dukungan tersendiri jika jiwa jajannya ada yang mendukung.

Selesai sudah agenda hari ini, mobil pun melaju ke rumahku. Sesampainya di perempatan lampu merah tak jauh dari tempat kami menonton film, ada seorang bapak-bapak pengamen yang menghampiri mobil kita. Aku memberinya selembar uang lima puluh ribu dan juga sebuah kotak martabak yang Celo beli tadi.

"Izin ya sayang, aku berikan sekotak martabaknya untuk aku berikan kepada bapaknya." Pintaku lirih.

Celo tersenyum yang aku artikan sebagai persetujuan darinya.

Terpopuler

Comments

Iqueena

Iqueena

Celo, kenalan sama Kelvin deh, biar bikin grup pria royal 🤭

2025-08-28

1

Bulanbintang

Bulanbintang

Martabak masih jadi primadona buat camer. 🤣

2025-08-30

1

Muffin🧚🏻‍♀️

Muffin🧚🏻‍♀️

Iyaaa semua tergantung tuhan dan orabg nya. Meskipun takdir berkata lain tapinkalau orng nyabgigih . Takdir bisa doatur . Itulah fungsinya kita berdoa

2025-09-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!