Pagi hari itu, aku memulai aktivitas seperti biasa. Mengenakan seragam dan pergi ke sekolah.
Ketika aku melihat sekeliling, aku juga dapat menemukan mereka-mereka yang sangat antusias untuk pergi ke sekolah. Mencari apa pun yang mereka inginkan. Tentunya dengan mata yang penuh semangat, di tempat yang disebut sebagai sekolah.
Di sana kami akan sering berlomba-lomba mendapatkan nilai tertinggi. Berlatih keras demi memenangkan berbagai kejuaraan ekskul di luar sekolah. Dan Mendapatkan banyak teman di sana.
Kurang lebih, seperti itulah cara kami beraktivitas di setiap harinya.
Namun suasana itu langsung hancur begitu aku mulai dekat dengan sekolah.
“ARGUS. KELUARLAH! KAMI DATANG KE SINI UNTUK MENGHANCURKAN MU! JIKA KAMU TIDAK KELUAR MAKA KAMI AKAN MEMPORAK PORANDAKAN SEKOLAH INI!”
Aku melihatnya, ada banyak sekali orang-orang geng motor sedang berdiri di depan sekolah kami. Dan tak jauh di sana ada juga para siswa-siswi yang tertahan. Mereka sangat takut untuk masuk ke dalam sekolah.
“Bos... Itu orangnya!” Seru salah satu dari mereka.
*BUG*
Sebelum sempat mengatakan sepatah kata, sebuah tinju sudah di arahkan tepat kepada orang itu. Lalu dia melesat begitu jauh, sangat cepat, dan menancap di batang pohon.
“Dasar sialan!”
“Pengecut kau!”
Aku langsung mengernyit mendengar cemoohan terakhir mereka. “Bukankah itu kalian, suka main keroyokan untuk satu orang?”
“Berisik!”
*BUG* *BAG* *BUG*
Sebelum sempat mereka mendekatiku, aku sudah melancarkan tinjuku lebih dulu yang membuat mereka meluncur jauh di sana, begitu cepat, dan menancap sejajar di batang pohon yang sama satu persatu. Dan itu sudah seperti kamu melihat seorang profesional bermain di permainan dart.
Jika aku perhatikan mungkin jumlah mereka ada sekitar seratus orangan. Ada pun juga dengan kendaraan motor mereka yang berjumlah sekitar lima puluh. Jika di simpulkan, mungkin mereka menggunakan sistem boncengan berdua dalam satu kendaraan untuk menuju ke tempat sekolahku.
Jujur, mereka benar-benar gigih sekali! Hampir setiap harinya mereka mengirimkan banyak orang hanya untuk mengkroyok aku. Apakah mereka tidak punya kerjaan lain?
Ketika aku sudah berhasil membersihkan geng motor itu, akhirnya kami semua bisa masuk ke dalam sekolah dan memulai aktivitas kami kembali. namun saat aku hendak masuk tiba-tiba langkahku terhenti ketika melihat orang yang saat ini sedang berdiri di hadapanku.
Namanya adalah Pak Teguh. Kira-kira dia berusia empat puluh tahunan. Dan dia juga sedang mengenakan seragam guru pada umumnya hitam dan putih.
“Argus, berapa kali aku harus katakan untuk tidak berkelahi di sekitar sekolah!?”
Ah. Akhirnya aku kena ceramah lagi.
Jadi intinya, aku akan berada di situasi seperti ini, setiap kali aku berkelahi di sekitar sekolah. Tentunya jika aku mau aku bisa saja pergi dan mengabaikannya. Namun anehnya aku tidak merasa risih sedikit pun dengan situasi aku saat ini.
Dan kurang lebih aku juga sudah tahu kemana inti dari ceramah ini.
Seperti.
Janganlah kamu berkelahi dengan sesamamu! Jika ada yang jahat kepadamu jangan sesekali kamu membalas, dan biarkan mereka mendapatkan ganjarannya sendiri! Dan jadilah orang yang sabar!
Tentunya dari ketiga poin tersebut, aku hanya akan mempraktekkannya kepada orang yang benar-benar tepat, dan itu sama sekali tidak berlaku bagi mereka para berandalan. Juga menurutku mereka wajib di lawan.
“Apa kamu paham sekarang?”
“Iya”
Setelah berakhirnya sesi ceramah dari Pak Teguh, aku lekas pamit dengannya, bersalaman mencium tangannya. Lalu pergi memasuki sekolah.
Mungkin sudah sekitar lima belas menit lamanya aku tertahan oleh Pak Teguh. Dan saat aku melihat sekeliling tak ada sedikit pun tanda-tanda kehidupan di sana. Jadi aku mulai berpikir bahwa mereka semua telah masuki kelas. Namun tidak setelah melihat sosok bayang yang berada di depan pintu sekolah.
“Argus. Seperti biasanya kamu selalu sibuk di pagi hari!” Kata dia yang mengulurkan tangannya.
Namanya adalah Jack. Kira-kira tinggi kami sama, sekitar 165 centimeter. Memiliki kulit rada gelap. Dan mempunyai tubuh yang seimbang, tidak kurus dan tidak gemuk juga.
Aku lekas menghampiri dia, memberikan tanganku di sana “TOS” sebagai tanda salam pertemuan kita. “Tidak, mereka saja yang terlalu gigih.”
Ada sedikit tawa yang dia keluarkan di sana, namun itu tidak di arahkan kepadaku melainkan kepada para berandalan yang selalu gagal untuk mengeroyok diriku.
Setelah sedikit basa-basi di sana. Kami langsung memasuki gedung sekolah, melepas sepatu, lalu pergi menuju kelas kami.
Dalam seminggu terakhir ini. Ada dua hal yang benar-benar tidak aku ketahui.
Pertama: Aku yang tiba-tiba mempunyai kemampuan manusia super yang entah dari mana asalnya.
Aku akui bahwa diriku sangat ingin mengetahui dari mana asal usul kekuatan ini. Namun saat aku sedang mencari jawaban itu, tiba-tiba pikiranku teralihkan akan sesuatu. Dan itu mengenai keluarnya tanggapan yang biasa-biasa dari pihak sekitar menyangkut diriku saat ini.
Normalnya manusia pasti akan merasa takut dan curiga jika harus berhadapan dengan sesuatu yang asing bagi mereka.
Namun jika aku perhatikan secara seksama, tidak ada sedikit pun tanda-tanda tersebut di wajah mereka, yang ada mereka seperti sudah terbiasa dengan peristiwa yang sedang aku alami saat ini.
Dan menurut aku itu benar-benar aneh.
Yang kedua: Aku sama sekali tidak bisa mengingat apa pun itu, kecuali pada tujuh hari terakhir ini.
Meski samar-samar. aku sangat yakin sekali. dan aku juga bisa pastikan bahwa diriku bisa mengingat apa saja yang sudah aku lakukan pada dua atau tiga tahun belakangan ini. Seperti aku akan menghabiskan waktu luang untuk pergi memancing atau bermain game setiap harinya.
Namun yang ini berbeda, aku benar-benar tidak dapat mengingat apa pun itu. Dan itu benar-benar bersih seperti kertas kosong.
Dan anehnya, setiap kali aku bertanya kepada orang di sekitar tentang diriku. Mereka seperti ngeles atau mencarikan alasan untuk tidak menjawab pertanyaanku. Tentunya tanpa ada tanda-tanda di sengaja di sana.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Di saat aku tenggelam ke dalam masalah-masalahku, seseorang di sebelah aku mencoba menyadarkan diriku.
“Argus, kamu mendengarkannya”
“I-iya, tadi kamu mau bilang apa?”
Akhirnya kami tiba juga di ruang kelas kami. Kami memasukinya dan langsung menuju bangku kami masing-masing. Dan juga kami kebetulan duduk bersebelahan di barisan paling belakang.
“Kenapa kamu tidak bergabung ke grup para Hunters? Aku yakin kamu bakal bertemu dengan orang-orang berkekuatan super seperti dirimu di sana?” Tegasnya.
“hm...” Balasku, mengabaikannya. dan lekas duduk di kursiku.
“Sangat tidak baik jika kamu terus-menerus menghiraukan setiap kondisi di sekitarmu.” Tegurnya.
“Benar. Ada baiknya kamu jika kamu membekali diri dengan pengetahuan yang ada di sekitarmu. Karena itu akan bermanfaat bagimu suatu hari nanti.” Jelasnya.
“Akan aku usahakan.” Aku meletakkan tangan dan kepalaku di atas meja.
“Jadi kalian datang lebih awal?”
“Iya” “Betul”
Sekarang ada dua orang yang bergabung dalam percakapanku dengan Jack. Mereka adalah Gahana dan Giri.
Giri memiliki tubuh sedikit gemuk, tinggi 156 centimeter, dan mempunyai kulit putih di sekitarnya.
Sedangkan Gahana mempunyai tubuh kurus namun jangkung, tinggi 175 centi, dan memiliki kulit putih di sekitarnya.
“Jadi, siapa sebenarnya para Hunters itu?”
Saat aku melontarkan pertanyaan tersebut, mereka tak sempat menjawab setelah melihat seorang guru masuk ke ruangan kelas kami.
“Kelas akan segera di mulai. Kembali ke tempat duduk masing-masing.”
Akhirnya kelas di mulai.
****
Pukul 10:30. Di sekolah.
“Kyah!”
“Ini nyatakan! Dan bukan mimpi!”
“Aku tahu kalau ini akan terjadi. Tapi siapa sangka beliau sendiri akan ke sini.”
“Nona Bella!”
Saat ini. di kelasku. sedang terjadi sebuah kehebohan yang luar biasa, nampaknya itu juga berlaku untuk kelas yang lain. Jika di perhatikan itu sudah seperti mereka sedang melihat seorang artis yang terkenal.
Hampir semua orang memandang keluar jendela hanya untuk melihatnya, ada yang merasa terharu, ada yang terpesona, dan ada juga yang ingin meminta tanda tangannya.
Akibat dari kebisingan itu, aku harus merelakan waktu tidurku, membangunkan diri dari tempat dudukku, dan harus melihat berbagai fenomena aneh tersebut di depanku.
Karenanya juga aku menjadi sedikit penasaran untuk melihat sumber kegaduhan itu.
Di sana terdapat dua orang yang sedang menuju ke sekolah kami. Yang satu laki-laki dan yang satunya lagi perempuan. Lalu beberapa detik kemudian, aku merasa seperti mata kami saling bertemu.
Namun aku sama sekali tidak peduli dan kembali untuk tidur.
“Kamu lihat yang barusan! Aku yakin tadi dia melihat kesini!”
“Aku juga merasa seperti itu.”
Di tengah kehebohan si duo itu, tiba-tiba seluruh kelas menjadi hening ketika mendapati wanita yang sudah nangkring di jendela kelas kami.
“Halo. Namaku Isabella! Bukankah kamu Argus! Lama tidak jumpa, nak!?”
Aku hanya bisa tercengang mendengar suara itu dari belakang kepalaku secara langsung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Cami Sánchez Córdova
Menyelami karakter
2024-06-18
0