Bab. 3

"Kan aku enggak terima juga kalau bibi pacaran sama pria yang sudah beristri," ujar Shana ketus. "Bukannya apa. Bibi kan punya banyak hal yang bisa di banggakan untuk memilih pria tampan dan baik. Jadi kenapa harus pacaran sama pria beristri."

Bibir Raisa tersenyum. Dia senang keponakannya begitu bangga padanya.

"Ih, kamu ini bisa aja nih merayunya." Raisa merunduk untuk memeluk tubuh keponakannya dengan erat. Shana ikut memeluk tubuh bibinya.

"Aku bukan merayu Bi. Itu kenyataan. Bibi ku adalah kebanggan ku. Meskipun belum menikah ketika usia sudah hampir dua puluh lima, tapi bibi memang wanita hebat."

"Di balik kalimat manis mu, ada kalimat pahitnya juga. Dasar bocah kunyuk nih ...," ujar Bibi seraya mendengus lucu. Keduanya pun tertawa bersama. "Yang ngenalin itu senior yang akrab sama bibi. Enggak enak kalau nolak, soalnya orangnya maksa juga. Karena di sana bibi di kenal jomlo, dia kasihan mungkin. Jadi bibi janji mau temui pria itu sebentar dan bilang kalau bukan berarti harus pacaran. Orang itu setuju. Hanya kenalan saja ceritanya."

Shana menganggukkan kepalanya.

"Jadi ... bibi ingin mengabulkan permintaan teman yang mau mengenalkan bibi pada pria itu tanpa harus menolaknya?"

"Ya."

"Dengan itu bibi menggunakan aku untuk bertemu dengannya."

"Benar."

"Padahal bibi bisa lho, ketemu sama pria itu terus bilang maaf kalau sudah punya pacar."

"Enggak bisa. Pacar bibi bisa mengamuk hebat kalau tahu bibi ada kencan buta begitu." Raut wajah Bibi Raisa terlihat jelas sangat ketakutan ketahuan.

"Ya tutup mulutlah ..."

"Enggak bisa," pungkas Raisa yakin. "Dia punya banyak mata-mata."

Shana mengerjapkan mata. "Hhh ... okelah. Namun gimana nanti kalau dia tetap ingin berhubungan ketika kenalan dengan ku yang menyamar jadi bibi? Kan aku bisa dikejar-kejar tuh." Shana takut juga.

"Enggak mungkin. Katanya dia orang baik. Kalau kamu bilang kamu punya pacar, pasti dia enggak mau bertemu lagi."

"Kenapa orang baik harus kencan buta? Kan dia bisa dapat wanita baik disekitarnya?" tanya Shana tidak habis pikir.

"Sudah, jangan banyak tanya. Mau enggak, dapat uang saku tambahan?" potong Raisa menghentikan pertanyaan keponakannya yang tidak ada habisnya.

"Mau dong," sahut Shana cepat. Dia juga ingin dapat uang saku tambahan. Maka dari itu dia akhirnya ada di cafe ini sendirian.

.

.

.

"Dengan Raisa?" tegur sebuah suara membuyarkan lamunan Shana tentang kejadian sebelum berangkat ke cafe ini tadi. Kini ia harus sadar bahwa dirinya sedang berada di cafe tempat janji temu dengan seorang pria. Perlahan Shana yang memainkan handphone mendongak.

"Ya," sahut Shana masih duduk. Di depannya muncul seorang pria tinggi dengan dada bidang. Gadis ini tampak mengerjap sekilas.

"Regas," ujar pria itu seraya mengulurkan tangannya. Shana segera menghentikan permainan di ponselnya dan meletakkannya di atas meja dan berdiri. Dia harus bisa bersikap dewasa dan sopan. Tangannya terulur untuk menyambut tangan pria ini.

"Raisa." Shana menyambut dengan senyum di bibirnya yang sudah di poles oleh lipstik warna nude. Ya, gadis ini sudah dirias oleh bibinya untuk menjadi karakter seorang perempuan dewasa yang lembut. Itu berbeda jauh dengan dirinya yang amburadul.

Setelah berjabat tangan, mereka duduk lagi.

"Maaf, sudah terlambat datang." Pria bernama Regas itu ternyata sangat sopan.

"Tidak apa-apa. Saya juga tidak lama duduk di sini." Shana berusaha tampak anggun. Dia berperan dengan baik malam ini.

"Belum memesan?" tanya pria itu melihat meja masih kosong.

"Ya, begitulah." Shana memang sengaja tidak memesan karena tidak ingin mengeluarkan sepeserpun uang dari kantongnya. Pria itu pun memanggil pelayan cafe dan memesan minuman.

"Jadi ... Anda adalah teman Merta?" Regas menyebut nama seorang perempuan yang jadi senior di tempat bibinya bekerja.

"Ya benar. Kita satu perusahaan." Shana menjawab dengan penuh keyakinan. Dia sudah di briefing dengan baik oleh bibi Raisa. Selain itu, Shana menjadi tenang karena aura positif yang muncul dari pria ini. Tidak lama pelayan cafe datang membawakan dua minuman untuk mereka.

"Silakan di minum," ujar pria bernama Regas mempersilakan.

"Baik." Shana yang sebenarnya sejak tadi haus, segera meneguk minuman itu. Meskipun begitu, ia harus tetap menjaga diri untuk terlihat anggun dan elegan. Demi citra bibi Raisa tetap terjaga.

"Maaf, kalau Merta memaksa Anda untuk bertemu dengan saya."

"Ya?" Shana merasa aneh.

"Saya tahu pasti Merta yang ingin mengenalkan Anda pada saya," ujar pria ini pengertian. Benar kata bibi Raisa, dia pria baik. Jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan kedepannya. Shana hanya tersenyum tipis menanggapi. "Dia sepupu saya yang bawel."

"Oh, ya itu benar," ujar Shana dengan gelak tawa ringan. Dia hanya mengikuti saja apa yang di katakan pria ini. Namun sesaat dia merasa tidak asing dengan pria ini. Ketika pria ini menoleh ke samping sebentar. Matanya mengerjap. Masa aku kenal? Enggak mungkin. Shana menepis pikirannya.

Tidak banyak perbicangan yang terjadi. Jadi pekerjaan Shana begitu mudah hingga tiba waktunya mereka berpisah.

"Maaf, sudah mengganggu waktu Anda," ujar Regas begitu sopan.

"Tidak apa-apa. Ini juga demi Merta."

"Karena Anda teman Merta, pasti lain waktu kita tidak sengaja bertemu lagi. Jadi semoga itu waktu yang tepat."

Tidak. Kita tidak perlu bertemu lagi.

"Benar. Karena Anda sepupu Merta, kita pasti jadi teman yang baik," kata Shana menimpali. Dia hanya ikut-ikutan saja. Sebenarnya ia tidak ingin bertemu setelahnya. Karena itu akan membuatnya kerepotan. Dia setuju akhir dari pertemuan yang di paksakan ini menjadi baik. Jadi tugasnya selesai dengan mudah dan dia akan mendapat uang dari hasil kerjanya. Sip lah ....

********

Dugaannya kalau pertemuan waktu itu akan berhenti sampai disana adalah, salah. Salah besar. Buktinya sekarang ia bertemu lagi dengan pria ini. Bukan sebagai teman, melainkan sebagai guru dan murid. Bahkan guru yang terkenal killer meski belum pernah menjadi guru pembimbing di kelas Shana. Itu pertemuan yang menakutkan yang tidak pernah terbayang dalam benak Shana.

"Itu kamu bukan, yang bertemu aku di cafe waktu itu?" tanya pria ini dengan suara rendah yang mengintimidasi. Pertanyaan yang jelas mengarah pada pertemuan mereka di cafe malam itu.

"S-saya tidak tahu apa yang Bapak maksud." Meski dengan menunduk dan terbata, Shana berusaha keras untuk menyangkal. Penyamarannya jangan sampai terbongkar. Dia harus sekuat tenaga untuk menyangkal.

"Jadi kamu tidak tahu apa yang aku katakan?" tanya Regas masih dengan nada yang sama.

"Y-ya Pak."

"Kita bertemu di cafe itu."

Berbeda dengan waktu itu. Kali ini kalimat Pak Regas terdengar lebih kasual, tapi tegas. Jika dalam pertemuan itu pria ini terdengar bersahabat dan sopan, kali ini begitu berbeda. Shana merasakan tekanan yang besar. Tangannya meremas ujung rok-nya dengan gelisah.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Herlin

Herlin

Nah lho Shana...... gimana kalo setiap hari ketemu😜

2025-08-20

0

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

ha...ha...ha...Shana sdh ketakutan tgkt dewa...

2025-09-14

0

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

ahhh Shana kamu yg terciduk,,, kok aku yg panas dingin,,,,😁😱

2024-05-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19 Mencari kartu pelajar
20 Bab. 20 Masih menjalani hukuman
21 Bab. 21 Akhirnya ketemu
22 Bab. 22 Kamu tidak bisa menyangkal
23 Bab. 23 Cerita di ruang guru
24 Bab. 24 Gadis itu
25 Bab. 25 Omelan Shana
26 Bab. 26 Masih di cafe
27 Bab. 27 Perempuan itu
28 Bab. 28 Technical meeting
29 Bab. 29 Kerja paruh waktu
30 Bab. 30 Pesta tunangan
31 Bab. 31 Motor yang tidak asing
32 Bab. 32 Insiden di minimarket
33 Bab. 33 Pertandingan voli
34 Bab. 34 Pertandingan voli
35 Bab. 35 Menjadi donatur
36 Bab. 36 Mengunjungi kekasih
37 Bab. 37 Mama Berkunjung
38 Bab. 38 Wejangan dari mama
39 Bab. 39 Jadi dia?
40 Bab. 40 Cerita pagi
41 Bab. 41 Cerita lama
42 Bab. 42 Itu lebih baik
43 Bab. 43 Siapa dia?
44 Bab. 44 Raisa mengaku
45 Bab. 45 Bertemu Pak Regas
46 Bab. 46 Rencana jahat
47 Bab. 47 Memantau
48 Bab. 48 Raisa dan Maya
49 Bab. 49 Meramu obat
50 Bab. 50 Aku tidak salah
51 Bab. 51 Gadis penipu
52 Bab. 52 Mengaku
53 Bab. 53 Sudah lelah
54 Bab. 54 Vino ingin tahu
55 Bab. 55 Regas mulai tahu
56 Bab. 56 Handphone hilang
57 Bab. 57 Wahai bapak guruku yang tampan
58 Bab. 58 Di dalam mobil
59 Bab. 59 Interogasi
60 Bab. 60 Mengantar Shana pulang
61 Bab. 61 Hp Shana berdering
62 Bab. 62 Handphone ku
63 Bab. 63 Dia muncul disini
64 Bab. 64 Di gerbang
65 Bab. 65 Rencana Daniel
66 Bab. 66 Menuju rumah Raisa
67 Bab. 67 Keponakan Raisa
68 Bab. 68 Persembunyian
69 Bab. 69 Marah
70 Bab. 70 Meneliti Shana Sudarto
71 Bab. 71 Terguncang
72 Bab. 72 Serius
73 Bab. 73 Tatapan itu
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19 Mencari kartu pelajar
20
Bab. 20 Masih menjalani hukuman
21
Bab. 21 Akhirnya ketemu
22
Bab. 22 Kamu tidak bisa menyangkal
23
Bab. 23 Cerita di ruang guru
24
Bab. 24 Gadis itu
25
Bab. 25 Omelan Shana
26
Bab. 26 Masih di cafe
27
Bab. 27 Perempuan itu
28
Bab. 28 Technical meeting
29
Bab. 29 Kerja paruh waktu
30
Bab. 30 Pesta tunangan
31
Bab. 31 Motor yang tidak asing
32
Bab. 32 Insiden di minimarket
33
Bab. 33 Pertandingan voli
34
Bab. 34 Pertandingan voli
35
Bab. 35 Menjadi donatur
36
Bab. 36 Mengunjungi kekasih
37
Bab. 37 Mama Berkunjung
38
Bab. 38 Wejangan dari mama
39
Bab. 39 Jadi dia?
40
Bab. 40 Cerita pagi
41
Bab. 41 Cerita lama
42
Bab. 42 Itu lebih baik
43
Bab. 43 Siapa dia?
44
Bab. 44 Raisa mengaku
45
Bab. 45 Bertemu Pak Regas
46
Bab. 46 Rencana jahat
47
Bab. 47 Memantau
48
Bab. 48 Raisa dan Maya
49
Bab. 49 Meramu obat
50
Bab. 50 Aku tidak salah
51
Bab. 51 Gadis penipu
52
Bab. 52 Mengaku
53
Bab. 53 Sudah lelah
54
Bab. 54 Vino ingin tahu
55
Bab. 55 Regas mulai tahu
56
Bab. 56 Handphone hilang
57
Bab. 57 Wahai bapak guruku yang tampan
58
Bab. 58 Di dalam mobil
59
Bab. 59 Interogasi
60
Bab. 60 Mengantar Shana pulang
61
Bab. 61 Hp Shana berdering
62
Bab. 62 Handphone ku
63
Bab. 63 Dia muncul disini
64
Bab. 64 Di gerbang
65
Bab. 65 Rencana Daniel
66
Bab. 66 Menuju rumah Raisa
67
Bab. 67 Keponakan Raisa
68
Bab. 68 Persembunyian
69
Bab. 69 Marah
70
Bab. 70 Meneliti Shana Sudarto
71
Bab. 71 Terguncang
72
Bab. 72 Serius
73
Bab. 73 Tatapan itu
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!