Di rumah Arlina sendiri, yang ada di pusat kota. Mengunjungi ibu dan kakaknya, Alisa, yang belum menikah, setelah dapat izin dari Gani.
Memasuki ruang tamu setelah di sambut hangat.
Ariska
(Duduk sedikit berjauhan dari Arlina) Akhirnya, setelah sekian lama menunggu, Ibu bisa juga melihat putri bungsu Ibu lagi. (Senang sambil duduk) Apalagi, kehamilan kamu sudah sebesar ini.
Arlina
Iya, Bu. (Dalam hati Arlina: Sudah sesenang ini, kenapa masih juga merokok?!)
Ariska
Gani nggak ikut?
Arlina
Nggak. Mas Gani lagi sibuk di kantornya.
Ariska
Well, biasa, ya. Seorang Boss besar di gedung pencakar langit.
Arlina
(Dalam hati Arlina: Mulai lagi bicara itu...)
Ariska
Bagaimana mertua kamu? Dan Eyang Habibah juga gimana? Sehat semua? (menyemburkan asap rokok ke samping kirinya)
Arlina
(Mengangguk) Alhamdulillah! Semuanya sehat juga. Titip salam untuk Ibu.
Ariska
Kebetulan kamu datang. Ibu ingin bicara sesuatu denganmu. (Membuang abu rokoknya ke asbak di meja)
Arlina
Ibu mau bicara apa? (Lemah lembut)
Ariska
Ini...(menghela nafas panjang)
Mengenai perusahaan kita. Perusahaan Ibu, hotel Wolf Island. (Menghisap rokoknya lagi)
Arlina
Kenapa memangnya? Mau segera Ibu wariskan ke Kak Alisa? (Dalam hati Arlina: Aku harap, warisan hotel ini Ibu sudah berubah)
Ariska
Bukan. (Nada enteng, santai) Tapi buat kamu. (Buang abu rokok)
Arlina
(Terkejut) Hah?! Ibu! Aku udah bilang untuk...
Ariska
(Memotong ucapan Arlina) Kali ini nggak ada bantahan! Kamu menikah lebih dulu. Dan ini takdir. Jangan ditolak lagi! Urus hotelnya nanti.
Arlina
Ibu! Arlina udah berapa ratus ribu kali bilang, kalau warisan itu nggak bisa sembarangan! (Tegas)
Ariska
Arlina! Tak ada penolakan lagi!
Arlina
...
Ariska
Alisa tidak berhak untuk hotel. Dia dapatnya perusahaan WT (Wonder Tiger) Group.
Arlina
Perusahaan alm.Ayah WT Group? Bukannya udah mau bangkrut dan di jual ke orang Amerika? (Heran)
Ariska
Kata siapa! Ibu beli dari saat ayah kalian belum meninggal dunia.
Arlina
(Dalam hati Arlina: Nggak mungkin! Ayah jual perusahaan itu begitu saja? Bukannya waktu itu bilangnya mau bangkrut? Lantas, kalau iya dijual, kenapa Ayah sembunyikan ini dari aku? Harusnya aku yang dapat perusahaan Ayah, bukan hotelnya Ibu!)
Ariska
(Menatap tajam Arlina) Sudah, jangan banyak bicara lagi! Turuti apa kata Ibu! Lakukan sebisa kamu. Jangan terlalu dipikirkan! Nanti saja saat kamu sudah melahirkan.
Arlina
...
Arlina tak mengerti apa yang ada di pikiran Ariska. Sebagai ibu kandungnya sendiri dan kakaknya, Arlina merasa tak diberlakukan dengan adil oleh ibunya. Masalahnya, Arlina tak bisa untuk mengurus perhotelan.
Sementara itu, di gedung mewah pencakar langit milik keluarganya Gani sendiri. LKAM (Lion Kingdom Al-Amin) Group...
Ada pertemuan dengan kliennya yang dari Bali itu.
Klien
Jadi, benar nih nolak yang saya tawarkan itu?
Gani
Iyalah! (Tegas) Anda kira bisa saya diajak korupsi? Ini bisa lebih jahat dari penyogokan! (Sambil memukul-mukul meja sedikit)
Klien
Kalau masih tidak mau, ya sudah! Saya kasih ke perusahaan lain. (Nada santai)
Gani
Terserah Anda! Anda yang lakukan, Anda yang dosa. (Santai juga) Bukan urusan saya nantinya.
Klien
Baiklah. Saya permisi! Kerja sama, kita batal! (Menyobek-nyobek kertas kontrak kerja. Dan pergi keluar)
Gani
Sialan! (Geram) Dia kira ini perusahaan pabrik tikus-tikus berdasi apa?!
Salim
Tenang dulu, Boss! Yang penting kita sudah menolak baik-baik. Tanpa saling berburu nyawa.
Gani
(Menghela nafas dalam-dalam) Ya. Kamu benar. Tapi, ada yang lebih kurang ajar dari ini. Pemilik perusahaan terbesar dari Yogyakarta.
Salim
Benar juga.
Diperjalanan pulang, Arlina terduduk sejenak di kursi pinggir jalan.
Hingga saat melewati tukang tambal ban motor, suara seorang pria memanggil namanya.
Yana
Arlina?! (melirik tak percaya)
Arlina
(Melihat ke belakang) Kayaknya aku pernah kenal. Tapi siapa?
Yana
Masa lupa!? Aku Yana! Mantan pacar kamu!
Arlina mengingat-ingat. Hingga akhirnya, benar saja. Ini mantan pacarnya Arlina sewaktu masih kuliah dulu. Sebelum ia menikah dengan Gani.
Comments