Episode 5

Aku meraih satu gelas dan segera mengisi penuh air minum tak lupa mengambil nampan untuk tatak-kannya. Aku segera berlari menghampiri mamak yang masih menitik kan air mata.

"diminum Mak,.." aku menyerah segelas air bening itu dan diterima oleh mamak lalu me minumnya hingga tandas "mak,.. Lalu ken--?" "tidurlah Lee, mamak merasa lelah!"

mamak beranjak setelah meletakkan kembali gelas yang telah kosong itu diatas meja.

Belum sempat pertanyaan terlontarkan dari bibirku mamak telah hilang di balik pintu.

Aku menyugar rambut kasar, semua ini hanya ilusi atau apa, belum genap satu hari aku kembali ke kampung halaman ku namun sudah beribu tanda tanya di benak ku.

Kematian bukde Yati lalu misteri arwah penasaran Sapto? "ada apa ini, kenapa harus aku yang merasakan uji nyali...!" ucapku kesal,

bukan karena aku tak ingin kembali . Justru aku merindukan desa kecil dahulu, tapi lihatlah sekarang semua seakan teka teki.

Bahkan sikap mamak yang berubah drastis dalam waktu sekejap. Tak terasa mata ku terasa berat hingga terlebih dahulu.

Sinar sang Surya menyentuh kulitku. Aku mengerjap berkali-kali. jam dinding menunjukkan pukul tujuh pagi, itu artinya aku kesiangan untuk melaksanakan kewajiban sebagai umatnya.

"astaghfirullah..." aku mengusap wajahku dengan kasar. "sudah bangun Lee,...!" suara lembut mamak membuyarkan pikiran ku, aku tersenyum menatap kedatangan mamak dengan nampan berisi dua mangkuk yang terlihat mengepul. Kupikir itu bubur, mengingat bahwa mamak pecinta bubur.

"ayo cuci muka dahulu, terus sarapan, mamak udah buatin bubur kesukaanmu...!" mamak tersenyum ramah, aku menatap wajah tuanya dengan hati begitu tenang. Inilah mamak-ku wanita yang selalu bercahaya wajahnya, bukan karena usianya, tapi karena aura ibu yang begitu kental. Wanita yang selalu menjadi garda terdepan untuk anaknya.

Sebelum ke balai desa sesuai permintaan mamak beberapa jam yang lalu, aku memutuskan untuk pergi kekediaman bukde Yati.

Sekedar bela sungkawa sekaligus berdoa untuk beliau, namun untuk itu aku harus berhenti dahulu di warung lesehan kemarin untuk sekedar mengisi bahan bakar, lelaki tua yang menyambut ku begitu ramah kemarin menunduk takut-takut terlebih sesaat kami beradu pandang.

"maaf pak, apa ada yang salah sama saya?"

aku berucap lirih menatap manik matanya.

lelaki pemilik lesehan itu menatap ragu, lalu secepat kilat mengeleng. "e-enggak, saya pikir sampean wong Gendeng !!.." deg! Aku sedikit terkejut olehnya, lalu buru-buru mengeluarkan selembar uang biru untuk membayar bahan bakar yang telah terisi untuk kuda besiku.

"ada apa aja to pak, masa ia tampang seperti saya kaya orang Edan..!" aku terkekeh, "lah gimana saya nga mikir begitu mas, wong kemarin sampean ngomong sendiri, terus meluk tubuh sampean sendiri pake ketawa sendiri lagi!!.." degh. Udara pagi beranjak siang ini terasa pengap padahal Sangat jelas cuacanya begitu cerah.

aneh bukan, bulu kuduk ku meremang setelah mendengar ucapan lelaki tua ini, mengingat kemarin jelas² hampir seharian aku beristirahat di sini, "wong kemarin sampean ngomong sendiri, terus meluk tubuh sampean sendiri pake ketawa sendiri lagi!!.."

Aku mengangga, jujur untuk beberapa detik rasanya dunia ku berhenti di tempat, "mungkin salah liat pak !"

aku mengaruk kepala yang tak terasa gatal, sedikit menutupi malu dan juga canggung "ah masa ia salah lihat, nga mungkin to mas."

Lelaki itu menjulurkan selembar kembalian gagas aku mengambil nya lalu segera menyimpan ke dalam saku "ya sudah, terimakasih ngeh pak...mari !" ucapku seraya menaiki kuda besiku.

Terpopuler

Comments

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

Berarti bener Sapto hanya terlihat oleh Lian

2025-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!