episode3

   Gebrakan pintu kelas yang keras itu seketika mengalihkan atensi semua siswa yang tengah asik dengan obrolan Masing-masing sambil menunggu guru datang.

 “Oi, pelan-pelan kek kalau buka pintu! badan Lu segede Bagong gitu. Rusak dah ntar tuh pintu!” pekik Devan kesal kepada Udin Si Biang Kerok yang bertubuh gempal. 

 “I itu ada anak cewek baru, katanya sih cantik abis.Huuuh! capek gua lari-larian ke sini,” ucap Udin dengan nafas terengah-engah.

 “Hah? anak baru kelas berapa emang?” tanya Thalia si pakar gosip di SMA Nusantara yang tak pernah melewatkan berita terbaru disekolah.

 “Setahu gue sih kelas 12 ya, tapi Entahlah dia masuk di kelas yang mana,” jawab Udin sembari berjalan menuju bangku tempat dia duduk.

 “Duh, moga aja dia masuk ke kelas ini. Yah, paling enggak kalau ada yang bening Biar gua betah ada di kelas,” celetuk Devan sok memelas.

 “Eh, maksud Lo apaan woi! Jadi Gua sama cewek-cewek yang ada di sini pada buteg buteg gitu!” sewot Luna. Salah satu siswi kelas 12 IPS yang selalu memakai aksesoris serba kuning.

  “Berisik tahu nggak!” seru Ray tiba-tiba dengan menggebrak meja menggunakan buku paket yang baru saja dia keluarkan dari tas. Cowok itu jengkel pada teman-temannya yang pagi-pagi sudah berdebat untuk hal yang tidak penting.

  Seketika ruang kelas itu sunyi. Semua siswa di kelas itu segan dengan cowok yang bernama Ray itu. Cowok pintar yang tampan namun galak. Semua anak kelas 12 IPS juga tahu jika cowok itu sudah marah niscaya bibir yang jika tersenyum akan membuat semua para cewek-cewek meleleh langsung berubah mengeluarkan semburan kemarahan yang super pedas mengalahkan pedasnya wasabi. Kecuali Devan yang memang sudah tahu betul karakter Ray itu hanya cengengesan tanpa suara, sambil mengolok-ngolok Thalia dan Luna yang kena semprot,

 “Mampus!” ucap Devan tanpa suara sambil tertawa. 

 “Selamat pagi anak-anak,” sapa guru matematika yang baru memasuki kelas.

 “Pagi Bu!” balas semua murid kelas 12 ips.

 “Pagi ini kalian kedatangan teman baru.” Guru itu menoleh sambil tersenyum pada cewek yang turut berdiri di sampingnya,

 “ayo, Nak. Silakan perkenalkan diri kamu.” 

  Seorang perempuan bertubuh mungil dengan rambutnya yang panjang berdiri gugup sambil memilin-milin tangannya yang saling bertautan. Raut gugup nampak jelas menghiasi wajahnya yang Ayu.

   “Hai. Kenalin nama saya Mentari biasa dipanggil Tari. Saya pindahan dari SMA Wiladarma,” kata Mentari sambil tersenyum kecil.

   “Asyik dah ada murid cakep,” gumam salah satu siswa.

  “Aduh, lihat senyumnya aja gue udah meleleh,” gumam siswa yang lain.

    Sementara Ray hanya melihat teman barunya Itu sekilas, dan kembali fokus menatap buku paket yang ada di depannya.

  “Bukan cakep lagi ini anjay, bidadari jatuh dari kayangan ini mah.” Devan berkata sambil bersiul,

 “hai, cantik. Kenalin Gue Devan. Lo boleh panggil gue Dev, atau Evan, atau manggil sayang juga nggak papa,” celetuk Devan dengan percaya diri yang mendapat sorakan dan tertawaan dari seisi kelas.

   “Idih, najis!” ujar Ray dengan satu kaki mendorong kaki kursi Devan yang ada di depannya.

     “Sudah cukup anak-anak,” Seru guru matematika menenangkan,

     “Tari, kamu bisa duduk di kursi kosong yang ada di samping Ray.” Guru itu berkata sambil menunjuk bangku kosong samping jendela deret ketiga dari depan. 

      “Ciee, Ray sekarang udah gak jomblo lagi!”

    Ejekan itu tentunya berasal dari Devan. Cowok itu Menoleh ke belakang sambil menaikturunkan alisnya jahil pada Ray.

   “Tari, kenalan dong sama Ray!” seru beberapa siswa meledek.

     “Ray, anak baru tuh jangan digalakin.”

     “Tari, hati-hati singa galak.” 

   Celetukan celetukan dan tawa cekikikan beberapa siswa itu semakin meramaikan kelas. Cowok yang sedari tadi tak berekspresi itu mendengus kesal sambil melirik cewek yang duduk di sampingnya. Setelah berbulan-bulan duduk sendirian, akhirnya Ray kini tidak kesepian. 

    Sementara cewek yang sedari tadi dibicarakan itu hanya bisa tersenyum kecil. Iya tak menyangka akan mendapatkan sambutan se heboh itu. Perlahan kegugupannya menghilang. Cewek itu kira dia akan bertemu dengan teman-teman yang sombong dan cuek, namun dugaannya itu salah. Mungkin dia akan mendapati kisah-kisah baru yang berbeda dari sekolah yang sebelumnya setelah ini dan dia berharap semoga ini lebih menyenangkan.

   “Nama gue Ray. Gue paling nggak suka kalau harus duduk sama orang yang berisik. Kalau selama duduk sama Gue Lo bawel, mending Lu pindah kelas aja deh,” ujar Ray sarkas tanpa melihat cewek yang ada di sampingnya itu. 

  Mentari yang mendengar itu menoleh sambil mengerutkan dahi kebingungan. Bibirnya sedikit terbuka hendak mengucapkan sesuatu namun urung ia lakukan. Tiba-tiba suara cowok galak yang ada di sampingnya itu mengingatkannya pada laki-laki yang beberapa hari lalu tak sengaja ia temui di jalan. Cowok sombong yang amat menyebalkan. Cowok yang dengan tega meninggalkan dia sendirian di tengah jalan saat dirinya tengah terkena musibah kehabisan bahan bakar. Bibir gadis itu mendesis kesal saat mengingat hal itu. Sungguh dia ingin sekali menoyor wajah laki-laki yang amat menyebalkan itu.

  “Buka buku paket kalian halaman 112, dan kerjakan latihan soal nomor 1 sampai 5!” Seruan guru matematika yang ada di depan membuyarkan lamunan mentari. Ternyata di manapun sekolahnya tetap saja guru matematika merupakan guru yang amat menjengkelkan. Bagaimana tidak? Baru saja dia menjadi murid baru sudah langsung disuguhi dengan soal-soal matematika yang membosankan. Mentari menatap Ray yang tengah membuka buku paket, cewek itu sedikit menggeser kursinya mendekati Ray berniat untuk melihat soal yang ada di buku paket.

     Ray yang menyadari hal itu melirik mentari yang ada di sampingnya sinis sambil berkata, “Ngapain sih!” 

    “Numpang lihat soal. Aku kan masih belum ada buku paket,” jawab Mentari.

    Ray menghembuskan nafasnya pelan, kemudian menggeser buku paketnya ke tengah. Mentari tersenyum simpul melihat cowok galak di sampingnya itu yang mau berbagi. Yah, meskipun masih dengan memasang raut wajah datar.

 Berikutnya, Ray lanjut mengerjakan soal-soal matematika yang ada di buku paket dengan mudah. Nampak cowok itu tak merasa kesulitan sedikitpun dalam mengerjakan tugas. Berbeda dengan mentari yang ada di sampingnya, baru melihat soal-soal yang ada di buku paket itu saja cewek itu sudah pusing tujuh keliling.

   “Gampang ya?” tanya Mentari dengan berbisik pelan.

   “Lo liat aja soalnya sendiri!” jawab Ray Ketus.

   Dengan memajukan sedikit bibirnya lucu, Mentari sekali lagi mengamati soal-soal yang ada di buku paket. Cewek itu meringis sambil berkata, 

    “Ini susah tahu! Soalnya aja bikin puyeng gini.”

  Ray menghentikan tangannya yang tengah menulis jawaban dibuku tulisnya. Cowok itu melirik Mentari yang ada di sampingnya dengan menaikkan satu alis, “Itu berarti Lu bego!” tandas Ray yang langsung dipelototi Mentari,

  “udah diem! Gue butuh konsentrasi buat ngerjain nih tugas.” 

     Tanpa disadari Mentari, cowok itu menyeringai puas sebelum akhirnya kembali fokus pada soal-soal yang ia kerjakan.

   Mentari cemberut. Dia merasa dongkol pada cowok yang duduk di sampingnya itu. Memang benar sih dia sedikit lemot, tapi tidak harus dikatakan bego juga kan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!