Tak Berdaya.

Mira menatap layar ponselnya cukup lama. Nafasnya memburu. Tangannya gemetar. Ia mencoba mengabaikannya, menganggap pesan itu sebagai lelucon iseng. Tapi kalimatnya terlalu tepat, terlalu menusuk ke bagian hidupnya yang selama ini ia kunci rapat-rapat.

"Aku tahu siapa anak itu."

Tidak banyak orang tahu tentang anak itu. Bahkan, lingkungan kos pun tak tahu bahwa Mira memiliki seorang bayi laki-laki yang ia titipkan di kampung halamannya, dirawat oleh bibinya yang tinggal jauh dari hiruk-pikuk kota. Ia membesarkan anak itu dengan harapan anaknya tidak perlu tahu siapa ayahnya. Tidak perlu tahu rasa sakit yang pernah ibunya telan sendirian.

Mira mematikan ponselnya. Ia tak ingin terjebak dalam ketakutan. Tapi malam itu ia tidak bisa tidur. Bayangan masa lalu kembali menghantuinya. Bayangan malam di mana ia melahirkan seorang diri di rumah bersalin kecil, tanpa ditemani siapa pun kecuali rasa sakit dan air mata. Bayangan saat ia harus menandatangani surat kelahiran anaknya tanpa mencantumkan nama ayah.

Semua ia simpan rapat.

Namun sekarang, semua seakan kembali terbuka. Rangga ada di hadapannya. Dan seseorang tahu tentang anaknya.

---

Keesokan harinya, Mira tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Ia berharap bisa menyelesaikan pekerjaannya cepat sebelum harus berhadapan dengan Rangga lagi. Namun harapan tinggal harapan. Saat ia tengah mengarsipkan beberapa dokumen, seorang staf menghampirinya.

“Mira, Pak Rangga minta kamu ke ruangannya sekarang.”

Jantungnya seakan berhenti berdetak sejenak. “Sekarang?”

“Iya, sekarang.”

Dengan langkah yang berat, Mira menuju lantai paling atas—ruangan Rangga yang mewah dan selalu tertutup rapat. Saat ia tiba, pintu itu terbuka dan Rangga berdiri di ambang, menatap Mira tanpa senyum.

“Masuk.”

Mira melangkah masuk perlahan. Suasana ruangan itu dingin, tapi tatapan Rangga lebih dingin dari AC manapun.

“Aku nggak suka basa-basi,” ucap Rangga langsung, tanpa menawarkan tempat duduk.

“Apa maksud, Pak—”

“Kamu yakin kita belum pernah bertemu sebelumnya?” potong Rangga, suaranya tenang, tapi penuh tekanan.

Mira menahan napas. “Saya—saya hanya staf baru, Pak. Mungkin—”

“Berhenti pura-pura. Aku ingat wajahmu. Aku juga ingat malam itu. Dan kecelakaan itu… bukan kebetulan, Mira.”

Mira menelan ludah. Tangannya mengepal. “Saya tidak tahu maksud Bapak.”

Rangga mengangkat ponselnya, memperlihatkan layar dengan foto lama—foto Mira mengenakan gaun putih sederhana dengan tangan memegang perutnya yang sudah membuncit. Di latar belakang terlihat papan nama rumah bersalin kecil. Itu malam ketika ia melahirkan.

Tubuh Mira gemetar.

“Dari mana kamu dapat foto itu?” suaranya pelan, nyaris tak terdengar.

Rangga menatapnya tajam. “Jadi benar, kamu punya anak. Dan aku ingin tahu... siapa ayahnya?”

Mira menggertakkan giginya. “Itu bukan urusan Anda.”

“Kalau anak itu… darahku?” desak Rangga.

Mira langsung menunduk, air matanya mulai menggenang.

“Jawab aku, Mira. Jangan jadikan ini lebih rumit dari yang seharusnya.”

“Kalau aku bilang ya, lalu apa?” bisik Mira akhirnya. “Kau akan ambil dia dariku? Mengaku sebagai ayah hebat setelah bertahun-tahun menghilang? Setelah membuatku bertarung sendiri dengan hidup?”

Suara Mira bergetar. Emosi yang selama ini ia tahan, akhirnya meledak juga.

“Aku sendirian, Rangga. Aku hamil sendirian, melahirkan sendirian. Aku menyerahkan mimpi-mimpiku demi anak itu. Dan sekarang kau datang, muncul begitu saja, menatapku seolah kau korban? Jangan!”

Rangga terdiam. Ia terhenyak. Untuk pertama kalinya, ia tidak punya kata-kata. Diam-diam, hatinya menyesal. Tapi wajahnya tetap dingin.

“Aku hanya ingin tahu satu hal,” ujar Rangga akhirnya. “Kenapa kamu nggak pernah bilang?”

Mira menggeleng pelan, menatap mata pria yang dulu ia cintai mati-matian.

“Karena kamu pergi tanpa penjelasan. Karena aku tahu kau tidak pernah benar-benar mencintaiku. Dan karena aku takut… jika kau tahu, kau akan mengambil dia dariku.”

---

Rangga memejamkan mata. Ia baru menyadari, betapa dalam luka yang ia tinggalkan.

Dan Mira… akhirnya sadar bahwa kebenaran, seburuk apapun, memang tak bisa disembunyikan selamanya.

Tapi yang lebih penting sekarang, apakah Rangga akan tetap menjadi ancaman… atau justru akan menjadi pelindung bagi anak mereka?

Terpopuler

Comments

Miss Typo

Miss Typo

semoga Mira berkumpul kembali dgn bayinya kembaran Shaka

2025-04-09

0

supriyani sainu

supriyani sainu

ternyata anaknya kembar.

2024-07-12

0

Yani

Yani

Ternyata Mira mempunya dua anak kembar semoga yang satu"nya baik" saja

2024-06-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!