"Kita sudah sampai ya, Bu??"
"Iya, Aleyna."
Padahal, ibu menutup matanya, tetapi tahu bahwa sebentar lagi kita sampai di pasar. Aku mau coba ah.
Duggghhh!!
"Aduh!!"
"Aleyna! Kamu tidak apa-apa?? Kamu melakukan apa??"
Karena penasaran dengan kemampuan Diva yang dapat mengetahui segala hal disekitarnya walau dengan mata tertutup, Aleyna mempraktekkannya pada dirinya sendiri.
Logika Aleyna mengatakan, jika Diva yang tidak dapat melihat dari dulu, kemungkinan dari lahir, dapat mengetahui ada apa saja disekitarnya, ia yang dengan sengaja menutup kedua matanya pasti dapat melihat juga. Didukung dengan ia sudah sering melalui jalan tersebut.
Namun, kenyataan berkata lain. Baru beberapa detik saja Aleyna menutup kedua matanya, ia sudah mendapat sambutan yang meriah. Kepalanya membentur dahan pohon. Tidak terlalu keras, namun lumayan sakit juga.
"Apa yang kamu lakukan, Aleyna?? Bagaimana mungkin kamu bisa menabrak dahan itu??" Tanya Diva.
Bahkan, ibu saja bisa tahu aku menabrak apa.
"Aku melamun, Bu," jawab Aleyna sambil tersenyum.
"Jangan diulangi lagi, Aleyna."
"Iya, Bu."
Beberapa meter dari lokasi terbenturnya kepala Aleyna dengan dahan pohon, ada sebuah pasar yang besar dan luas serta cukup ramai. Pasar tersebut dekat dengan sebuah kerajaan besar, bernama Asmaraloka. Karena lokasinya dekat istana, pasar tersebut juga dinamai Pasar Asmaraloka.
Aleyna mengikatkan kuda Diva dan miliknya pada sebuah pohon besar lalu membiarkan keduanya menyantap rerumputan sesuka hati.
"Apa yang harus kita beli, Bu??" Tanya Aleyna sambil mengamati sekitar.
"Kita akan membeli daging dan beberapa bumbu," jawab Diva.
"Hmm, aku membayangkan sepertinya ibu akan memasak sup. Benar??"
"Seperti biasanya."
Aleyna membantu Diva membeli beberapa belanjaan yang dibutuhkan. Sebelum masuk ke dalam pasar, Diva mengingatkan Aleyna untuk mengenakan tudung kepalanya. Alasannya masuk akal, supaya Aleyna tidak kepanasan.
Akan tetapi, bukan itu maksud dan tujuan sebenarnya. Diva takut penduduk Asmaraloka melaporkan warna rambut Aleyna yang berbeda kepada pihak kerajaan. Bukan tanpa alasan, banyak penduduk desa yang menganggap bahwa anak yang memiliki kelainan, entah pada warna rambutnya atau yang lainnya, sudah dipastikan mereka keturunan penyihir.
Oleh karena itu, Diva hanya berani membiarkan Aleyna tampil apa adanya di lingkungan desa Anagata saja. Di luar itu, Aleyna diwajibkan untuk menyembunyikan warna rambutnya. Hanya penduduk desa Anagata saja yang tidak berani menyentuh atau berbuat macam-macam terhadap Aleyna. Hal ini tidak lepas dari penduduk desa Anagata yang menganggap Aleyna adalah putri Diva, salah satu pendekar yang dihormati.
"Bu, kapan aku bisa masuk ke dalam sana??" Tanya Aleyna sambil menunjuk pada sebuah bangunan megah di ujung sana.
"Pada waktunya. Oh iya, sebentar lagi kamu akan menimba ilmu. Ibu sudah mendaftarkan namamu di Akademi Asmaraloka," jawab Diva. Aleyna sangat senang mendengarnya.
Sepengetahuannya, beberapa penduduk desa Anagata lulusan Akademi Asmaraloka, menjadi pengawal atau anggota pasukan elit kerajaan. Aleyna ingin sekali menjadi pengawal kerajaan.
"Baiklah, Bu." Diva tersenyum mendengarnya.
Selama Diva melakukan transaksi jual-beli, Aleyna membahas mengenai akademi tersebut. Sepengetahuan Diva, Akademi Asmaraloka adalah salah satu akademi bela diri terbaik. Banyak muda-mudi yang mendaftar ke akademi tersebut dari berbagai desa. Anagata adalah desa yang selalu melahirkan satu atau dua lulusan terbaik.
Mendengar hal itu, Aleyna semakin bersemangat berlatih. Ia juga meminta kepada Diva untuk melatihnya ketika libur dan Diva menyetujuinya.
"Bu, boleh aku lihat istananya??" Tanya Aleyna ketika Diva sudah selesai berbelanja.
"Tentu. Tetapi, sekarang ini sepertinya kita hanya dapat melihatnya dari luar saja," jawab Diva.
"Tidak masalah, Bu." Diva mengangguk lalu mengajak Aleyna melihat Istana Asmaraloka.
-----
"Wah! Megahnya!"
"Ya, ini adalah pertama kalinya kamu melihat istana Asmaraloka, bukan??"
Aleyna tak henti-hentinya berdecak kagum dengan megahnya istana Asmaraloka. Istana besar, didominasi warna merah dan dihiasi dengan berbagai ukiran-ukiran yang indah, menambah keindahannya.
Walaupun Aleyna tidak dapat masuk ke dalam istana, ia cukup senang memandanginya dari luar.
Keadaan di dalam istana sedikit ramai. Biasanya, ada pertemuan dengan kerajaan lain. Aleyna sempat melihat beberapa kereta kuda yang datang dari luar kerajaan Asmaraloka masuk ke dalam istana.
"Ramai sekali, Bu," ucap Aleyna.
"Biasanya, ada pertemuan. Mungkin, ada yang ingin mengajak kerja sama," kata Diva.
"Semakin besar saja kerajaan ini, Bu."
Asmaraloka adalah kerajaan besar dan terkenal dengan kekuatan prajuritnya. Wilayah kekuasaannya mencakup desa-desa besar, seperti Anagata, Anka, Tirta dan Basu. Asmaraloka juga mempunyai akademi bela diri. Murid-muridnya tidak hanya dari desa wilayah kerajaan tersebut. Ada juga yang berasal dari luar kerajaan. Namun, selama berpuluh-puluh tahun akademi dibangun, desa Anagata yang selalu melahirkan satu pendekar terbaik dan diangkat menjadi pengawal atau pasukan elit kerajaan.
Asmaraloka dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana dan pemberani, bernama Raja Arya. Dibawah kepemimpinannya, beliau banyak menciptakan perdamaian dan menjalin kerjasama dengan kerajaan lain. Hal itulah yang membuat Asmaraloka menjadi luas wilayah kekuasaannya.
Namun, luas, kuat dan sering menciptakan perdamaian, bukan berarti Asmaraloka tidak mempunyai musuh. Banyak kerajaan besar lainnya di luar sana tidak senang dengan perdamaian yang diusungnya. Asmaraloka sering diserang oleh kerajaan lain, walau pada akhirnya Asmaraloka berhasil mempertahankan kerajaannya.
"Apa kamu lapar, Aleyna??" Tanya Diva.
"Iya, Bu. Kita pulang saja, ya?? Lebih enak makan di rumah," jawab Aleyna.
"Ibu pikir, akan lebih baik jika kita mengisi perut dulu sebelum pulang. Ibu kuatir kamu menabrak pohon lagi." Aleyna hanya menyeringai saja mendengar Diva mengungkit kekonyolannya tadi.
"Baik, Bu. Mari kita makan!"
-----
"Master Diva. Bagaimana kabar Anda??"
"Baik-baik saja."
"Syukurlah. Ah... Lihatlah putri Anda, sudah tumbuh dewasa. Terakhir Anda membawanya kemari ketika ia masih bayi."
"Benarkah, Bu?? Aku tidak mengingatnya."
"Karena kamu masih bayi. Manusia mana yang mengingat peristiwa ketika ia masih bayi??"
"Iya juga, Bu."
Saat ini, Diva dan Aleyna sedang menyantap hidangan di sebuah kedai sederhana, tak jauh dari Pasar Asmaraloka. Menurut penjelasan Diva, kedai tersebut menghidangkan makanan spesial dan diminati oleh sebagian orang.
"Silakan pesanannya."
Yang awalnya Aleyna sangat tertarik dan penasaran dengan hidangan spesial itu, mendadak berubah wajahnya ketika melihat hidangan yang dimaksud.
"Mie?? Bukankah ibu sering membuatnya di rumah??" Gumam Aleyna.
"Ini mie, bukan sembarang mie. Coba saja terlebih dahulu. Kamu akan ketagihan nantinya. Seperti ibu, contohnya," jelas Diva.
"Benarkah?? Aku tidak yakin ini enak. Lebih enak masakan ibu," kata Aleyna sambil menyantap suapan pertama. Diva yang mendengarnya hanya bisa tersenyum saja.
"Bagaimana??" Tanya Diva ketika tidak mendengar tanggapan apapun tentang hidangan spesial.
"Hehe. Iya, ini enak. Tetapi, lebih enak masakan ibu, selalu," jawab Aleyna yang ternyata sudah menghabiskan hidangannya.
Kemudian, pandangannya beralih ke penjual mie tersebut. Terlihat, beliau sedang melakukan berbagai atraksi saat membuat dan menghidangkan mie.
Aleyna begitu takjub, sampai-sampai mulutnya terbuka cukup lama.
"Jangan terheran-heran, Aleyna. Perlu kamu ketahui, beliau adalah salah satu mantan pengawal istana. Beliau mengundurkan diri karena usianya tak muda lagi. Untuk mengisi hari tuanya, beliau menjajakan mie. Dan kamu tahu, apa julukannya??"
"Apa itu, Bu??"
"Pendekar Mie. Mengapa begitu?? Karena dalam setiap aksinya, beliau selalu menggunakan mie buatannya untuk dijadikan senjata."
Aleyna yang mendengarnya, seketika berpikir, berputar-putar otaknya dan membayangkan bahwa mie yang dimakannya ternyata dapat dijadikan senjata.
Berarti, tadi aku makan senjata ya?? Kok bisa??!!
"Kami sudah selesai," ucap Diva sambil berdiri hendak membayar.
Namun ketika hendak membayar, ada seorang pria tak dikenal mencuri kantong miliknya yang berisi uang. Hal tersebut dilihat oleh Aleyna.
"Pencuri!! Ibu!! Dia mencuri uang milik ibu!!!" Seketika, Aleyna langsung mengejar pria tersebut.
"Aleyna! Biarkan saja!" Terlambat untuk Diva mencegahnya karena Aleyna sudah tidak ada disampingnya.
Ketika hendak menyusulnya, Diva merasakan sesuatu. Entah perasaan apa itu, Diva hanya merasakan seperti ada sesuatu yang membahayakan Aleyna.
Aleyna!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
turquoise sea
Sumpah, endingnya bikin hati berbungaa, moga-moga ada lanjutannya🤗
2024-12-18
2