Bab 2

Tanpa di duga, Stevie pun memberikan nomor ponselnya kepada Willy lalu masuk ke kamar mandi setelahnya.

.......

Willy sendiri cukup senang setelah mendapatkan nomor telfon milik Stevie. Dengan langkah girang, ia pun meninggalkan cafe tersebut karena memang sudah selesai makan.

Pada malam harinya, Stevie mendapatkan pesan dari nomor baru yang tidak ada di kontaknya. Beberapa detik kemudian, ponselnya pun berdering dari nomor yang sama. Saat itu, Stevie baru saja selesai di dandani oleh Laura lantaran malam ini ia akan memulai pekerjaan pertamanya.

"Siapa Stev?" tanya Laura iseng.

"Ngga tau, mungkin temen aku di kampung. Sebentar ya Ra, aku angkat dulu," jawab Stevie sama sekali tidak terpikirkan jika laki-laki yang bertemu dengannya siang tadi lah yang menghubunginya.

"Ya udah, kalo udah selesai, lo keruangan mami aja ya. Gue mau kerja dulu," balas Laura lalu pergi.

"Halo," jawab Stevie setelah panggilan tersebut terhubung.

"Halo, hai. Masih ingat aku?" balas Willy sedikit gugup.

"Hmmmm siapa ya? Maaf, aku lupa," jawab Stevie benar-benar tidak ingat dengan Willy.

"Ah, aku Willy. Laki-laki yang tadi siang tidak sengaja menabrak mu saat di cafe," jawab Willy sedikit kecewa karena Stevie tidak ingat dengannya.

"Ah iya maafkan aku, aku lupa. Hmmmm, ada apa ya mas?"ucap Stevie lagi.

"Ngga ada apa-apa kok Stev. Aku cuma mau mastiin kalau ini beneran nomor kamu. Oh ya Stev, kira-kira besok kamu ada waktu ngga? Aku mau ngajak kamu makan soalnya," balas Willy langsung mencoba peruntungannya untuk mendekati Stevie.

"Hmmmm, besok ya. Kalau besok sepertinya aku bisanya siang mas. Bagaimana kalau pas jam makan siang aja," jawab Stevie membuat Willy begitu senang sekali.

"Ya udah ngga papa. Hmmm kita ketemu dimana?" tanya Willy tak mau melewatkan kesempatan ini.

Willy sendiri sudah lama tidak dekat dengan wanita semenjak ia putus dan dikhianati oleh kekasihnya dua tahun yang lalu. Sudah ada beberapa teman dan sahabat yang mencoba mendekatkannya dengan beberapa orang wanita, namun Willy selalu menolaknya. Tapi, entah mengapa, saat tidak sengaja bertemu dengan Stevie, ia merasa kalau jiwanya kembali hidup, dan sepertinya, Willy sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis desa tersebut.

Setelah mengakhiri panggilan teleponnya dengan Willy, Stevie segera menemui Mami Maya diruangannya. Mami Maya nampak kagum dengan kecantikan yang dipadu padankan dengan kepolosan Stevie.

"Apa kamu sudah siap Stev?" tanya Mami Maya memastikan ladang uang nya yang baru saja bergabung tersebut.

"Su, sudah Mi. Aku saya sudah siap," jawab Stevie diiringi dengan senyuman manisnya.

Tak menunggu waktu lama, Mami Maya langsung meminta anak buahnya untuk mengantar Stevie ke sebuah kamar VVIP yang ada di bar tersebut. Ia meminya Stevie untuk menunggu pelanggan pertamanya pada malam ini.

Dan ternyata benar saja, baru saja Stevie menunggu selama kurang lebih lima belas menit, pintu kamar mewah tersebut nampak dibuka dari luar oleh seseorang. Sontak hal itu sedikit membuat Stevie terkejut dan detak jantungnya mulai tidak karuan.

Perlahan tapi pasti, seorang laki-laki paruh baya seumuran dengan bapaknya nampak berjalan menghampirinya.

Laki-laki itu datang dengan mengenakan pakaian ala CEO pemilik perusahaan. Dengan kumis dan jenggot yang sudah menyatu, laki-laki tersebut terus berjalan menghampiri Stevie yang duduk di tepi ranjang dengan pakaian minim.

"Hai, kenalkan, saya Danu. Kamu bisa memanggil saya Om Danu," ucap laki-laki paruh baya yang ternyata adalah Om Danu.

"Aku, aku Stevie om. Salam kenal," jawab Stevie gugup.

"Stevie, nama yang bagus. Apa kamu sudah siap untuk malam ini?" tanya Om Danu setelah memuji nama gadis dari desa tersebut.

"Su, su, sudah om. Tapi aku, aku, aku masih suci om," bisik Stevie membuat sebuah senyuman sinis terukir di bibir laki-laki paruh baya tersebut.

"Bagus kalau kamu masih suci Stevie. Om akan memberikan mu tips yang besar nantinya," jawab Om Danu sembari membelai wajah cantik Stevie dengan lembut.

Mendapatkan sentuhan pertama dari seorang laki-laki, seketika bulu kuduk Stevie berdiri. Jantungnya berdetak sangat cepat dan nafasnya menderu tidak karuan.

Stevie hanya diam saat Om Danu menekan sebuah remote kontrol yang seketika membuat lampu utama dikamar itu mati, dan berganti dengan lampu tidur yang memiliki cahaya gelap temaram.

Perlahan tapi pasti, Om Danu mulai meraba dan menggerayangi setiap inci tubuh Stevie. Tak lupa, Om Dani mulai mendaratkan ciuman pertamanya di bibir indah Stevie.

Stevie yang sama sekali tidak memiliki pengalaman itu hanya bisa diam dengan jantung yang masih berdebar kencang.

Stevie ingat dengan ucapan temannya jika ia hanya cukup menikmati saja setiap sentuhan dari pelanggan-pelanggannya.

Di detik berikutnya, Om Danu pun menghentikan ciumannya dan menatap Stevie dibalik temaramnya cahaya kamar.

"Kenapa kamu tidak membalas ciuman saya? Apa kamu tidak menikmatinya?" tanya Om Danu mengangkat dagu Stevie dan menatapnya dengan tatapan lekat.

"Ma, maafkan aku Om. Aku, aku tidak tau bagaimana caranya. Ini adalah hal dan pengalaman pertama untukku," jawab Stevie membuat Om Danu segera melepas kancing kemejanya satu persatu hingga ia hanya mengenakan pakaian dalam bagian bawah.

Karena tidak sabar, Om Danu kemudian menidurkan Stevie dan mengungkungnya.

"Ya sudah, untuk malam ini kamu cukup menikmatinya saja. Untuk kedepannya, kamu harus bisa melakukannya. Saya akan mengajarimu dengan telaten," bisik Om Danu lalu kembali menggerayangi tubuh Stevie dan bermain dengan setiap incinya.

Tanpa Stevie sadari, permainan laki-laki paruh baya itu semakin jauh. Entah kapan ia melepas pakaian yang Stevie kenakan, sehingga kini Stevie hanya mengenakan pakaian segitiga yang membungkus aset berharga miliknya, sedangkan bagian atasnya sudah terbuka dengan sepenuhnya.

Stevie benar-benar mengikuti ucapan temannya Laura. Ia hanya cukup menikmati setiap sentuhan dari pelanggannya, sehingga saat ini, Stevie benar-benar kecanduan, hingga tidak Stevie sadari, des*han demi des*han mulai keluar dari bibirnya. Stevie begitu menikmatinya, apalagi terkena sentuhan brewokan tipis-tipis dari wajah Om Danu.

Sedangkan Om danu, mendengar desahan Stevie, gairahnya semakin memuncak. Dengan tidak sabar, ia merenggut paksa pakaian segitiga yang dikenakan oleh Stevie hingga sobek dan membuka miliknya yang sudah menegang.

"Om mau apa?" tanya Stevie dengan suara mendayu.

"Saya akan membawa kamu ke surga dunia Stevie," jawab Om Danu di telinga Stevie. Tak lupa, Om danu meninggalkan sebuah kecupan di daun telinga Stevie dan membuat Stevie menggelinjang.

Perlahan tapi pasti, Om Danu terus melakukan penyatuan denga Stevie, namun selalu gagal masuk karena masih terlalu sangat sempai. Berkali-kali Stevie merintih kesakitan lantaran miliknya yang terasa perih dan panas.

"Kamu coba tenang dan rilex Stevie. Sakitnya ngga akan lama kok. Nikmati saja ok," ucap Om Danu mencoba menenangkan gadis dua puluh tahun tersebut.

Stevie pun hanya mengangguk. Ia mencoba mendengarkan ucapan Om Danu. Stevie mencoba menikmati dan tetap tenang saat Om Danu terus mencoba membobol pertahanan Stevie, hingga pada akhirnya....

"Ommmm, Ahhhh," erang Stevie meremas erat seprai putih yang menjadi saksi bisu renggutnya kesucian milik gadis desa yang kurang kasih sayang tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!