...•••Selamat Membaca•••...
“Cecil, ayo kita pergi nonton, aku sudah membeli dua tiket untuk kita berdua,” ajak Agung pada Cecil.
“Hari ini aku banyak kerjaan Gung, nggak bisa ditinggal.”
“Ayolah Cecil, sekali aja kamu ikut aku, mau ya.” Cecil tampak berpikir, dia sebenarnya begitu malas ikut dengan Agung, pria yang selama ini selalu mengejar-ngejar dia padahal Cecil sudah berkali-kali menolak.
“Baiklah, hanya kali ini.”
“Oke.”
Cecil bersiap untuk pergi bersama dengan Agung, pria itu dengan wajah sumringah membukakan pintu mobil untuk Cecil, penampilan Cecil membuat Agung semakin tergila-gila padanya.
“Kenapa sih kamu suka banget nonton horor begini? Padahal film lain banyak loh yang seru,” kata Cecil karena memang hari ini Agung mengajaknya untuk menonton film horor.
“Banyak sih iya tapi nggak ada yang aku suka, emang kamu nggak suka horor?”
“Sebenarnya nggak sih, soalnya kebanyakan horor itu menakutkan dan ada adegan sadisnya, aku nggak suka yang begitu.”
“Kamu coba aja sekarang deh, pasti ketagihan kamu nonton horornya.”
“Ya ya.”
Cecilia Akselly seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan swasta yang sangat terkenal, karena kepiawaiannya, Cecilia menjadi karyawan teladan tahun ini dan hal itu membuat teman kerja Cecil banyak yang iri.
Mereka duduk di bangku paling belakang, penonton hari itu sangat banyak karena di Indonesia, film horor begini sangat laku keras dibanding film lainnya.
Cecil duduk dengan santai, berusaha untuk tidak kontak langsung dengan Agung karena pria itu terus mencuri-curi kesempatan agar bisa menyentuh Cecil. Mereka berdua ini teman satu kerja, Agung menyukai gadis 23 tahun itu dari semenjak dia masuk ke perusahaan setahun yang lalu, Agung sendiri merupakan seorang manajer.
Saat film berlangsung, Cecil tidak begitu fokus menonton karena memang dia begitu takut untuk melihat adegan sadis yang ditayangkan. Cecilia berusaha untuk tetap tenang agar Agung merasa kalau dia menikmati setiap adegan film tersebut.
Cecilia semakin risih saat Agung terus-terusan mencoba untuk menyentuh dirinya, Cecilia sudah berusaha untuk menjauh tapi Agung tetap mepet padanya.
“Agung, aku mohon, tetaplah dalam batasanmu, aku risih dipepet begini terus, kalau kamu masih begini, aku akan keluar dari sini,” ancam Cecilia.
“Kamu itu kenapa sih Cecil? Kamu itu kan tau kalau aku suka sama kamu, kasih aku sedikit kesempatan.”
“Aku kan juga udah bilang sama kamu kalau aku nggak suka sama kamu Agung, udahlah, aku malas debat, aku mau pulang.” Cecil berdiri dari duduknya dan melangkah keluar.
“Cecil!” Agung mengikuti Cecilia, wanita itu keluar dari bioskop.
Cecil menaiki taksi dan meninggalkan Agung sendiri di mall, dia menggerutu kesal, bisa-bisanya Agung mencoba menyentuhnya.
Di tengah jalan, taksi yang ditumpangi oleh Cecilia dicegat oleh sebuah mobil, pria pengendara mobil itu keluar dan mendekati taksi Cecil.
Sopir taksi itu membuka kaca jendela lalu tak disangka, pria itu langsung menancapkan sebuah pisau ke dahi si sopir hingga darah mengucur hebat dari kepalanya, kondisi jalanan begitu sepi karena memang sudah malam.
“Aaaaa,” teriak Cecilia saat melihat adegan sadis di depan matanya, dia segera keluar dari taksi dan berlari namun dia langsung dicekal oleh pria itu dan menarik Cecil dengan kuat masuk ke dalam mobilnya, pria tersebut memukul Cecil hingga wanita itu pingsan seketika.
...***...
Kepala Cecil terasa begitu pusing, dia terbangun di sebuah kamar yang tidak dia ketahui milik siapa, pandangannya perlahan mulai jernih, dia kembali teringat dengan kejadian di taksi dan segera beranjak dari kamar itu namun sialnya, Cecilia tidak menggunakan pakaian sehelai benangpun, tubuhnya hanya ditutupi dengan selimut tipis.
Leo Maximillian, pria yang membawa Cecil dan membunuh sopir taksi tadi berjalan santai mendekati Cecilia. Wanita itu mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya, di lantai bahkan tidak ada baju miliknya yang membuat dia kebingungan harus mengenakan apa.
“Kau sudah sadar ternyata, apa kau lapar?” tanya Leo dengan suara rendah tapi menakutkan.
“Kk..kau si..siapa? Kenapa membawa aku ke sini?” tanya Cecilia dengan nada takut.
“Aku ke sini untuk membunuhmu Cecilia.” Wanita itu membulatkan matanya dengan sempurna.
“Apa kesalahanku?”
“Kau tentu kenal wanita bernama Hanum Permata bukan?” Cecilia berpikir sejenak dan mengangguk.
“Iya, dia teman kos ku, kenapa memangnya?”
“Bagus kalau kau mengingatnya, aku hanya ingin balas dendam padamu karena kau dan Hanum sudah berani menjebakku.” Cecilia mengerutkan dahinya, dia bingung dengan apa yang dikatakan oleh Leo.
“Kapan aku menjebakmu? Aku bahkan tidak mengenalmu.”
“Baiklah, aku akan kembali mengingatkan kamu,” ujar Leo sambil mendekati Cecilia lalu menarik kuat selimut Cecilia hingga tubuh polos itu terpampang jelas.
Cecilia berusaha untuk menutupi tubuhnya dengan tangan namun percuma, tidak membantu banyak.
“Hanum menjadi dalang atas semua jebakan yang dia lakukan padaku sehingga aku terjebak dengan wanita bernama April, bahkan wanita itu tengah hamil sekarang dan Hanum merencanakan hal ini agar bisa selingkuh denganku dan membuat aku seolah seperti seorang pecundang karena telah main api di belakangnya. Tapi ide gila serta saran untuk melakukan setiap rencana itu disusun olehmu bukan?” Cecilia kembali teringat memang dia yang memberikan ide gila pada Hanum untuk membantu Hanum lepas dari kekasihnya.
“Kk..kau Leo?”
“Iya Cecilia, aku Leo.”
“Aku awalnya hanya bercanda dengan Hanum, aku tidak tau kenapa dia malah menjalankan semua bualanku itu, aku juga tidak mengerti, aku tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini.” Cecilia terus mencoba untuk membela dirinya yang membuat Leo tertawa.
“Aku membawamu ke sini juga bercanda kok, jadi santai saja.”
Senyuman Leo memang begitu mempesona, bahkan Leo memiliki wajah blasteran yang begitu tampan, wanita manapun akan tergila-gila ketika melihatnya.
“Kenapa kau membantu Hanum waktu itu hm?”
“Hanum bilang padaku kalau dia tidak tahan menjalin hubungan denganmu Leo, kau selalu melakukan kekerasan fisik padanya dan dia tidak kuat dengan semua itu.” Leo menampar kuat pipi Cecilia.
“Asal kau tau, selama aku menjalin hubungan dengannya, aku tidak pernah mengasarinya, jangankan itu, membentaknya saja aku tidak pernah sialan,” geram Leo.
“Ya aku hanya mengetahui dari cerita Hanum saja.” Cecilia memegangi pipinya yang terasa panas.
“Dia meninggalkanku karena semua usaha yang aku jalankan gagal total, semua hartaku sudah mulai habis, aku memberikan segalanya pada Hanum tapi saat aku terpuruk, dia malah meninggalkanku.”
“Aku tidak tau kalau Hanum seperti itu Leo.”
“Kau hanya pura-pura tidak tau, coba lihat ini.” Leo memutarkan sebuah video di layar televisi besar yang ada di kamar itu.
“Kalau dia sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi dan tidak memiliki apa-apa, lebih baik kau tinggalkan saja dia Hanum, buat apa punya kekasih yang sudah kere.” Cecilia kaget saat rekamannya bersama Hanum di sebuah cafe diketahui oleh Leo, kali ini Cecilia tidak bisa mengelak lagi.
“Tolong maafkan aku Leo, maafkan aku.” Cecilia bersujud di kaki Leo dan dengan mudah Leo menendang Cecilia hingga wanita itu terdorong.
Leo menjambak rambut Cecilia lalu merebahkan wanita itu di atas ranjang, Leo mulai melakukan kekerasan secara seksual pada Cecilia hingga wanita itu mengerang kesakitan.
“Sakiitttt, ampun Leooo.” Teriak Cecilia ketika miliknya dihujam brutal oleh Leo sedangkan tangan Leo meremas kuat kedua buah dada ranumnya.
Tubuh Cecilia terhentak kuat seiring dengan kuatnya dorongan yang Leo lakukan di area kewanitaannya.
Cecilia merasa kesakitan, bagian bawahnya begitu perih, Leo memasukkan sebuah dildo ke lubang belakang Cecilia tanpa melepaskan penyatuannya, hal ini membuat Cecil merasa sesak luar biasa dan terus memohon ampun tapi Leo seakan diserang penyakit tuli.
Setelah puas dengan penyiksaan yang menurutnya nikmat itu, Leo membawa Cecil ke ruang penyiksaan dan mulai menyiksanya di sana. Teriakan kesakitan Cecilia terdengar menggema di ruangan itu, silet yang dipegang oleh Leo terus menyayat setiap permukaan kulit putihnya, wajah Cecilia tak luput dari sayatan itu hingga wajah cantik yang tadinya begitu mulus, kini sudah berubah menjadi hancur tak berbentuk, daging di wajah itu mulai terlihat.
Leo mengambil sebuah pedang tajam lalu memenggal kepala Cecilia sehingga kepala itu langsung terjatuh ke lantai dan darah dari tubuh Cecilia keluar seperti air mancur.
Leo memotong tubuh Cecilia menjadi beberapa bagian lalu memberikannya pada hewan peliharaannya.
Leo membersihkan dirinya dan memilih keluar malam ini, tujuan utamanya adalah club malam, semua orang yang mengkhianati dirinya kini telah tiada. Leo memilih keluar dengan sepeda motor besar miliknya, Leo minum di club itu sampai teler.
Melupakan semua pengkhianatan yang telah dilakukan oleh wanita yang sangat dia cintai selama ini, dia bahkan rela memberikan apapun yang Hanum minta tapi ketika dia jatuh, Hanum malah mencampakkannya.
Keesokan paginya, Leo membuka mata dengan perlahan, dia mengedarkan pandangannya. Leo berada di sebuah kamar yang dia yakini kalau itu kamar seorang wanita, dia bangun sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sangat pusing.
Leo keluar dari kamar dan menuju dapur, karena dia mendengar seseorang sedang memasak.
“Anda sudah bangun? Duduklah, aku akan buatkan minum.” Wanita itu tersenyum dengan lembut pada Leo.
“Kenapa aku bisa di sini dan kau siapa?” tanya Leo.
“Semalam kamu mabuk berat, kamu ingin pulang dengan motor yang kamu gunakan, itu sangat berbahaya, jadi aku membantumu dan membawamu ke sini karena aku tidak tau di mana rumahmu,” jawab Wanita itu dengan lembut sambil membuatkan minuman untuk Leo.
“Kau bisa melihat di kartu tanda pengenalku.”
“Aku tidak mau membuka dompet orang sembarangan, aku tidak melakukan apapun padamu, jika kamu sudah mendingan, kamu bisa pulang, motormu masih ada di club karena aku tidak bisa membawa motor besar begitu.”
“Siapa namamu?”
“Kania.” Leo mengangguk dan menyeruput teh hangat yang dibuatkan oleh Kania.
“Kenapa kau ada di club?”
Wajah Kania berubah menjadi sendu namun beberapa detik kemudian dia kembali tersenyum lembut.
“Minumlah dan ini sarapan untukmu, aku harus pergi bekerja, jika nanti kamu mau pulang, tolong taruh saja kunci rumah di bawah pot bunga yang ada di depan rumahku itu.” Kania meninggalkan Leo sendirian di meja makan, dia keluar dari rumah dan menuju ke tempat kerjanya dengan menggunakan sepeda motor maticnya.
...•••BERSAMBUNG•••...
...~LEO MAXIMILLIAN~...
...~KANIA GUZEL~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Jenny's
banyak ya Thor tokohnya 😁
2025-03-03
0
Maryam Nushaibah
diplot ke sini kah? 😊
2025-04-10
0
Maryam Nushaibah
anjiiiirrr
2025-04-10
0