CHAPTER 4

Happy Reading (~‾▿‾)~

...Faktanya, good looking selalu menang atas attitude....

^^^- Sabrina Anggraini^^^

________________________________

...•••...

Sosok laki-laki tangguh yang menjadi cinta pertama setiap anak perempuan. Walaupun, banyak di luaran sana yang tidak seberuntung itu. Namun, percayalah. Ayah adalah orang terkuat yang pernah dikenal setiap perempuan.

Setiap ayah pasti memiliki watak yang berbeda. Kasar, lembut, penyayang, ambisius, dan lain sebagainya. Ia memiliki cara tersendiri untuk mendidik sang anak.

Ia punya cara tersendiri untuk memimpin rumah tangganya.

Ya, begitupun yang terjadi padaku.

Sosok pria tangguh yang kupanggil Papa. Dia terus bekerja tak kenal lelah demi aku dan Mama.

"Papa kecelakaan, Nak."

Tak ada firasat aneh sebelum aku mendengar kabar ini dari Mama.

Tubuhku terasa lemas, kami sama-sama kehilangan kontrol diri.

"Terus sekarang Papa di mana, Ma?" Tanyaku setelah cukup lama tergugu. Otak benar-benar blank.

"Di rumah sakit Harapan."

"Oke, sekarang Mama yang tenang. Kita sekarang ke RS, ya." Wanita lemah itu hanya mengangguk, aku segera kembali ke kamar untuk mengambil sling bag. Pun menyiapkan tas Mama dan memasukkan beberapa keperluannya.

Setelah kembali ke dapur, aku memapah tubuh Mama, hingga depan rumah, meminta tolong seorang satpam untuk menyiapkan mobil.

Sementara aku, mengunci rumah.

Kami pun melesat ke RS Harapan yang memerlukan waktu perjalanan sekitar tiga puluh menit, dengan kecepatan sedang.

Aku dan Mama terus mengucapkan do'a, semoga Papa baik-baik saja. Mengingat penyakit jantung yang dideritanya.

Waktu terus bergulir, tak terasa kami sudah sampai di tempat tujuan. Segera aku dan Mama menuju bagian administrasi, lalu bertanya tentang ruangan Papa dirawat.

"Atas nama Bapak Argawinata, berada di ruangan Mawar. Dari sini Anda lurus lalu belok kanan." terang seorang perawat dengan ramahnya.

"Baik, Sus. Terima kasih."

"Sama-sama."

Aku segera mencari ruangan yang dimaksud. Mama tak henti-hentinya menangis. Aku berusaha menyalurkan ketenangan dengan mengelus bahunya. Walaupun sebenarnya, perasaanku juga kalut.

Ketemu.

Akhirnya kami sampai di ruangan itu, aku membukanya perlahan. Tampak Papa tengah terbaring lemas di brankar rumah sakit.

Kami mendekat dan berbisik,"assalamu'alaikum, Pa."

Matanya perlahan terbuka,"wa'alaikumussalam." Suara yang sangat lirih itu akhirnya keluar.

"Papa kenapa bisa kek gini?" tanya Mama sembari duduk di kursi samping brankar, wajah yang menyiratkan kekhawatiran itu semakin kentara saat melihat kondisi suaminya.

"Awalnya Papa juga nyetir hati-hati kayak biasanya. Tetapi, pas lagi di pertigaan jalan, ada truk yang remnya blong. Dan nabrak orang-orang sekitar termasuk Papa. Beruntung, Papa gak terlalu parah, cuman luka-luka ringan aja. Besok Papa juga udah diperbolehkan pulang. Kalian gak perlu khawatir." Ia menjelaskan panjang lebar dengan tatapan sendu yang mengarah padaku dan Mama.

Kami sama-sama menghela napas lega, mengucapkan syukur sebanyak-banyaknya.

"Papa udah makan?" tanyaku setelah kami terdiam dibeberapa menit kemudian.

Ia menggeleng lemah, aku pun izin keluar untuk membelikannya makanan. Namun, selangkah sebelum aku keluar, datang seorang perawat dengan membawa nampan makanan.

Ia menyapa kami bertiga. Lantas meletakkan nampan itu ke atas nakas samping brankar. Lalu, izin pergi dan menjalankan tugasnya yang lain.

Mama dengan telaten mulai membantu Papa duduk, menyuapinya dengan tatapan sayang.

Perlahan, aku keluar ruangan. Memberi mereka waktu berdua.

Berjalan menuju taman rumah sakit, dan duduk di salah satu bangku.

Nyaman.

Suasana yang sangat sejuk menyergap tubuhku. Mataku terpejam menikmati setiap kenyamanan yang alam sajikan.

Hingga aku merasa ada seseorang yang juga duduk di sampingku. Membuka mata dan menoleh ke arah kanan. Pria dengan postur atletis menatapku dengan teduh. Tersenyum ramah hingga matanya menyipit.

Sultan?

Aku sedikit bingung, kenapa dia bisa ada di sini?

Oh, apakah dia sakit? Namun, kelihatannya dia baik-baik saja.

Melihat raut kebingungan yang terpatri di wajahku, ia lantas membuka percakapan,"gak nyangka kita ketemu di sini. Gue kebetulan lagi jenguk nenek, pas mau keliling eh, ngelihat lo. Ya udah, gue samperin."

Aku hanya manggut-manggut. Ngomong-ngomong, aku sedikit kaget atas ucapannya. Sebab, itu adalah ucapan terpanjangnya sejauh ini. Terlebih, pasalnya kata Ika, laki-laki ini jarang banget ngomong.

Tak lama kemudian, dering ponselnya memecah keheningan di antara kami. Ia lantas merogoh saku celana dan mengangkat telepon dari seseorang.

"Halo?"

"..."

"Kapan?"

"..."

"Oke, di tempat biasa 'kan?"

"..."

"Oke, oke. Siap."

Setelah percakapan via telepon itu berakhir, ia kembali menoleh padaku,"gue pergi dulu, ya. Lagi ada urusan sama temen. See you, Sabrina."

"Oh, iya. See you too." Aku tersenyum kikuk saat menjawabnya.

Punggung tegap itu perlahan hilang diantara bangunan rumah sakit.

Sepertinya dia sosok yang sangat humble, humoris, dan mudah bergaul dengan siapapun. Tapi, kenapa desas-desus di sekolah mengatakan bahwa dia cowok yang jarang ngomonglah, cueklah, dan banyak lagi?

Kadang aku berpikir, 'apakah orang lain senang ketika berbicara denganku?'

Sebab, aku sosok yang tak tahu harus mengatakan apa, akhirnya yang keluar pun seadanya.

***

Tepat pukul setengah delapan malam, Mama menyuruhku untuk pulang, sementara dia akan menginap di rumah sakit, takut-takut jika Papa membutuhkan sesuatu.

"Belajar yang rajin, ya, Sabrina. Besok In Syaa Allah Papa sudah pulang. Hati-hati di jalan, Nak." katanya dengan senyum yang menenangkan. Aku pun mengangguk dan melangkah keluar setelah mencium tangan keduanya.

***

[Sabrina, besok aku gak masuk sekolah.]

Satu chat yang dikirimkan Ika padaku, muncul di notifikasi teratas. Sudah kuduga apa yang akan terjadi besok.

^^^Anda^^^

^^^[Kenapa? Ada acara keluarga?]^^^

...Hanya centang dua abu-abu. Tumben sekali Ika seperti ini? Mungkin memang ada urusan yang mendesak. Aku kembali melanjutkan acara belajar malam ini. ...

Dua puluh menit yang lalu aku baru sampai di rumah. Merasa bosan, aku berinisiatif untuk mengulang materi tadi pagi, dan dilanjutkan dengan materi esok hari.

Waktu terus bergulir, tak terasa hari semakin larut. Bukannya tidur, seperti biasa aku malah akan duduk di balkon, menikmati rasa sendiri, kesunyian, dan semilir angin yang membuat bulu kuduk berdiri.

Merenungi beberapa masalah yang datang secara tiba-tiba. Memikirkan cara yang tepat agar diri ini tak mudah goyah dengan terpaan badai menyerah.

Helaan napas panjang berulang kali kulakukan, berusaha menetralisir perasaan yang ada.

Sekarang pukul setengah dua belas, sudah saatnya aku mengistirahatkan tubuh untuk kembali menghadapi hari esok.

***

"Eh, Sabrina. Tumben sendirian? Biasanya bareng cewek cupu itu terus," sapa seorang gadis dengan rambut curly -Sandra.

Sengaja aku tak menjawab, dan melenggang pergi. Sebab akan buang-buang waktu jika menanggapinya.

Aku masih bisa mendengar suara tawa Sandra dan kedua temannya.

Mereka adalah teman satu geng Claudia.

Tukang bully, sok berkuasa, geng abal-abal yang hanya membuat heboh sekolah dengan drama queen yang menjadi rutinitas.

"Sok-sokan nerdgirl," cemooh salah satu siswi yang tak sengaja kudengar.

"Hu'um, sombong banget orangnya." timpal salah satu temannya.

"Sok cakep banget, padahal mah iwww!"

Aku terus melenggang ke kelas, mengabaikan setiap makian yang tidak penting.

Apakah orang lain berasumsi aku sombong?

Lantas, kenapa Ika mau berteman denganku?

Bukankah dia seharusnya juga menghindar?

Ya, orang-orang hanya tahu sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka langsung menyimpulkan sesuatu tanpa tahu di balik semua ini.

Mereka seolah tahu semuanya, tanpa pernah berinteraksi denganku. Namun, aku juga tidak ingin terlalu banyak berinteraksi dengan mereka —sekumpulan orang yang dianggap berbahaya oleh orang lain. Lebih tepatnya, aku menghindari hal-hal yang akan semakin memperparah masa SMA-ku. Bisa saja terjadi hal yang lebih buruk lagi dari masa lalu.

(Bersambung ....)

IG : @indah_mldh05

Terpopuler

Comments

Gbi Clavijo🌙

Gbi Clavijo🌙

Thor, aku sudah siapkan tissue dan makanan, sekarang tinggal menunggu update. Jangan lama-lama, yaa...

2024-07-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!