Bayangan??
---------------------------------------------------
Jeren
Weh Anjir Ini Bekas Bekas Nya Tolong Diberesin Duluu
Jeren
Pada Kabur Aja Lo Setan
Jeren
Bacot Anjir Buruan Beresin Dulu
Mareza
Pada Tidur Deh,Capek Abis Perjalanan Jauh
Mareza
Masih Kerasa Capeknya
Auzilen
Nah Betul Itu Betul
Jeren
Yaudah Lah Serah Lo Pada
Afraga
Gokil Sih,Keren Juga Kesampaian Nginep Begini
Afraga
Jadi Ga Pengen Pulang
"Lo Pernah Ga Sih Berfikir Malem Ga Berakhir?"
"Perasaan Jam Segini Terus"
Afraga melirik Jeren yang sudah tertidur lelap sejak tadi, anak itu tepar sehabis bertahun baru ria di halaman belakang tadi. Ia sama sekali tidak bisa tertidur, matanya seolah segar dan terus terbuka meskipun Raga merasa lelah dan ingin tidur.
"Sumpah ini sinyal kenapa anjir?" Raga merutuki ponselnya, pesan yang ia kirim sejak tadi sore pada Temannya sama sekali tidak masuk, masih ceklis satu. Raga terheran, kenapa ia bisa mengirim pesan di grup atau pada Jeren? Apa mungkin ponsel Temannya yang tidak aktif? Kemana Temannya jika begitu? Raga jadi khawatir.
"Gak tau dah, puyeng gue." Raga meraih guling dan memeluknya, kemudian memiringkan tubuhnya ke pinggir dan menatap Jeren. "Kok lu pules banget tidurnya, Je? Gw malah gak bisa tidur." Ucap Raga pelan. Omong-omong ia jadi teringat kejadian tadi, bagaimana bisa ia bersama Jeren padahal Jeren tadi bersama Raja?
Tubuh Raga meremang dengan tiba-tiba, merinding lagi saat memikirkannya. "Gak tau gak tau, tidur." Kemudian Raga memejamkan mata dan berusaha untuk tidur.
Afraga
Lo Semua Udah Pada Tidur?
Afraga
Vin Sini Kekamar Gw
--------------------------------------------------
Pernahkan kau merasa jika malam terasa begitu panjang? Seolah mentari pagi tidak akan kau lihat lagi, seolah detik jam akan terhenti di angka tiga.
Itu yang Hildan rasakan. Manik kelamnya jatuh pada jam di dinding yang menunjukkan angka tiga, jarum jam itu bergerak, berputar dan menimbulkan suata detak di keheningan, namun malam seolah tak kunjung usai, Hildan menantikan mentari yang tak kunjung datang.
Hildan bergerak gelisah di atas kasurnya, sesekali mengubah posisi agar ia merasa nyaman, namun rasa gelisah itu terus menempel di dirinya, hingga akhirnya Raga memilih untuk duduk di atas ranjang.
“Aduh haus!” Hildan mengeluh, ia tatap gelas kosong yang isinya sudah tandas di nakas, rasanya seolah sudah begitu lama dari terakhir kali Hildan meneguk air itu, padahal jika dipikir itu hanya beberapa menit yang lalu, namun terasa seperti begitu jauh.
Hildan turun dari kasur, kakinya menapak di lantai dingin yang membekukan dan berjalan menunju pintu sembari membawa gelasnya.
Suara pintu yang Hildan buka memecah keheningan, laki-laki itu menyusuri lorong villa yang sepi dan gelap, lalu menemukan tangga dan ia menuruninya.
Hening, suara keheningan terkadang membuat Hildan takut, sebab dalam keheningan ia seolah bisa mendengar semuanya.
Di anak tangga terakhir, Hildan berhenti, matanya menerawang seisi villa besar ini, beberapa lampu dimatikan, hingga hanya kegelapan yang bisa Hildan Lihat. Hildan menggeleng tak acuh, kemudian ia bergegas menuju dapur untuk mengambil segelas air.
Lampu dapur Hildan nyalakan, lalu Hildan menuju dispenser dan mulai mengisi gelasnya yang kosong, dari balik pantry dapur Hildan bisa melihat ruang televisi yang sedikit berantakan karena ulahnya tadi dengan teman-temannya yang lain.
Gelas sudah penuh, terisi air segar dan Hildan Meminum nya seteguk, setelah itu Hildan kembali berjalan ke arah tangga untuk naik ke kamarnya.
“Pada musim ke empat ini, para pemain dari berbagai negara mulai berkumpul di-“
Langkah Hildan terhenti tepat di anak tangga pertama, suara itu berasal dari belakang punggungnya, televisi di ruang tengah tiba-tiba menyala
Tubuh Hildan kaku, mengapa? Mengapa televisi itu bisa menyala? Siapa yang menyalakannya? Bukankah tidak ada siapapun di sana?
“R-raja?” Panggil Hildan parau. “Helo?”
Hildan menoleh ke belakang dengan gerakan lambat, televisi itu benar-benar menyala dan menampilkan sebuah acara pertandingan bola. “Raja?” Panggil Hildan pada keheningan.
Biasanya, acara pertandingan bola seperti ini adalah kesukaan Raja, apa mungkin anak itu belum tertidur dan sedang menonton televisi? Hildan tidak tahu, tapi satu hal yang bisa ia lihat dari gelapnya ruang televisi itu adalah, tidak ada siapapun di sana.
Hildan melangkah pelan menuju televisi, ia cengkram kuat-kuat gelas di tangannya. “Raja?” panggilnya lagi.
Ia sampai di depan televisi, terlalu gelap di sana, hanya ada sinar dari televisi yang membantu, Hildan kesusahan mencari remote untuk mematikan televisi itu, jadi Hildan bersimpuh di depan televisi, mencari tombol untuk mematikan secara manual.
Televisi mati total, menampilkan layar besar yang gelap dan satu hal yang membuat tubuh Hildan lemas adalah sebuah siluet yang ada di layar televisi itu, Hildan bisa melihat dari bayangan tv, seseorang duduk tepat di sofa yang ada di belakangnya. Hildan tidak bisa bergerak karena tubuhnya kaku. Jelas, sangat jelas ada sosok yang duduk di sofa.
“R-raja?”
“B-bang Marez?”
Hildan berbisik lirih, tenggorokkannya sakit dan seolah ia tak sanggup untuk berteriak.
Mata Hildan membola saat bayangan itu bergerak, berdiri dari duduknya dan tiba-tiba berlari cepat ke arah Hildan yang masih terpaku di depan televisi. Hildan menggeleng panik, bayangan yang ia lihat dari pantulan layar televisi itu semakin mendekat ke arahnya.
“AAAAAA!” Hildan menutup matanya dan menjerit, bayangan itu menghantam layar televisi di depannya dan entah apa yang terjadi berikutnya, Hildan tidak tahu sebab ia menutup matanya.
“H-haah … Hah ….” Deru napas Hildan begitu cepat, ia masih memejamkan matanya dan tidak berani membuka matanya.
Hildan tersentak, seseorang menepuk bahunya dan Hildan langsung menoleh ke belakang sembari membuka matanya.
Saat melihat Afraga yang berdiri di depannya, Hildan menghela napas lega dan langsung berdiri.
Lalu Hildan tersentak, dan saat ia melihat sekitar, betapa terkejutnya ia saat mengetahui jika dirinya berada di taman belakang villa.
“Lo ngapain di taman belakang subuh-subuh gini, Hildan?!”
“Lo ngapain di sini Hil?” Tanya Afraga lagi.
Hildan menggeleng tak percaya, bagaiman bisa … tiba-tiba ia berada di sini?
Jeren
Gw Denger Suara Teriakan
Hildan
Lo Harus Denger Cerita Gw
Hildan
Demi Tuhan Ini Aneh Banget
Afraga
Aneh Banget Dia,Masa Nongkrong Dihalaman Belakang
Hildan
TIBA TIBA GW DIBELAKANG
Hildan
Gw Tadi Haus,Terus Ambil Minum Didapur
Hildan
Pas Gw Mau Balik Tiba Tiba Tv-nya Nyala
Hildan
Jadi Gw Matiin Dong?
Hildan
Pas Tv Mati Gw Liat Ada Yang Duduk Di Sofa
Hildan
Gw Liat Dari Pantulan Tv Kan
Hildan
Lo Harus Percaya Sama Gw
Hildan
Pas Bayangan itu Ngejer Gw Dan Gw Merem,Tiba Tiba Gw Dibelakang
Hildan
FIX VILLA INI ANGKER!
Vincent
Yang Lain Udah Pada Tidur
Afraga
Tidur Aja Hil Lo Kecapean
Vincent
Udah Jam 4 Weh Tidur Buruan
Afraga
Lo Pada Udah Pada Bangun?
Vincent
Et Dah Ini Dingin Banget
Vincent
Lo Pada Kedinginan Ga Sih?
Afraga
Iya Dingin Banget Anjir
Auzilen
Udah Mana Gabisa Tidur Gw Semalem
Afraga
Sama Apaan Anjir,Orang Lo Tidurnya Pules Banget
Mareza
Eh Semalem Hildan Kenapa?
Hildan
Gw Ga Sleep Walking
Hildan
Gw Jelas Jelas Sadar
Hildan
Lo Scroll Deh Baca Yang Semalem Gw Chat
Hildan
Gw Mohon Percaya Sama Gw
Hildan
Dan Gw Ga Sleep Walking
Auzilen
Lo Capek Mungkin Hil?
Auzilen
Soalnya Semalem Gw Juga Gabisa Tidur Tapi Capek Banget,Jadi Mimpi Yang Ga Karuan
Raja
Udahlah Jangan Terlalu Dipikiran Hil
Hildan
Ayo Pulang,Partynya Udah Belom?
Afraga
Dih Elah Masa Balik Hill?
Mareza
WTF Baru Juga Sehari?
Hildan
Pliss Lah Ayo Balik
Vincent
Baru Sehari Anjir Ra
Vincent
Masa Sekarang Balik Apa Banget?
Auzilen
Sekarang Santai" Dulu Lah Badan Gw Masih Pegel" Nih
Mareza
Iya Anjir Mana Gw Yang Nyetir
Hildan
Yaudah Balik Nanti Gw Yang Nyetir
Afraga
Hil Lo Terlalu Paranoid
Mareza
Chill,Disini Kita Refreshing Dulu
Mareza
Mungkin Semalem Lo Ngantuk Atau Ngelindur
Mareza
Tenang Aja Oke? Villa Ini Ga Angker
Auzilen
Santai Aja Hil Amann👍👍
Vincent
Ketaman Yok Foto Foto?
Afraga
Duluan Aja Gw Nyusul
"Kok Sepi Banget Deh Orang Orang Pada Kemana?"
Ucap Raja
Afraga
Santai Aja,Nikmati Liburannya
Afraga
Pikirin Apa? Masalah Lo Sleep Walking Semalam?
Hildan
Gw Ga Sleep Walking Ra
Hildan
Anjir Kenapa Kaga Ada Yang Percaya Sih!
Afraga
Ya Terus Gimana Hil?
Afraga
Lo Beneran Mau Balik?
Afraga
Hildan Kalem Napa Sih
Hildan
Hil Feeling Gw Gaenak Sumpah
Afraga
Besok Aja Gimana? Besok Aja Kita Balik
Afraga
Sehari Lagi Kita Nginep,Kasian Yang Lain Kalo Balik Hari Ini
Afraga
Lo Istirahat Sana,Mabok Naik Gunung Kali
--------------------------------------------------
Villa itu terletak di tengah hutan lebat yang sunyi, suara jangkrik dan aungan binatang hutan terdengar dari kejauhan. Siapapun yang menatap pemandangan sekitar mungkin akan merasa jika Villa ini begitu asri dan mendamaikan, tapi coba kau lihat lebih jauh lagi, maka tempat ini benar-benar terasa menyeramkan.
Ada satu sosok yang berdiri di teras belakang Villa, sosok itu berperawakan tinggi dan tampan, wajah datarnya begitu tegas. Itu adalah Jeren.
Jeren menyalakan puntung rokoknya dengan pemantik, asap rokok mulai berpendar di udara, baunya bercampur dengan bau melati dan busuknya bangkai, lalu Jeren berdiri di pinggir kolam renang, menatap air tenang di depannya dalam diam.
Ini pukul 1 siang. tapi langit terlihat mendung dan sedikit gelap, tak ada matahari sejak pagi, suasana dingin semakin menusuk namun Jeren sama sekali tidak merasa kedinginan
Rokok di jarinya Jeren jatuhkan, lalu ia injak dengan kakinya agar mati. Setelahnya Jeren masuk ke dalam Villa.
Teman-temannya yang lain berada di kamarnya masing-masing, setelah sarapan pagi bersama dan berfoto ria di depan Villa kini mereka memilih untuk diam di kamar, cuaca sangat mendukung untuk bercumbu dengan kasur.
Udara dingin begitu menusuk saat kaki Jeren menuju ke dapur, suasana sepi Villa terasa begitu mencekam dan sunyi, namun kesunyian itu tidak bisa membuat langkah kaki Jeren terdengar, sebab ia melayang, kakinya tidak menapak di atas lantai yang dingin.
Jeren menuju sebuah pintu kecil di pojok dapur, ia buka pintu itu dengan pelan, lalu seringai lebarnya muncul, begitu lebar hingga mulutnya hampir robek
“LEPASIN KITA BANGSAT! LO IBLIS JAHAT! LEPASIN KITA!”
“LEPASIN TEMEN-TEMEN KITA! JANGAN LUKAIN MEREKA! LO UDAH MATI! LO HARUSNYA MATI!”
Senyum Jeren semakin lebar, wajah tampannya berubah menyeramkan dan begitu mengerikan. Hilang sudah wajah tampan nan bersihnya, tergantikan dengan wajah hitam yang penuh dengan luka-luka yang berbau busuk.
Wujud Jeren berubah sepenuhnya, membuat mereka yang berada di ruangan itu merinding ketakutan.
“Kalian yang sudah mati.” Balas sosok itu-Jeren- dengan suara menggema.
Lalu pintu kembali tertutup rapat, dan mereka yang berada di sana berusaha menggedor pintu sekeras mungkin.
“RAGA! HELO! KELUAR DARI SINI!”
Afraga tersentak kaget, ia mendengar seseorang memanggil namanya.
Tubuh Raga meremang tanpa alasan, mata Ragaa jatuh pada jendela kaca besar yang ada di sisi kamar, angin berhembus lembut menerbanglan tirai putihnya. Kain putih itu menari-nari indah, Hildan bisa merasakan aura mencekam dari sini.
Raga memilih untuk turun dari kasurnya, kemudian berjalan pelan menuju pintu
Ia begitu terkejut saat ia membuka pintu ada Marez berdiri di sana, menatapnya datar dengan tatapan kosong.
“Bang?” Panggil Raga pelan.
“Lo lagi apa, Ra?” Marez berucap datar. Wajahnya benar-benar tak berekspresi dan tatapannya lurus ke depan.
“G-gak lagi ngapa-ngapain, kenapa bang?”
Marez hanya menggeleng setelahnya. Kemudian Marez berlalu dari hadapan Raga, berjalan menuju tangga dan menghilang di sana. Raga merasa semakin tidak nyaman, ia sadar ada yang salah dengan tempat ini.
---------------------------------------------------
Afraga
Suara Anak Kecil Nangis?
Afraga
Bilang Sama Gw Kalo Bukan Cuman Gw Yang Denger Suara Itu
Afraga
Suara Anak Kecil Kan?
Raja
Katanya Juga Gaada Villa Lain Selain Villa Ini
Raja
Terus Siapa Anjir Ra?
Afraga
Lagian Ini Masih Siang Kan
Afraga
Mana Ada Setan Siang"
Afraga
Lo Tetep Dibelakang Gw
Raja
Suaranya Dari Deket Kolam Renang Ga Sih?
Afraga
Iya, Mangkanya Ayo Cek
"Auzilen Ngapain Anjir Dikolam Renang Sendirian??"
"Dan Dia Nangis Tapi Suara Tangisannya Anak Kecil? WTF?"
Afraga
Lo Nangis Dikolam Renang
Afraga
Gw Sama Raja Liat Lo
Auzilen
Gw Ada Masalah Dirumah
Afraga
Tapi Kenapa Tangisan Lo Kayak Tangisan Anak Kecil?
Raja
Maksudnya Ya,Gaada Anak Kecil Disini
Auzilen
Suara Gw Biasa Aja Kok?
Jeren
Ayolah Jangan Bahas Tangisan
Auzilen
Tadi Cuman Mau Ngeluarin Emosi Aja
Auzilen
Ayo Lanjut Liburan Aja,Kayaknya Dari Kemaren Kita Belom Eksplore Villa Ini
Hildan
Bener Banget Kita Belom Eksplore Nih Villa
Hildan
Kalian Masih Pada Capek? Kalo Ga Ayo Keluar
Hildan
Katanya Ada Air Terjun Deket Sini
Mareza
Masuk Kehutan Sedikit
Mareza
Ada Air Terjun,Mau Kesana?
Comments