"Maaf ma, pa.. Dani telat"
mereka yang tadinya sibuk mengobrol akhirnya terhenti saat melihat Dani baru saja sampai di sana.
"ya ampun Dani.. Kamu baru pulang? Kenalin ini Tante Henny dan om Trisna.. Dan itu Milly"
"halo semuanya.. Salam kenal" ujar Dani sopan.
Milly yang awalnya tidak tertarik dengan perjodohan ini, mulai terkesima dengan melihat Dani secara langsung. Ternyata benar apa yang dikatakan mamanya. Dani sangatlah tampan. Lihatlah sekarang, sudah kaya, macho, kharisma lagi. Ia bahkan tidak berhenti memandanginya.
"Milly? Milly!" panggil mamanya.
"eh iya ma?"
"kamu kenapa melihat Dani begitu?" tanya mamanya sembari tersenyum jahil.
"eum.. Ng-nggak kok.. Biasa aja" ujarnya gugup. Ia malu karena ketahuan memperhatikan Dani secara diam-diam.
"Dani.. ternyata benar dugaan Tante, kamu sangat tampan sayang"
"terima kasih Tante.."
"kamu duduk dekat Milly ya"
"iya Ma.."
Dani pun mulai mengambil bangku kosong dan meletakkan bangkunya di hadapan bangku Milly. Dani menatap Milly sebentar lalu tersenyum padanya. Milly yang mendapatkan senyuman manis dari Dani pun merasa gugup. ia sedikit mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak ketahuan jika ia sedang mengaguminya.
"nah.. Dani, kamu sudah tahu belum maksud adanya pertemuan ini?"
"belum Tante.. Memangnya kenapa?"
"dulu, mamamu dan Tante sudah memiliki impian jika suatu saat anak kami berbeda gender maka kami akan menjodohkan mereka suatu saat nanti. Nah sekarang, mama kamu dan Tante sepakat untuk menjodohkan kamu dengan anak Tante Milly"
Mendengar itu sontak Dani sedikit terkejut. Pasalnya tidak ada yang memberitahunya soal ini. Ia menatap mamanya dengan tatapan terheran.
"tapi kenapa harus aku?" tanya Dani.
"Dani.. Dengar Nak.. umur kamu sudah cukup dewasa untuk menikah. Mama pengen punya mantu sayang. Dan mama memilihkan Milly sebagai calon istrimu. Mama rasa cuma dia yang pantas mendampingimu"
"tapi kenapa mendadak sekali Ma? Apa mama tidak memikirkan ku? Aku tidak ingin menikah terlalu cepat" protes Dani.
Melihat Dani yang sedikit protes akan perjodohannya ini membuat keluarga Trisna terdiam. Sementara Rida masih berusaha meyakinkan anaknya untuk menerima perjodohannya ini.
"Dani.. Mama yang lebih tahu kamu lebih dari diri kamu sendiri. Mama cuma mau kamu ada pendamping hidup Nak. Apa salahnya menikah dengan cepat? kamu sudah mapan dan kaya apa yang kamu cari lagi?"
Dani terdiam mendengar perkataan mamanya tersebut.
"Dani.. Mama mohon sama kamu.. Terima ya perjodohan ini. Setidaknya kamu mau berkenalan dengan Milly juga tidak apa-apa"
Lagi-lagi Dani hanya terdiam dan belum menjawab apapun. Ia bingung pasalnya Dani tidak memiliki perasaan apapun pada Milly. Dengan cepatnya kedua orang tuanya memutuskan untuk menjodohkannya dengannya tanpa persetujuan darinya.
"tapi ma.."
"sudahlah Dani.. Tidak apa kita undur acara perjodohannya tapi setidaknya kamu mau berkenalan dengan Milly" paksa Rida agar Dani mau menerima sarannya.
Dani pun mengeluarkan helaan nafas kasarnya pelan. lalu kepalanya pun mengangguk menandakan bahwa ia setuju.
"baiklah.. Aku akan berkenalan dengan Milly"
Mendengar itu, sontak mereka semua merasa lega dan sangat senang. Milly pun tersenyum lebar saat Dani memutuskan untuk dekat dengannya.
"terima kasih sayang" ujar Rida pada anaknya.
"kalian berdua bisa mengambil tempat terpisah untuk saling mengobrol satu sama lain"
"baik Tante" ujar Milly sementara Dani hanya terdiam.
lalu dua sejoli tersebut mulai meninggalkan kursi keluarga mereka dan mengambil kursi baru untuk mereka berdua di tempat terpisah.
"tuhkan mereka cocok sekali"
"hehe iya"
Milly yang berdua dengan Dani lagi-lagi merasakan gugup yang luar biasa. Tidak biasanya ia gugup seperti ini. Namun ia berusaha untuk mencairkan suasana agar Dani nyaman dengannya.
"Eumm.. Dani, apa kamu serius menerima perjodohan kita?"
"kalo menurut kamu gimana?" tanya Dani kembali.
"kalo menurutku sih, kita terima aja.. Soalnya ini menyangkut keluarga kita juga kan. Terlebih mama kamu dan mamaku sangat bahagia akan perjodohan kita ini. Setidaknya buat mereka senang"
Mendengar penjelasan Milly panjang lebar membuat Dani terdiam sejenak.
"huhhh.. Kamu memang benar"
mendengar jawaban Dani membuat Milly sekali lagi tersenyum lebar.
"bagus.. Sepertinya dia bakal menerima perjodohan ini. Aaaa aku gak sabar pengen nikah sama Dani yang ganteng dan macho ini.. Tambah lagi dia kaya jadi aku bisa foya-foya pake harganya" batin Milly.
Setelah beberapa menit mengobrol, mereka pun kembali ke meja yang ada kedua orang tuanya itu.
"bagaimana? Milly kamu suka sama anak Tante?"
"s-ssuka Tan.. Dani baik dan juga ramah tadi sama aku"
"baguslah.. Eh udah jam segini, Hen pokoknya kita bakal jadi besan aaa senang sekali"
"iya Da.. Aku juga senang Dani dan Milly ternyata saling menyukai"
"kalau begitu, pertemuan kita sampai di sini dulu ya.. Nanti kita bikin pertemuan lagi, lain kali di rumahku" ujar Rida.
"Boleh.. Boleh.. Nanti kamu hubungi aku aja ya"
Karena sudah jam 5 sore, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Sebelum berpisah mereka saling bersalaman satu sama lain. Setelah itu, mereka pun berpisah dengan menaiki mobil masing-masing. Dani pulang terpisah dari kedua orang tuanya karena membawa mobilnya sendiri.
Di dalam mobil dimana Rida sangat senang saat berbicara tentang acara tadi tanpa henti. Sementara Herman hanya terdiam mendengarkan istrinya terus mengoceh.
"mama senang akhirnya Dani mau menerima Milly pa.."
"maa.. Apa mama tidak lihat ekspresi Dani tadi? Dia sangat tertekan.. Kenapa mama harus memaksanya untuk menerima perjodohan ini?"
mendengar itu, Rida yang tadinya senyum merekah kemudian kembali memasang raut wajah marahnya.
"apaan si kamu.. Dani itu bahagia tau gak! aku ini ibunya.. Aku tahu bagaimana Dani. lagipula mama tidak memaksa Dani.. dia sendiri yang mau menerima Milly dekat dengannya"
Bukannya tidak berani melawan, Herman sangat malas jika beradu argumen dengan istrinya ini. Bagaimana pun Rida tetap tidak akan mengubah keputusannya dengan mudah walau Dani menentangnya.
***
setelah semuanya sudah pulang, mereka masuk ke dalam rumah dan pergi ke kamarnya masing-masing. Dani yang lelah langsung menidurkan tubuhnya diatas kasur.
Kenapa dirinya harus menerima perjodohan yang tidak ia inginkan. Walaupun ia sudah dewasa tapi ia ingin menentukan jodohnya sendiri. Terlebih Dani tidak ingin menikah dalam waktu dekat.
"aaahhh pusing..."
"kenapa harus begini sih.. Mama juga maksa sekali buat gue menerima perjodohan ini"
Dani pun mengusap kepalanya yang sedikit pening itu serta memijitnya. Memikirkan hal tadi membuat moodnya semakin hancur. tak lama kemudian, telpon kamarnya berdering.
Ia ingin mengangkat telpon tersebut namun malas mengangkatnya jadi ia diamkan. Tapi telpon itu terus berbunyi sampai ia pun kesal akhirnya beranjak dari kasur dan mengangkatnya.
"halo! Siapa?.." ketusnya.
"Weh.. Gw Nathan.. Kenapa lu ketus banget?"
Dani pun menghela nafas kasarnya "pusing gue.. Ada apa lu telpon?"
"lu lupa ya? Ajakan gue yang kemarin gimana? Lo mau ikut gue berburu di hutan XXX? Ayolah ikut temani gue"
"tadinya gue gak mau.. Tapi, gue pusing di sini jadi gue bakal ikut Lu pergi kesana"
"serius lu?"
"iyaaa.."
"ya sudah.. besok siang kita berangkat ya"
"oke.."
Telpon tersebut langsung terputus sambungannya. Karena Nathan tidak menelponnya lagi, jadi ia meletakkannya kembali ke tempat telpon. Lalu, ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya serta menenangkan pikiran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments