chapter - 02

Kesan pertamaku ketika melihat dia dari jarak yang dekat, “Sungguh cantik.” Aku sangat setuju dengan mereka-mereka yang berpendapat seperti itu.

Jika aku perhatikan mungkin dia berusia sekitar 20 tahunan. Dan kira-kira tingginya mungkin sekitar 175 centimeter.

Dia memiliki rambut hitamnya menjuntai panjang di sana. Meski tidak terlihat rapih atau berantakan. Menurutku itu terlihat garang dan keren.

Matanya sedikit tajam, hidung sedikit mancung, dan dia mempunyai kulit putih bersih di sekelilingnya.

Di tambah lagi, dengan pakaian yang begitu minim itu, dia juga dengan sengaja menunjukkan aset-aset yang luar biasa miliknya. Seperti body yang ramping dan bemper depan belakangnya yang full hot di sisinya.

Pastinya setiap pria akan tergoda jika melihat secara langsung keindahan itu. Sungguh wanita yang berdosa!

Namun itu tidak berlaku untuk diriku.

“Maaf, kamu siapa?”

Di sana dia langsung mematung. Tubuhnya menjadi memucat, dan ada genangan air di sudut-sudut matanya. Namun itu tidak berakhir lama, selang lima detik dia kembali sadar.

“Ini aku Isabella! Ingat. Dulu sewaktu kamu masih kecil kita sering menghabiskan waktu bersama. Seperti bermain, jalan-jalan bersama, dan melakukan berbagai macam-macam semua yang menyenangkan.” Katanya dan terus menyakinkan aku untuk mengingat semua kejadian itu.

Entah mengapa aku merasa seperti dia sedang memiliki motif yang tersembunyi. Kalau melihat dari caranya yang begitu memaksa sangat mungkin orang lain akan berpendapat seperti itu. Dan sebelumnya dia juga menunjukkan respon yang sama seperti yang orang lain tunjukkan tentang diriku. sangat meresahkan.

Dan kalau pun semua yang dikatakannya memang benar, aku sangat yakin aku bisa mengingat semua moment penting itu.

“Oh, begitu! Kamu wanita simpanan ayahku! Tapi sekarang aku sedang sibuk. Aku tidak punya waktu untuk meladeni kamu. Jadi, maaf!” Kemudian, aku langsung menempelkan kembali tanganku dan kepalaku di atas meja, dan tidur.

“Ayolah! Jangan terlalu dingin kepadaku!” Isabella terus-menerus merengek di belakangku meminta sedikit perhatian dariku.

Dan entah mengapa aku bisa merasakan hawa mengancam di sekitarku? Di sana juga terdapat berbagai macam-macam cemoohan yang di arahkan kepadaku. Seperti, “Dasar pemalas sialan!” “Orang sinting!” “Bodoh!” Setelah aku teliti, ternyata semua orang di kelas marah karena aku mengabaikan Isabella.

Tapi kenapa mereka semua marah kepadaku? Apa ada yang salah dari ucapanku?

“???”

Saat aku sedang memikirkan jawabannya, seorang laki-laki memasuki kelas kami dengan nafasnya yang sudah ngos-ngosan. Dan akhirnya dia berkata, “Nona Isabella. Bukankah sudah aku bilang berkali-kali untuk tidak membuat keributan! Kamu harus sadar dengan posisi mu!”

Di bawah tekanan rasa bersalah itu, hanya ada satu kata yang bisa di ucapkan oleh Isabella, “Maaf!”

Saat ini aku sedang berada di ruangan kepala sekolah bersama Isabella, seorang pria, dan tentunya dengan kepala sekolah itu sendiri.

Juga aku dan Isabella duduk saling berhadapan dengan satu sofa yang berbeda. Sedangkan untuk pria itu, dia masih berdiri tegak di sebelah Isabella. Dan adapun Bapak Kepala Sekolah yang masih antengnya dengan kursi dan meja miliknya.

Oh, benar juga. Pria yang ada di sisinya Isabella bernama Ajag. Berusia 40 tahunan. Dia seorang sekertaris.

Tentunya dengan melihat seragam rapih serba hitam sudah membuatku yakin dengan posisinya tersebut.

Dia juga memiliki tubuh yang lumayan six-pack di sana. Menurutku itu terlihat cocok untuk dia

Rambutnya berwarna pirang, juga kulitnya berwarna putih, mata yang tajam, dan ada sedikit garis keriput di sekitar wajahnya.

Sedangkan bapak kepala sekolah bernama Pak Teddy. Dia berusia 57 tahun. Dia juga memiliki perawakan seperti seorang lanjut usia pada umumnya. Rambutnya yang sedikit beruban. Tumbuh keriput di sana-sini. Dan berbadan besar.

Kalau boleh jujur, aku sangat tidak nyaman berkumpul dengan orang-orang seperti mereka. Apakah aku sudah boleh pergi?

“Apakah kalian datang ke sini hanya untuk membuat kegaduhan?” Kata Pak Teddy, tegas. Membuka percakapan sekaligus menanyakan maksud tujuan mereka.

“Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Karena kelalaianku itu sehingga membuat keributan di mana-mana. Sekali lagi saya minta maaf kepada anda, Saya berjanji tidak akan mengulanginya kembali.” Suaranya terasa begitu berat dan ada rasa penyesalan di sana. Meminta pengampunan.

“Hm...” Dengus Isabella.

Jika aku perhatikan, Ajag sudah seperti orang tua yang sedang merawat dengan baik-baik putri kesayangannya.

Pak Teddy meresponnya, lalu memberikan tanda setuju berupa satu anggukan kepala di sana. “Baiklah, mari kita lupakan tentang masalah itu, dan langsung masuk ke intinya” Raut wajah Pak Teddy tiba-tiba berubah drastis, dia menjadi serius, dan sekarang menatap tajam ke arah Isabella. “Apakah kamu ke sini untuk menculik siswa-siswi aku lagi?”

Sejenak Isabella melipat kedua kakinya dengan elegan, Merebah seluruh tubuhnya senyaman mungkin di punggung sofa, Lalu dengan santai dia berkata, “Betul.” Tidak ada sedikit pun rasa takut atau bersalah di sana.

Menculik.....! Tunggu sebentar. Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini?

“Kali ini aku tidak akan membiarkanmu membawa para murid-murid ku lagi. Tak akan aku izinkan kamu menyeret murid-murid aku ke dalam perang. Tidak selama aku masih ada. Mereka masihlah anak-anak yang membutuhkan pendidikan.”

Pak Teddy terus mengutarakan seluruh pendapatnya untuk menghentikan Isabella.

Eh. Perang?

“Memangnya kamu wali mereka!” Bentak Isabella sekeras mungkin.

“Nona Isabella—”

“Aku tahu.” Potong cepat, Isabella. “Aku yakin anda sudah mengetahui situasi kami saat ini. Sebulan yang lalu di daerah Timur, kami mengalami kerugian besar di mana orang-orang kami gugur dalam perang yang sedang terjadi di sana. Karenanya kelima kerajaan sepakat untuk fokus mencari kandidat yang menjanjikan sebelum memulai penyerangan kembali.”

“Tapi itu tidak baik mengajak anak-anak untuk terjun kedalam perang?”

“Seharusnya anda juga tahu bagaimana cara kami, para Hunters bekerja?”

“Tentang itu...”

“Terlebih lagi, jika peristiwa ini di biarkan berlarut-larut yang ada murid-murid anda akan berubah menjadi iblis.”

Huh. Iblis katamu.

“Tentunya sebagai mantan muridmu aku sangat paham tentang perasaanmu, anda hanya tidak ingin murid-murid mu gugur di dalam perang?”

“Tapi aku bisa janjikan satu hal kepada anda, bahwa kami tidak pernah sedikit pun memaksa mereka yang tidak ingin ikut berperang. Aku berjanji.”

“Jadi... Apakah anda setuju?”

Pak Teddy masih ragu memilih jawabannya.

“Tunggu sebentar. Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini? Pertama kamu tiba-tiba muncul entah dari mana asalnya. Membuat pertemuan. Lalu memarahi Pak Kepsek. Jangan bercanda... Kalau kamu memang ada urusan denganku harusnya dari awal kamu berurusan denganku, bukan kepada Pak Kepsek. Dan juga apa maksudnya ucapan kalian itu. menculik, perang, Para Hunters, dan iblis. Sebenarnya kalian sedang membahas apa?”

Isabella dan Pak Teddy saling menatap terheran-heran. Mungkin ada sekitar 5 detik lamanya mereka menatap. Dan sejurus kemudian...

Isabella tertawa terbahak-bahak. Suaranya benar-benar nyaring, menggelegar ke seluruh ruangan ini, mungkin juga bisa terdengar keluar ruangan. Di sudut matanya mulai sedikit mengeluarkan air mata. Dan dia juga mulai memeluk karena rasa nyeri yang tiba-tiba datang.

Tunggu. Apakah ada yang aneh tentang diriku?

“Nona Isabella, tidak baik jika kamu terus-menerus tertawa. Dan ada sebaiknya jika kamu menjelaskan detailnya kepada dia.”

“Kamu benar Ajag. Tapi aku nggak nyangka kalau masih ada kurin. Pfft.....” Isabella kembali tertawa lagi.

(Kurin adalah sebutan bagi orang yang tidak tahu apapun di tengah maraknya peristiwa yang sedang terjadi.)

(Kata Kurin di ambil dari gabungan kata : Kurang Informasi.)

“Woi....”

Mungkin sudah ada sekitar lima menit lamanya Isabella tertawa. Namun sekarang dia sedikit tenang.

“Baik... sebelum menjelaskan semua yang ingin kamu ketahui. Aku mau bertanya satu hal padamu.”

“Tentu.”

Akhirnya kami bisa memulai pembicaraan yang sebenarnya.

“Karena kamu bersekolah di sini, aku yakin kamu tahu betul seberapa mengerikannya sosok iblis?”

“Aku tahu itu. Lantas ada apa dengan itu!”

“intinya.” Isabella mengubah raut wajah menjadi serius. “Dalam kurun waktu 1 tahun. Kamu akan mati.”

Apa katamu....

Pak Teddy yang ikut mendengarkan juga terlihat sangat prihatin.

Terpopuler

Comments

Fantasy Thoughts

Fantasy Thoughts

ceritanya bagus, aku suka. jangan lupa mampir baca punyaku ya

2024-07-20

0

🌻🍪"Galletita"🍪🌻

🌻🍪"Galletita"🍪🌻

Bahasanya halus banget!

2024-06-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!