Aku memutuskan menepi barang sebentar,
kumandang adzan magrib mengemma.
kuputuskan untuk berhenti sejenak. Udara pedesaan begitu asri. Hamparan sawah yang telah menguning siapa untuk dipanen mulai tertutup gelapnya malam aku memilih beristirahat di pondok bambu.
Sebenarnya untuk sampai ke rumah hanya membutuhkan waktu dua puluh menit agar sampai setelah melewati gapura.
namun adzan menghentikan ku sebentar, bukan kah akan lebih baik berhenti sejenak, menghargai akan seruan Allah mengajak umatnya beribadah.
Helm full face kuletakkan di samping ku,
begitu pun sarum tangan kesayangan ku.
Samar aku melihat wanita berjalan dari kejauhan, aku memicingkan mata.
Gadis mana yang masih berkeliaran di jalan seperti ini.
Aku mencoba berdiri lalu tergesa memakai kembali helm ku, aku menarik pedal gas untuk segera menyusulnya, khawatir jika ada orang jahat iseng melukai gadis itu.
mesin motor kumatikan tepat disamping wanita ini aku mengejar langkahnya.
"Permisi mbah !, sampean mau kemana !"
Aku menyimbangkan langkahku, wanita berdres putih gading ini tak mengidahkan ucapan ku, apakah ia gila.
"permisi !" aku mencoba meraih tangannya, dingin menjalar di telapak tangan ku, wanita ini menatap tajam aku kelimpungan.
"Maaf!" aku melepaskan cekalan tangan ku, wanita itu kembali berjalan, aku khawatir dengan dirinya, kaki putih tanpa alas itu menginjak bebatuan.
Apakah tidak sakit? Dretttt, suara ponsel terdengar, aku meraih saku celana ku.
'dimana Lee ini mamakmu menunggu,
khawatir kok belum sampai !"
Suara pakde Anto terdengar, 'udah dijalan pakde, tunggu sebentar lagi sampai ! Ucapku. tut tut ponsel telah mati, aku kembali mencari keberadaan wanita tadi.
Namun nihin, hanya ada jalan setapak dihadapan ku "kemana perginya!" lirihku.
Aku menghembuskan nafas pelan. Tak terasa senyumku kembali tertarik.
"Misterius!" detak jantung berdetak tak karuan bagaimana mungkin wanita itu telah secepat itu mengisi hati yang telah lama kosong.
tin tin suara mesin ku kumatikan, setelah sampai di pelantara rumah, aku menatap sekitar yang nampa sepi, hanya ada lampu penerang luar rumah ini.
Rumah yang dahulu terlihat gubuk. Sekarang menjadi lebih berbeda. tok tok "assalamualaikum mak. Ini Lian pulang!" aku mengintip kaca jendela, lampu dalam terlihat ada, kemana perginya mamak, bukanya tadi menunggu kehadiran ku, sudah sekian menit aku menunggu,
Bahkan tak terasa mata ku mulai terpejam,
Namun sebelum semua nya beralih mimpi kurasakan sentuhan hangat di pipiku.
Mataku mengerjap seutas senyum bersemayam di wajah manis mamak ku.
"Dari mana Mak!" aku terduduk di kursi rotan teras rumah. Mamak tersenyum lalu mengeluarkan anak kunci aku mengikuti langkahnya aku cepat menyusul langkah mamak yang terkesan terburu-buru.
"mak..." "abis rewang tempat bukde Yati,
Ajeng anaknya kembali menikah !"
Mamak berbicara tanpa menoleh sedikitpun ke arahku, tangan keriputnya menyimpan beberapa bungkus plastik yang berisi makanan keatas meja aku memperhatikan gerakannya.
"kok rewang malam mak, biasanya pagi, apalagi rewang malam sebelum resepsi !"
Ucapku.
"Banyak yang telah berubah Lian, apalagi sudah sepuluh tahun yang lalu...!" "Tidurlah,
masih ada hari esok yang harus kau sambut!"
Mamak beralih menjauh, Hingga tubuhnya hilang di balik pintu kamar.
Mungkin kah mamak tidak merindukan ku, setelah bertahun lamanya. ah, tidak mungkin, mamak kelelahan setelah Rawang mungkin lelah itu membuatnya lupa akan putranya.
Berkali-kali tubuhku kuputar namun mata ini belum ingin terpejam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Lita Pujiastuti
Kok jd khawatir...jgn²...
2025-08-18
0