“I want you to know that I'm never leaving'Cause I'm Mrs. Snow, 'til death we'll be freezingYeah, you are my home, my home for all seasonsSo come on, let's go. Let's go below zero and hide from the sunI love you forever where we'll have some funYes, let's hit the North Pole and live happilyPlease, don't cry no tears now, it's Christmas, baby.”
🎶Snowman
Mentari bersenandung pelan yang terdengar halus dan merdu. Tanpa cewek itu sadari sedari tadi Ray mendengarkannya dan sejenak menghentikan aktivitas yang tengah cowok itu lakukan. Bukan karena Terkesima, melainkan cowok itu merasa terganggu. Bagaimana tidak? cewek itu bersenandung di saat Ray Tengah fokus mengerjakan tugas akuntansi. Belum tahu dia Bagaimana Rai kalau sudah marah.
Setelah mengakhiri nyanyiannya, Mentari menelungkupkan kepalanya di atas bangku dengan kepala yang miring menghadap cowok disampingnya yang tengah serius mengerjakan tugas. Diam-diam dia memperhatikan lekuk wajah cowok itu. Alisnya yang tebal dengan mata tegas namun Teduh, hidungnya yang sedikit mancung, bibirnya berwarna merah pucat dengan rambut hitam yang tebal itu terlihat ganteng, tapi sayang galaknya minta ampun. Andai saja cowok itu memiliki sikap yang sedikit manis, tentu saja mentari akan sangat menyukai cowok itu. Cewek itu menertawakan khayalan yang ada di pikirannya.
Ray yang mengetahui kalau dirinya tengah di Tatap Mentari, melirik cewek itu kesal. Kemudian berkata sinis,
“Ngapain sih lo! Emang udah selesai ngerjain tugasnya?”
Mentari mengangguk dengan masih menelungkupkan kepalanya yang miring menghadap Ray.
“Mana coba lihat,” ujar Ray dengan mencebikkan bibirnya. Kemudian dengan santai Mentari mennggeser buku akuntansinya itu ke hadapan Ray.
“Cepet amat,” gumam Ray. Kemudian matanya menatap buku yang ada di depannya itu,
“ha, ini salah semua!” seru Ray dengan suara tertahan,
“ngerti materi ini nggak sih? Emang dulu di sekolah lo yang sebelumnya nggak pernah diajarin?”
Ray stress sendiri melihat semua jawaban yang ditulis oleh mentari dan tak ada satupun yang benar.
“Ah, nggak tahu ah,” ujar cewek itu dengan mengerucutkan bibirnya kesal. Sesekali tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Kerjain yang benar, jangan asal-asalan!” ketus Ray.
Mentari menghentakkan satu kakinya ke lantai sambil berkata,
“Tapi aku nggak suka akuntansi. Aku nggak suka ngitung!” pipinya menggelembung lucu,
“aku lihat punyak kamu aja nanti,” lanjut Mentari sambil ttersenyum tanpa dosa.
“Kalau lu ngandelin contekan mulu, otak lu nggak bakalan jalan dan nggak bakalan pinter-pinter. Lu mau jadi orang bego terus?” tandas Ray dengan menatap lekat pada wajah malas Mentari,
“kerjain lagi sampai hasilnya benar.”
“Enggak ah! Aku males, mending tidur aja.” Mentari kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Sedangkan Ray yang melihat hal itu menghembuskan nafasnya kasar menahan amarah. Lalu dengan sadis tangannya menarik sejumput rambut panjang cewek itu. Lantas seketika hal itu membuat Mentari memekik tertahan disertai dengan matanya yang melotot.
“Aduh! sakit ih!”
“Kerjain nggak!”
“Tapi aku nggak tahu,” sahut Mentari.
“Gua ajarin,” Tegas Ray.
Mentari yang mendengar itu tersenyum manis.
“Nah, gitu dong dari tadi. Hihi.”
Bunyi Bell tanda pulang berbunyi. Semua murid mengemasi Barang-barangnya ke dalam tas,Dan satu persatu meninggalkan kelas.
Mentari berdiri dari tempat duduknya bersamaan dengan Ray yang juga Hendak pulang.
Sambil berjalan keluar kelas Mentari mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sang mama memintanya untuk dijemput. Sembari menunggu balasan dari sang mama, cewek itu berjalan menuju gerbang sekolah.
Namun di tengah-tengah perjalanan dia lupa akan letak lobi di mana. Dia kebingungan. Dia merupakan manusia yang tak mudah untuk mengingat arah jalan, apalagi ia merupakan murid baru di sekolah yang sebesar itu. Cewek itu celingukan kesana kemari seperti anak ayam yang kehilangan arah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments