Gudang Dan Introgasi
Harrison
ADA YANG NGETOK PINTU KAMAR GW
Harrison
Fast Respon Ren Pleasee
Harrison
Anj Orangnya Msuk
Renzo bergegas menuruni anak tangga. Ia terus berlari, nafasnya jelas tak beraturan. Keringat dingin bercucuran deras itu membuktikan effortnya yang tinggi.
Lantas tangannya bergerak melepas lakban yang menutupi permukaan laci tersebut. Setelah itu baru ia rusak gembok tersebut menggunakan palu yang ia ambil dari gudang tadi. Mencari kunci itu tidak bisa menyelesaikan masalah dengan cepat. Walaupun ia sedikit kesulitan karena gemboknya sangat keras.
Ia mengambil nafas panjang. Lalu menghembuskannya, mengatur nafasnya sejenak. Setelah itu mengambil dua langkah mundur ke belakang.
Dan... Yeahhhh... Satu kali pukulan palu itu berhasil menghancurkan gemboknya.
Renzo membuka laci itu. Yang hanya ia temukan hanya beberapa peluru dan satu foto yang menarik atensinya.
Lantas ia tak berpikir panjang dan mengantongi foto itu. Lalu mengeluarkan peluru senapan yang ia cabut dari dada Dizon.
Lalu ia menghancurkan gembok di laci yang panjang.
Mulutnya mengangah sebab terkejut. Bagaimana tidak? Banyak senjata api berbahaya disana. Senapan, Shotgun, Desert Eagle, dan senjata lainnya ada semua.
Tak hanya itu ada panah beserta anak panahnya ikut berjejeran.
“Oh, jadi ini senjatanya milik pelaku?” Renzo menarik sudut bibirnya.
“Keren juga...” lirihnya.
Ia tak membutuhkan senjata itu semua. Buat apa? Senjata bahaya itu hanya membuat temannya gugur. Kata hatinya sih seperti itu, tapi yang dilakukan sekarang malah mengantongi Satu Pistol beserta pelurunya.
Sebenarnya Renzo belum terlalu puas. Karena senjata ini tidak bisa dijadikan barang bukti. Ia sendiri tau, dan ia paham.
At least, senjata ini memantapkan kecurigaannya pada seseorang. Ia pernah melihat diam-diam salah satu temannya menghitung peluru. Hanya saja ia belum bisa membuktikan.
---------------------------------------------------
Renzo merogohi kantongnya. Baru tersadar ponselnya dari tadi nggak ada.
Ayolah, cmon! Renzo butuh ponselnya saat ini.
“Ahhhh... Ketinggalan di gudang kali?” Renzo memutar ingatannya. Ia berniat balik lagi ke gudang. Kali ini ia berjalan, karena hanya untuk mengambil ponselnya digudang. Tidak perlu berlari.
Tetap santai. Meskipun ia merasa ada yang menguntitnya.
Setelah sampai di depan gudang. Sekilas ia menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa disitu. Disitu bulu kuduknya sedikit meremang.
Ia menepis pikirannya yang nggak enggak.
Lalu ia masuk ke gudang itu. “Ahhh... Bener hp gua disini, kok bisa?” Ia terheran-heran.
Sebelum akhirnya ia terperanjat kaget. Kakinya seketika lemas. Hatinya bergetar pilu.
Bahu tegaknya kini merosot. Lututnya terjatuh dilantai
Mayat yang harusnya terbaring hanya dua. Kini bertambah satu.
Perasaan baru siang tadi ia masih bersama Harrison. Waktu cepat sekali berlalu.
Terlebih tali tambang yang mengikat lehernya membuat dadanya semakin nyeri. Air matanya netes tanpa perintah.
Ia mendekati tubuh pucat Harri yang dingin sebab tidak ada detak disana. Luka memar di jidat dan lehernya menjelaskan bahwa ia pasti disiksa lebih dulu. Andai Renzo tau bagaimana Harrison melawan sang pelaku meski berakhir di cekik tali tambang, dan dipukuli hingga tak bernyawa.
Satu temannya gugur lagi...
Elvis
Liat Harrison Kagak?
Elvis
Gw Abis Liat Dia Chat Gw Tadi
Bevena Chalista
Elvis Mau Kesana??
Bevena Chalista
Jangan Percaya Elvis,Ren..
Bevena Chalista
Gw Bilang Jangan Percaya Siapapun Termasuk Gw
---------------------------------------------------
"Mau Kemana Lo?" Pekik Bevena Tatkala Melihat Elvis Melewati Kamarnya.Ia Mendengar Percakapan Singkat Elvis Dan Lawan Bicaranya,Ia Yakin Pasti Renzo.Sebab Dari Tadi Ia Mencari Keberadaan Renzo,Tak Kunjung Ketemu.
"Biar Gw Aja,Lo Mau Ke Renzo Kan?"
"Nggak,Lo Disini Aja" Ucapan Bevena Membuat Kedua Alis Elvis Menyatu
Lantas Ia Berjalan 1 Langkah Mendekati Bevena
"Ya Gak Papa Lo Keliatan Berkeringkat Banget Soalnya"
"Takut Lo Capek Aja Sih.Kan Seharian Capek Debat Ama Gw.Nanti Malah Capek Tenaga Juga"
Bevena Mengedikkan Bahu
"Batu.Yaudah Ayo" Final Vena Serambi Menatap Elvis Malas
Tanpa Babibu Elvis Dan Bevena Langsung Pergi Kegudang.Meskipun Sepanjang Didalam Lift Mereka Berdebat Karna Tidak Mempercayai Satu Dengan Yang Lain.
Bevena Berkata Sudah Mencari Renzo Kemana Mana Namun Tidak Ketemu.Padahal Kan Bisa Dihubungi Langsung Lewat Wa.Tuh Nyatanya,Pas Elvis Menghubungi Renzo Langsung Terhubung?
Sedangkan Elvis Pun Sama,Bedanya Ia Mencari Dizon Karna Chat Dari Dizon Cukup Menghawatirkan
Entah Benar Benar Khawatir Atau Tidak,Biarlah Itu Urusannya.Sepanjang Perdebatan Lift Itu Bergerak Turun.Mengingat Bevena Bilang Sudah Mencari Renzo Kemanapun.Nyatanya Ia Sempat Lupa.Ada Beberapa Tempat Yang Belum Ia Cari
Hanya Ruang Tengah,Lorong Bawah Dan Gudang.....? Iya,Gudang Itu Lebih Dekat.Maka Dari Mereka Mencari Kegudang Lebih Dahulu
Mereka Menemukan Hazel Disana.Raut Mukanya Tidak Dapat Berbohong
"Bahkan Gw Belom Nanya Sesuatu Ke Dizon"
"Dari Gelagat Mereka Sudah Terlihat Siapa Yang Bodoh Haha"
"Loh... Hazel kenapa disini?" lirih Elvis. Sedangkan Bevena hanya bergeming. "Lo apain Dizon, Zel..." timpa Elvis.
"Gatau, Vis, Ven... Gua dateng udah begini. Gue terlalu fokus nyari clue sampe gue lupa melindungi temen-temen gua...” suara Hazel memelan diakhir.
Kepalanya bersandar di meja coklat. Ia menghembuskan nafas kasar, "Anterin gua ke kamar aja Vis, kepala gua pusing berat." pinta Hazel.
Lantas Elvis mengulurkan tangannya. Membantu Hazel yang terus menerus memijat kepalanya. Jujur ia pusing bukan main.
"Kekamar Hazel Dulu" Ucap Elvis Dan Dibalas Anggukan Dari Bevena
Akhirnya Bevena Beranjak Meninggalkan Gudang.Meski Awalnya Ia Penasaran Dengan Luka Lebam Diseluruh Leher Dizon
Setelah Mengantarkan Hazel Kekamarnya.Elvis Dan Bevena Memutuskan Untuk Kembali Kekamar Masing Masing.Dan Melanjutkan Esok Pagi Sebab Sudah Terlalu Larut..
Namun Ditengah Perjalanan Langkah Bevena Berhenti.Elvis Menatap Bevena "Lo Curiga Sama Renzo Ga Sih? Kan Bisa Ja-
Pada Akhirnya Mereka Tidak Jadi Melanjutkan Besok Pagi.
---------------------------------------------------
Yeah.....Pura Pura Pusing Berat Dan Akhirnya Diantar Kekamar Hanya Akal Akalan Hazel Semata.Supaya Pelaku Bisa Beraksi Lagi
Tadinya Setelah Cuci Tangan Ia Ingin Tidur.Sialnya Saat Ia Kedapur ,Pisau Yang Biasanya Berjejeran Rapi...
"Shitt Pisau Nya Hilang Satu"
"Dia Tau Caranya Membunuh Diam Diam"
-------------------------------------------------
Hazel mengambil langkah seribu. Ia paham kalo tadi salah satu dari mereka ada yang mampir ke dapur. Entah di antara mereka berdua Hazel belum jelas tau. Intinya setelah mengantar Hazel salah satunya ada yang belok kanan ke dapur. Jangan lupa, kamar Hazel dekat dengan dapur dan kamar mandi
Ia berdecak kesal setelah sadar. Lantas mengambil menaiki satu persatu anak tangga, ke lantai enam, kamar Nya tepatnya. Beruntung ia tau Jalannya.
Mereka menoleh tatkala Hazel membuka pintu dengan kasar. “Kenapa Zel?”
"Katanya Pusing" Imbuh Bevena
Hazel hanya menggelengkan kepalanya. Sejenak ia mengatur nafas. Bahkan keringat itu bercucuran membasahi kaos dalam hoodienya.
“Nih liat gua nemu obat serangga di kamar Dizon,” tanpa ragu mententeng dua serbuk plastik itu.
“Teori menurut gua, Dizon bisa jadi si yellow card itu.” Elvis mengalihkan pandangannya ke Hazel, saling menatap.
Bevena dan Elvis mengangguk. “Tapi kalo pelakunya mati, harusnya kita udah keluar dari sini dari kemarin,” ucap Hazel
“Iya... Gua lagi nyari pelakunya,”
“Ngapain dicari kalau orangnya ada disini,” skakmat Hazel. Lantas ia tersenyum.
Ucapannya membuat salah satu dari mereka degdegan nggak karuan. Dari gelagatnya sudah kelihatan sekali. Obsidian matanya menatap Elvis kini beralih menatap Bevena.
“Kenapa Ven?” Hazel bertanya.
Padahal Bevena terlihat santai disana. “Lo mau nuduh gua Zel?”
“Cuma mau nebak aja biar lebih seru,” Hazel menambahkan
“Clue nya udah banyak. Nggak usah nuduh, mending tebak aja. Guess who?” Hazel mengangkat satu alisnya. Membuat mereka bertanya-tanya.
Melangkah maju. Membelakangi Bevena. Lalu mencondongkan badannya ke Elvis. Mulutnya mendekati telinga Lorenzo. Sedangkan Elvis hanya bisa meneguk ludahnya kasar.
“Elvis bilang orang yang bersikap santai bisa jadi dia pelakunya,”
Elvis tau ia sedang bersikap tenang saat ini, namun point Hazel bukan itu.
"Bukan Gw Zel....Gw Harus Apa Biar Lo Bisa Percaya?"
"Bevena Chalista Maksudnya?" Matanya Masih Menatap Elvis Yang Gelisah.
Padahal Emang Hazel Sengaja.Biar Seru Katanya....
Jujur Perasaan Elvis Sudah Resah Dahulu.Bagaimana Tidak? Hazel Menatap Wajah Elvis Seperti Di Introgasi,Mana Tatapannya Sudah Seperti Ingin Membunuh
Sedangkan Bevena.Ia Tertawa Nanar Sekarang..
"Bevena Chalista..." Hazel Membalikkan Badan Memanggil Vena Dengan Nada
"Kata Lo Jeritan Dizon Dari Lantai 3.Kok Mayatnya Ada Dilantai 2?" Hazel Mengangkat Bahunya Dan Duduk Dikasur Dizon.
"Ohh...Udah Tau Ternyata"
Bevena
Elvis Melorot.Setelah Mendengar Pengakuan Bevena.Jujur Ia Terkejut Bukan Main
"BANGSATT KOMEDI MACAM APA INI"
"Btw Keluarin Pisau Lo Dong,Gw Tau Lo Sembunyiin Dibelakang Jaket Lo"
Hazel Mengedikkan Dagunya
"Lagian Gw Dari Dulu Udah Tau Kok Kalo Lo Pelakunya"
"BANGSATT KENAPA LO GABILANG KE GW ZEL!"
Elvis Mendorong Tubuh Hazel Kasar.Rahangnya Mengeras Bukan Karna Pelakunya Tertangkap..
Akan Tetapi Sebab Hazel Baru Jujur Sekarang
"Santai Dong....Bukti Gw Belom Valid Soalnya"
"Eitss..Kok Mainnya Gitu Sih?"
Hazel Mengelak Tatkala Pisau Tersebut Ingin Mengenai Tubuh Hazel
Comments