Setelah kepergian Soraya, Anara tak dapat berhenti memikirkan ucapan wanita itu.
Baiklah, Anara menyanggupi semuanya. Namun satu hal yang membuat hatinya bimbang,
“Keluarga ini membutuhkan penerus, dan satu-satunya penerus yang kami harapkan berasal dari Elias. Dia putraku satu-satunya.”
“Apa aku harus..”
“Benar, kau tahu sendiri apa yang harus kau lakukan. Kau menjadi bagian dari trah ini, tentu kami menuntut adanya keturunan darimu.”
Griselda Kianara Augustine
Apa yang harus aku lakukan?
Raut Anara berubah menjadi cemas, juga berkeringat dingin di keningnya. Anara mondar-mandir menggigit kuku ibu jarinya.
Anara kehilangan ketenangan dalam sekejap.
Griselda Kianara Augustine
"Apa dia juga tau tentang hal ini.."
Anara diam sesaat, teringat pada Elias. Bagaimana mungkin Elias tidak mengetahuinya? Pikirnya.
Pemikiran itu membuat Anara semakin kehilangan ketenangannya pada pagi yang cerah ini.
Griselda Kianara Augustine
"Aku masih muda, dan aku tidak ingin hamil.."
Griselda Kianara Augustine
"Dan lagi, harus terikat semakin kuat di dalam keluarga ini."
“Jika kau setuju, maka akan ku hapuskan semua pandangan burukku terhadapmu.”
“Namun jika kau berkata tidak, ku anggap kau datang hanya untuk menguasai seluruh harta trah kami.”
“Maka ku ambil kesimpulan, kau tidak ada bedanya dengan wanita lain.”
Anara kembali mengingat ucapan terakhir Soraya yang menatapnya sangat tajam layaknya ujung belati.
Griselda Kianara Augustine
"Ibu akan menerimaku jika aku setuju, dan jika tidak.."
Griselda Kianara Augustine
"Jika tidak, ku yakin hidupku akan semakin rumit."
Griselda Kianara Augustine
"Namun, apa aku harus setuju? Sedangkan aku belum siap untuk komitmen seperti itu..?"
***
[Universitat de Barcelona.]
Elias baru saja sudah mengajar dan telah meninggalkan kelas.
Jika biasanya dia akan memilih kembali ke ruangan para dosen, kali ini Elias memilih untuk menenangkan diri di coffee sebelah universitas.
Dengan MacBook dan beberapa buku diatas mejanya, lalu segelas kopi di tangannya.
Elias menaruh kembali gelas kopi diatas meja. Kembali fokus pada MacBook miliknya. Pen yang ia pegang dengan tangan kiri ia putar lihai dengan jari-jari panjangnya, tanda bahwa ia sedang berpikir.
Elias Ezekiel Fernando
"Aku tidak bisa fokus."
Elias melepaskan kacamata yang bertengger di batang hidungnya yang mancung. Juga menaruh MacBook diatas buku-bukunya yang lain.
“Ibu sudah mengatakan semuanya pada Anara. Ibu akan mempercayainya, namun semuanya tergantung padamu, Elias. Jangan kecewakan Ayahmu yang sudah berharap besar.”
“Setidaknya demi kakekmu sebelum dia benar-benar pergi.”
Elias teringat akan ucapan Ibunya di telepon tepat setelah Soraya meninggalkan rumahnya.
Bukannya tidak ingin, namun Elias memiliki pandangan yang luas dan tidak mudah percaya pada siapapun terutama wanita. Termasuk pada Anara.
Semua itu tentu ia pelajari dari pengalaman masa lalunya yang pahit, disaat tak pernah ada yang tulus padanya.
Perasaan nya untuk mencintai seolah hilang begitu saja pada wanita-wanita cantik diluar sana. Pikirannya justru menjadi semakin fokus pada pekerjaan dan profesinya sebagai seorang dosen.
Tidak lagi ia pernah memikirkan tentang perasaan cinta di dalam hidupnya setelah 5 tahun lamanya.
Dan sekarang, ia kembali dihadapkan dengan seorang wanita collateral yang sudah berubah status menjadi istrinya.
Elias Ezekiel Fernando
"Apa bisa aku mempercayainya?"
Tentu saja Elias harus berpikir keras untuk itu. Mengingat banyaknya wanita yang datang padanya hanya demi harta keluarganya yang melimpah.
Tidak menutup kemungkinan juga Anara akan melakukan hal yang sama.
Comments
My dream
💪 Anara, berjuang untuk bertahan menaklukkan hati mas Elias. 😘❤️🤲
2025-01-29
0