Aria terbangun lebih awal dari biasanya. Langit di luar jendela kamar Selena masih gelap, hanya sedikit bercahaya oleh lampu jalan. Dia duduk di tepi tempat tidur, mengamati cermin besar di sudut kamar. Sosoknya yang dulu perlahan mulai tergantikan oleh wajah gadis ini, Selena seorang anak remaja culun yang kini menjadi penyamaran sempurnanya.
Selena (Aria)
Hari ini harus lebih baik dari kemarin.
Selena (Aria)
Aku harus mulai membangun kekuatanku kembali.
Selena (Aria)
Cassandra adalah batu loncatan pertama, tapi ini belum selesai.
Setelah bersiap-siap dengan seragam sederhana, Aria melangkah ke dapur. Kali ini, dia tidak mendapati ibunya di sana. Di meja kecil itu hanya ada roti panggang yang ditutup dengan serbet bersih dan secarik catatan.
Selena, Ibu harus pergi lebih awal hari ini. Jangan lupa makan dan berhati-hati di sekolah. -Ibu.
Selena membaca catatan itu sekilas, lalu memasukkan roti panggang ke dalam tasnya tanpa niat memakannya di rumah. Waktu adalah hal yang lebih penting baginya saat ini.
Aria berjalan menuju halte bus dengan langkah pelan. Udara pagi yang dingin menyentuh kulitnya, tapi dia tidak peduli. Dalam benaknya, dia menyusun berbagai rencana. Bus yang sama seperti kemarin tiba tepat waktu. Kali ini, bus sedikit lebih ramai, dan Aria memilih duduk di dekat jendela.
Perjalanan berlangsung dengan tenang, sampai sebuah suara menyapa dari bangku belakang.
Andrian
(berdiri di samping tempat duduk Aria)
Andrian
Kukira aku akan menemukamu di sini.
Aria menoleh perlahan, wajahnya tetap datar.
Selena (Aria)
(dingin)
Selena (Aria)
Kau mengikutiku sekarang?
Andrian
(tertawa kecil)
Andrian
Haha tidak sengaja. Tapi aku pikir ini waktu yang tepat untuk membicarakan rencana kita.
Selena (Aria)
(menatap lurus ke depan)
Selena (Aria)
Rencana kita? Aku tidak ingat pernah bekerja sama denganmu.
Adrian duduk di sebelahnya, menyilangkan tangan dengan santai.
Andrian
Kau mungkin tidak mengatakannya secara langsung, tapi aku tahu kau membutuhkan bantuanku.
Andrian
Aku sudah mengumpulkan informasi tentang Cassandra dan teman-temannya.
Aria tetap diam, tapi matanya mulai menatap Adrian dengan penuh perhatian.
Andrian
Dia punya dua orang yang selalu bersamanya. Alex dan Mia.
Andrian
Mereka bukan tipe yang cerdas, tapi mereka sangat loyal.
Andrian
Jika kau ingin menghancurkan Cassandra, kau harus memisahkan mereka dulu.
Selena (Aria)
(membalas dengan nada datar)
Selena (Aria)
Dan kau pikir aku tidak tahu itu?
Andrian
(tersenyum kecil)
Andrian
Tentu saja kau tahu. Tapi aku ingin melihat bagaimana kau melakukannya.
Aria akhirnya menoleh, menatap Adrian dengan tatapan dingin yang tajam.
Selena (Aria)
Jangan mengujiku, Adrian.
Selena (Aria)
Jika kau ingin membantu, lakukan dengan benar. Kalau tidak, aku tidak butuh kehadiranmu.
Adrian mengangkat kedua tangannya, tersenyum seperti biasa.
Andrian
Baiklah, tenang saja. Aku di pihakmu, Selena. Kau akan lihat.
Saat mereka tiba di sekolah, suasana sudah mulai ramai. Aria berjalan dengan langkah tenang menuju kelasnya, tapi kali ini, dia merasa lebih banyak tatapan mengarah padanya. Bisikan-bisikan di koridor kembali terdengar.
Ayu
Itu dia. Selena yang melawan Cassandra.
Vivian
Apa kau pikir dia akan menang?
Ningsih
Dia terlihat sangat berbeda sekarang. Seolah-olah dia bukan Selena yang kita kenal.
Aria mengabaikan semuanya, berjalan masuk ke kelas dan duduk di tempatnya. Dia membuka buku catatan, pura-pura mencatat sesuatu. Namun, dia tahu suasana di kelas mulai berubah saat Cassandra masuk dengan langkah keras, diikuti oleh Alex dan Mia.
Cassandra berhenti tepat di depan meja Aria, menatapnya dengan senyum sinis.
Cassandra
(dengan nada mengejek)
Cassandra
Selena, aku dengar kau berani menantangku lagi. Apa kau yakin ingin meneruskan ini?
Aria mengangkat wajahnya perlahan, menatap Cassandra dengan ekspresi dingin.
Selena (Aria)
Aku tidak tahu kau masih peduli tentang itu. Bukankah kau sibuk dengan urusan lain?
Cassandra
(Marah)
Cassandra
Jangan sok pintar, kau tahu apa yang aku maksud!
Teman-teman sekelas mulai memperhatikan mereka, membuat Cassandra semakin emosi. Tapi Aria tetap tenang, bahkan menunjukkan senyum tipis yang membuat Cassandra semakin frustrasi.
Selena (Aria)
Jika kau ingin bicara, pastikan kau punya alasan yang kuat. Aku tidak punya waktu untuk hal-hal kecil seperti ini.
Cassandra menggebrak meja, membuat suara keras yang menggema di kelas.
Cassandra
Kau pikir kau siapa?!
Adrian yang duduk di bangkunya di belakang Aria hanya mengamati dengan senyum kecil. Dia tahu Aria akan menang dalam konfrontasi ini, meskipun tanpa perlu melakukan banyak hal.
Aria bangkit perlahan dari tempat duduknya, membuat seluruh kelas terdiam. Dia menatap Cassandra dengan mata yang dingin dan tajam.
Selena (Aria)
Aku seseorang yang tidak akan membuang waktuku untukmu. Jadi jika kau selesai, tinggalkan mejaku.
Cassandra tampak terkejut, tapi dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya. Dia akhirnya melangkah mundur dengan wajah merah karena marah.
Cassandra
Aku akan membuatmu menyesal, Selena.
Setelah Cassandra pergi, suasana kelas kembali normal. Namun, bisikan-bisikan masih terdengar.
Ayu
Dia benar-benar berubah. Cassandra bahkan tidak bisa menang kali ini.
Vivian
Apa Selena… punya sisi lain yang kita tidak tahu?
Setelah pelajaran selesai, Aria kembali ke perpustakaan seperti biasa. Kali ini, Adrian sudah menunggunya di salah satu meja di sudut ruangan. Dia melambaikan tangan ketika Aria masuk.
Andrian
(dengan nada santai)
Andrian
Selamat datang, Ratu Perang. Kau membuat Cassandra terlihat bodoh hari ini.
Aria mendekati meja itu, duduk tanpa menghiraukan candaan Adrian. Dia membuka bukunya dan mulai menulis sesuatu.
Selena (Aria)
(tanpa melihat Adrian)
Selena (Aria)
Katakan apa yang kau tahu tentang Alex dan Mia.
Adrian tertawa kecil sebelum menjawab.
Andrian
Hahaha Alex punya kelemahan besar: dia tidak bisa berpikir sendiri. Jika kau berhasil memisahkannya dari Cassandra, dia akan kehilangan arah.
Andrian
Sedangkan Mia… yah, dia lebih berbahaya. Tapi dia punya satu kelemahan: egonya terlalu besar.
Selena (Aria)
(datar)
Selena (Aria)
Baik. Kalau begitu, aku akan mulai dari Alex. Kau tahu bagaimana cara membuatnya kehilangan kepercayaan pada Cassandra?
Adrian mengangguk, tersenyum penuh arti.
Andrian
Aku punya ide. Tapi kau harus siap dengan konsekuensinya.
Comments