Ada uang di atas meja buat kamu makan sehari hari disini. Jangan boros dan bekerjalah dengan baik agar kamu bisa membawa uang ketika pulang.
Nanti jam 8 kamu harus sudah siap berangkat bekerja dan jangan lupa sarapan dulu, ibu sudah siapkan roti diatas meja. Tempat kerja nya disamping gudang ini, kamu tinggal masuk aja dan tanyain ke pegawai yang ada disana. Jangan malu untuk bertanya Asila, mereka akan menjauhimu jika kamu terus seperti itu.
Ibu pulang dulu. Jangan menangis dan jaga pesan ibu untuk tidak malu bertanya kepada orang lain. Bergaulah dengan mereka.
Secuir kertas berisikan surat dari sang ibu membuat Asila meneteskan air matanya. Tidak menyangka bahwa sekarang dia benar benar sendirian dan ibunya pergi meninggalkan Asila sendirian.
"kenapa ibu tega ninggalin Asila sendirian di tempat baru ini" Lirih Asila dengan air mata yang masih mengalir deras
Disisi lain dalam mobil angkutan umum, seorang wanita kini tengah menangis sendirian menjadi pusat perhatian semua orang yang ada didalam mobil. Dia tidak malu mengekspresikan kesedihannya didepan semua orang karena terlalu sulit untuk menahan kesedihan itu.
Wanita itu tak lain adalah ibu Asila. Meskipun didepan Asila dia seakan tidak suka dan tidak peduli, tapi saat Asila jauh dari pandangannya dia merasa khawatir bahwa anak perempuannya yang tidak bisa berbuat apa apa dia tinggalkan begitu saja.
"Ibu harap kamu baik baik saja dan bisa berubah dan hidup mandiri Asila, ibu mau kamu sukses dan berbaur dengan orang lain seperti manusia normal pada umumnya nak. Maafkan ibu..."
Hati ibu mana yang tak sakit ketika anak perempuan nya kini jauh dari pandangannya? Meskipun saat berada didekatnya pun dia tak tahu harus mengekspresikan rasa sayangnya karena anaknya yang seakan cuek terhadap semuanya. Sebab itulah muncul rasa canggung yang luar biasa diantara mereka semua.
Kini Asila tengah siap untuk berangkat bekerja, dia harus berpikir ribuan kali untuk menguatkan tekadnya agar tidak malu kepada orang lain. Jika bukan karena sang ibu yang sudah bersikeras untuk dirinya bekerja, dia tidak mau melakukan semua ini.
Hanya pakaian sederhana yang dikenakan Asila saat ini, tidak ada riasan apapun kecuali haslin dan bedak diwajahnya ditambah dengan pelembab bibir yang membuat dia cantik natural tetapi tetap membuatnya malu untuk menatap orang lain.
Sampailah ia didepan pintu toko minimalis. Detak jantungnya berdebar hebat serta tangannya yang mengeluarkan keringat dingin. Asila kembali menguatkan dirinya untuk terus masuk kedalam toko baju itu dan segera memulai pekerjaan.
Ketika masuk, seorang pegawai yang sedang menyapu tempat itu terlihat memperhatikan Asila yang seperti orang linglung. Dia menghampiri Asila dan bertanya dengan sopan.
"permisi kak, mau cari apa ya? Tokonya masih belum buka"
Dikarenakan Asila yang canggung setengah mati, dia enggan untuk menjawab pertanyaan dari pegawai yang bertanya barusan hingga membuat pegawai itu bertanya lagi dengan raut wajah bingung.
"kakak baik baik aja? Mau saya bantu carikan apa?"
"eummm, saya mau cari..." dikarenakan jawaban Asila yang lama dan menggantung, terdengar seseorang tengah memotong kebingungan pegawai itu
"kamu pasti Asila kan? Pegawai baru yang tinggal di samping?" tanya seseorang itu sambil berjalan menghampiri mereka
Asila mengangguk tanpa melihat mereka yang berada didekatnya. Tangan nya gemetar bukan main dan keringat dingin yang mulai mengucur dibagian kening membuat pegawai yang bertanya bingung dengan tingkah Asila
Seseorang itu tersenyum sembari mengulurkan tangan kepada Asila yang masih saja menunduk, "Saya Ema, asisten kepercayaan pemilik toko baju ini."
Ema adalah seorang asisten kepercayaan yang sudah bekerja 8 tahun di toko baju ini. Dari awal hanya menjadi pegawai biasa yang merapihkan pakaian lanjut pada sistem pengecekan barang dan lanjut lagi pada sistem administrasi hingga sekarang dia menjadi asisten kepercayaan bos besar.
Kegigihan serta kejujuran yang dia punya mampu membuat bos menjadikan pangkat nya lebih tinggi dari pada pegawai lain.
Asila membalas uluran tangan Ema dengan penuh keberanian tingkat yang dia punya, meskipun tangannya masih terlihat gemetar tapi bisa mengulurkan tangan saja bisa menguras banyak tenaga Asila.
Kedua orang itu tertawa geli dengan tingkah Asila yang malu setengah mati
"Aku Rani, pegawai juga disini." Rani mengulurkan tangannya dan dibalas juga oleh Asila
Tangan itu masih bergetar hebat hingga Rani pun merasakannya dengan wajah menahan tawa
Setelah selesai berkenalan Asila di arahkan untuk apa saja yang harus dia kerjakan. Asila juga perlu menghafal semua harga dan nama baju hingga ke ukuran dan juga bahan agar semua pembeli puas dengan pelayanan nya dan tidak bingung saat memilih.
Untung saja Asila memiliki otak yang pintar dan pandai mengingat, jadi dia tidak susah untuk menghafal. Hanya saja satu yang sangat dia takutkan, yaitu bertemu dengan pembeli.
Beda dengan orang lain yang mengharapkan adanya pembeli yang datang untuk membeli baju, tapi Asila berdoa agar para pembeli tidak datang hari ini.
memulai pekerjaan adalah hal paling sulit untuk Asila yang mempunyai rasa malu yang melebihi batas. Apalagi dia adalah seorang anak yang tertutup dan jauh dari keramaian. Tentu saja ini adalah hal baru sekaligus tantangan yang cukup menguras tenaga bagi Asila, dia harus berusaha keras menjawab pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan oleh pembeli. Meskipun dia mengingat banyak hal yang telah dijelaskan tadi oleh pegawai yang lain, tetap saja yang paling sulit adalah berbicara dengan orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments