"mamak nga rewang Lee." terdengar begitu pelan mamak berujar. Aku semakin penasaran dengan sikap mamak, kali mamak nga rewang lalu siapa tadi yang mengaku rewang.
"kenapa mak, bukanya Ajeng menikah lagi !" ujarku. "bagaimana mungkin mamak Rewang di malam tiga hari tahlilan bukde Yati Lian..."
"deg! Tahlilan. itu berarti "mak---d..." ucapku terbakta mamak mamak menatapku lekat lalu menunduk terdengar halauan nafasnya.
"Tiga hari yang lalu buk Yati meninggal lian, dan malam ini adalah tahlilan ke tiga untuknya..." innalilahi..." lirihku,
"lalu bagaimana pernikahan Ajeng mak... apakah mungkin menikah disaat berkabung seperti ini...!"
Rasa penasaran kian menjadi, mamak kembali mengangkat wajahnya. "dari mana kamu tahu lee, kali Ajeng akan menikah ?"
mamak menatap wajahku, "dari Sapto mak...teman masa kecil Lian !" aku berkata jujur bukankah memang benar kalo aku tahu hal ini darinya.
"Lian...!" mamak terdengar mengantung kalimatnya. Aku sedikit gelisah dari raut wajah mamak dapat ku pastikan ada hal besar yang ingin ia sampaikan.
"bukde Yati setelah mobil yang ia tumpangi masuk jurang, bersama dengan tenda resepsi yang dibawa untuk pernikahan Ajeng nak...!"
mamak menjeda ucapannya.
Aku mendengar semua kalimat itu jelas, mamak membenarkan letak jarik yang menutupi kepalanya sebagai penganti selendang" dan aku tahu lee, siapa sopir yang turut ikut bersama bukde Yati ?..." mamak melemparkan pertanyaan yang tentu saja aku tak bisa menjawabnya.
"Dari Sapto, Lian. teman masa kecilmu...!" duar!!!" bagai disambar petir di siang bolong, aku tersentak kage, seketika kedua kaki ku limbung hingga hampir terjerumus jika tidak cepat mamak berlari menghampiri tubuhku.
"astaghfirullah, Lian ada apa !" mamak memekik kaget melihat keadaan ku.
"mamak berbohong...!" ucapku lirih. Aku merasa ini semua omong kosong, jelas aku melihat senyum Sapto tadi siang.
Bahkan aku sempat memeluk tubuhnya begitu erat, bagaimana mana mungkin jika itu bukan Sapto, "Lian, mamak tahu Sapto adalah teman masa kecilmu, tapi mamak berbicara jujur Lee,
Sapto meninggal di tempat disaat kejadian!"
aku menatap manik mata mamak, tak ada kebohongan di sana.
Mamak berucap jujur "Mak..." aku menjeda ucapanku. Ketika gedoran pintu saling bersahut sahutan.bugh bugh bugh "Lian ayo kita rewang..!" bugh "ayo Lian, ada seni wayang juga disana...!!"
Brakkk bugh, aku tersentak kaget, suara itu milik. Sapto. mamak menggenggam erat tanganku, aku merasa tangan mamak gemetar begitupun dengan tubuh ku yang tiba tiba mengigil .
Aku melirik jarum jam tepat jam dua belas malam. Mamak turut memperhatikan pandanganku, "Lian ayo berangkat, kita rewang !" suara Sapto mengemma, aku sampai menutup telingaku, mamak berdiri melangkah mendekati daun pintu yang sudah dipastikan jika ada Sapto dibalik pintu itu.
Ntah itu memang benar tubuhnya atau hanya arwah penasarannya saja. Wallahualam.
"nak Sapto, mamak tahu kamu rindu sama Lian.
Tapi sekarang Lian sudah lelah ingin istirahat terlebih dahulu, pulang lah Lee. insyaallah besok mamak menemani Lian berziarah ke makammu...!" ucap mamak dengan tenang.
hening. Hingga suara langkah kaki begitu ramai terdengar menjauh.
Mamak terduduk dengan bahu berguncang, mamak menangis. Aku segera menghampiri wanita ku, wanita yang telah melahirkanku itu terguguh dengan Isak tangisnya.
"mak ada apa,..?" aku memampah tubuh mamak untuk kembali duduk di sofa minimalis diruangan tamu ini.
Aku berlari ke dapur hendak mengambil air putih, tepat sebelah pandangan tertuju ke meja yang beberapa jam lalu sempat sesosok yang kukira mamak meletakkan makanan disana. Dan benar saja tidak ada apa pun diatas meja makan itu. Berarti memang benar mamak ku tidak pulang dari Rewang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Lita Pujiastuti
Nah lhooo....sopo nek nuw sing bar rewang mau ....hihihi...m
2025-08-18
0
Lita Pujiastuti
Nah lhooo....sopo nek nuw sing bar rewang mau ....hiiiiii....
2025-08-18
0