"Hei, berhenti!! Kembalikan milik ibu!!"
Aleyna berlari mengejar seorang pria yang telah mencuri kantong berisi uang milik Diva. Si pencuri sepertinya tidak berhenti dan terus berlari menjauhi Aleyna. Sebenarnya, ada beberapa warga yang membantu Aleyna mengejar si pencuri. Namun, para warga tersebut memilih melaporkannya kepada pihak kerajaan. Pada akhirnya, hanya Aleyna saja yang terus mengejar si pria pencuri.
"Kemana perginya??"
Di tengah-tengah pengejarannya, Aleyna kehilangan jejak si pencuri. Kepalanya celingukan mencari jejak atau petunjuk yang mungkin ditinggalkan oleh si pencuri. Sepertinya, pencuri tersebut pintar karena sama sekali tidak meninggalkan bekas apa-apa.
Dihadapannya kini, hanya ada dua jalan yang membelah rimbunnya pepohonan.
Sekarang, aku harus bagaimana?? Dan dimana aku ini??
Aleyna berkacak pinggang, kesal dan sedih karena tidak berhasil menyelamatkan barang milik Diva. Ditambah, Aleyna sudah berlari cukup jauh dari lokasi semula. Aleyna sedang berada di hutan belantara. Suasananya yang gelap dan hening, membuat Aleyna merinding. Hanya terdengar suara hembusan angin saja dan dedaunan yang saling bergesekan atau bergerak tertiup angin.
Sepertinya, pencuri itu berlari ke sana. Coba saja dulu.
Dengan instingnya, Aleyna berpendapat bahwa pencuri itu berlari ke arah kiri. Aleyna mempersiapkan segala hal, mulai dari senjatanya, perlengkapannya dan tentunya dengan mentalnya sendiri.
Mari mulai. Aku yakin di dalam sana ada sesuatu yang menyeramkan.
------
"Master Diva!! Tunggu sebentar!!"
"Maaf, aku sudah menghabiskan banyak waktu. Putriku sedang mengalami bahaya. Jangan hentikan aku!"
"Siapa yang ingin menghentikan Anda, Master??"
"Siapa yang berbicara di sana??"
Ketika Diva hendak menyusul Aleyna, langkahnya dihentikan oleh Pendekar Mie. Diva memprotes tindakannya, namun Pendekar Mie mengungkapkan bahwa ia sama sekali tidak menghentikan aksinya.
Lalu, ada seseorang lagi di samping Diva dan tampaknya Diva tidak asing.
"Mari, Master. Aku akan membantu," ucap Pendekar Mie.
"Baiklah. Sebelumnya, kau siapa??" Tanya Diva kepada seseorang disampingnya.
"Anda lupa, Master?? Saya adalah Pendekar Batu." Diva tersenyum. Ada dua pendekar yang akan membantunya menyelamatkan Aleyna.
Pendekar Batu berjalan paling depan. Telinganya ditempelkan di tanah. Ia memiliki kemampuan spesial, yaitu dapat mendengar langkah kaki seseorang dari getaran tanah.
Pada kesempatan kali ini, Pendekar Batu menggunakan kemampuannya untuk mencari jejak Aleyna.
"Bagaimana??" Tanya Pendekar Mie yang tengah mengantongi beberapa mie spesial yang siap dijadikannya sebagai senjata.
"Hey! Kau tak mendengarku ya??" Tanya Pendekar Mie sedikit kesal karena tak mendapat jawaban sama sekali.
"Ssstttt.... Sssttt..... Aku sedang berkonsentrasi, kau tahu??" Pendekar Mie hanya bisa berkacak pinggang setelah mendengar jawaban dari Pendekar Batu yang tidak memuaskan.
"Ahhh, sudah kutemukan. Ikuti aku!"
-----
Sudah lama aku berjalan, sepertinya tidak ada siapa-siapa di sini. Pencuri itu juga sudah pergi. Hmmmhh... Aku harus mendapatkan kembali barang milik ibu.
Sekian lama berjalan menyusuri hutan, Aleyna mengalami kelelahan. Kebetulan, ia membawa air minum. Sambil meminum air, Aleyna berpikir bahwa ia salah mengambil jalan. Seharusnya, ia memilih jalan sebelah kanan.
Tetapi, di sebelah sana sepertinya tidak ada jejak bekas diinjak. Yang disini ini, ada jejaknya.
Dirasa tenaganya sudah pulih, Aleyna melanjutkan perjalanannya. Suasana hutan semakin gelap saja, tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan di sana. Hewan-hewan hutan tidak terlihat. Aleyna berpikir mungkin mereka masih tidur.
Ada rumah!!
Aleyna menemukan satu rumah kayu dibangun di tengah-tengah hutan. Terlihat cukup besar dan terawat. Aleyna yakin bahwa sebentar lagi ia semakin dekat dengan suatu desa.
Ketika hendak masuk ke dalam rumah, Aleyna melihat bayangan seseorang di dalam rumah tersebut. Aleyna langsung bersembunyi.
Lama menunggu kondisi aman, penghuni rumah tak kunjung keluar. Aleyna yang penasaran memutuskan untuk mengamati keadaan di dalam.
Perlahan-lahan, Aleyna menjulurkan kepalanya ke jendela rumah. Ternyata, tidak ada siapa-siapa. Padahal sebelumnya, Aleyna yakin melihat ada bayangan seseorang.
Untuk memudahkan pengintaian, Aleyna mencoba membuka jendela tersebut dan ternyata berhasil. Dalam hati, Aleyna berseru senang, namun seketika ia menjadi waspada. Mungkin saja, ini hanyalah jebakan saja.
Aneh. Aku masuk di dalam rumah pun tidak ada orang. Dan, siapa yang menghuni rumah ini?? Apa ini benar-benar sebuah rumah?? Maksudku, tidak ada barang sama sekali di sini.
Aleyna menggaruk-garuk kepalanya, bingung dengan isi dalam rumah tersebut. Tidak ada barang apapun di dalamnya. Kemudian, Aleyna mencoba berkeliling. Mungkin saja, ada petunjuk yang menjelaskan tentang asal-usul rumah tersebut.
Ada ruangan!
"Halo... Permisi..."
Aleyna membuka pintu suatu ruangan perlahan-lahan. Satu tangannya siap siaga mengeluarkan pedangnya, jikalau ada bahaya yang mengancam.
Akhirnya, ada barang juga. Tetapi, hanya meja saja.
Ada sebuah meja di dalam ruangan tersebut. Di atasnya, ada beberapa lembar kertas berserakan. Aleyna membacanya satu per satu.
Isi dari kertas tersebut menjelaskan suatu desa yang makmur, jauh dari wilayah kerajaan Asmaraloka. Tidak disebutkan apa nama desa tersebut, hanya dijelaskan jika desa tersebut hancur karena diserang oleh suatu bangsa yang tidak disebutkan namanya.
Dijelaskan bahwa bangsa ini dikenal akan kerakusannya dan kekejamannya. Si pemimpin tidak pernah puas dengan apa yang didapatnya. Selalu saja merasa kekurangan dan ingin mendapatkan lebih, lebih dan lebih lagi.
Suatu ketika, si pemimpin mendapat suatu ramalan yang membuatnya ketakutan. Lantas, ia memerintahkan kepada seluruh pasukannya untuk menghentikan ramalan tersebut. Didapati bahwa ramalan tersebut berasal dari sebuah desa yang kini sudah hancur.
Hmm, begitu. Kira-kira, apa nama desa itu ya??
Aleyna melipat beberapa lembar kertas yang baru saja dibacanya lalu menyimpannya. Rencananya, ia akan menanyakan hal ini kepada Diva. Mungkin saja, Diva mengetahui desa yang dimaksud dalam tulisan tersebut.
Suara apa itu??!!
Ketika hendak membaca lembaran kertas berikutnya, tiba-tiba Aleyna mendengar suara seseorang. Terdengar ramai sepertinya. Seketika, Aleyna bersembunyi.
Dimana aku bersembunyi?? Tidak ada apa-apa di sini!!
Ya, benar sekali. Tidak ada satupun barang yang dapat ia jadikan sebagai tempat persembunyian.
Tidak kehabisan akal, Aleyna memutuskan untuk bersembunyi saja di balik pintu, berharap orang tersebut tidak menyadari kehadirannya.
Brakk!!
Aleyna terkejut melihat ada seseorang terkapar tak berdaya. Kemudian, Aleyna mendengar suara langkah mendekat. Ia langsung bersiap siaga.
Dia sepertinya tidak melihatku.
Pandangan Aleyna teralihkan pada barang yang tergeletak di lantai. Sebuah kantong yang sangat dikenalinya, yaitu milik Diva.
Berhubung orang yang menyerang pria tadi tidak melihatnya, Aleyna diam-diam mengambil kantong milik Diva lalu mengendap-endap melarikan diri.
Hiih!! Menyeramkan!! Wanita itu memiliki tato!
Karena tidak ingin berurusan lebih lanjut dengan orang tersebut, Aleyna langsung berlari. Tanpa disadari, rupanya orang tersebut mengetahui kehadiran Aleyna. Ia menyunggingkan senyumnya.
Kembali pada Aleyna. Saat ini, ia kebingungan untuk keluar dari rumah tersebut. Tiba-tiba saja ia lupa dengan jalannya. Dalam keadaan panik dan bingung, Aleyna melihat ada perapian. Ia tersenyum senang karena pada akhirnya, Aleyna dapat melarikan diri.
Dengan kemampuannya, Aleyna mampu memanjat cerobong asap tersebut perlahan-lahan, sampai akhirnya ia berhasil menghirup udara bebas.
Huh?? Apa yang terjadi di luar??
Aleyna terbelalak matanya ketika melihat beberapa orang di luar, mengitari rumah tersebut. Sepertinya tidak ada pilihan bagi Aleyna selain menyerang mereka terlebih dahulu untuk melarikan diri.
"Kau benar-benar gadis yang pintar."
Baru saja hendak turun, Aleyna merinding saat mendengar suara seseorang di belakangnya. Dengan cepat, ia menoleh ke belakang.
Wanita tadi??!!
Belum reda keterkejutannya, Aleyna ditendang dengan keras oleh wanita itu. Sontak, Aleyna terhempas jauh karena terlambat untuk mencegah atau menangkisnya. Tubuhnya berguling-guling lalu terhenti ketika membentur pohon.
A..a...aduh! S...ss..siapa wanita itu??
"Selamat tinggal!"
Aleyna tidak dapat bergerak karena masih merasa kesakitan, sehingga ia hanya menatap lesu apa yang sedang menuju ke arahnya dan berharap suatu keajaiban berpihak padanya.
Ibu.... Tolong... Aku....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments