Keributan kecil

"Lo di mana?" Suara itu berasal dari ponsel yang ditempelkan ke telinga seorang gadis. Sambil berjalan menenteng Tote bag, dia berusaha fokus agar ponselnya tak jatuh.

"Bentar lagi gue sampai ke kantin." Eleena langsung mematikan teleponnya, memasukkan ponsel itu ke Tote bag.

Eleena berjalan agak sedikit lebih cepat dari biasanya, supaya teman-temannya tidak menunggu terlalu lama. Sedangkan disisi lain, ada Arfin yang ternyata sedari tadi melihat Eleena dari kejauhan. Lelaki itu sedang bersama ke tiga temannya, tapi matanya malah terfokus pada Eleena.

"Lo ngeliatin apa?" tanya Baim.

"Nggak ada," jawab Arfin tapi matanya tak kunjung lepas dari Eleena yang kini berjalan melewati mereka. Baim hanya bisa geleng-geleng kepala, aktivitas yang dilakukan Arfin hanya bisa melihat para gadis cantik saja.

Wisnu yang dari tadi sibuk bermain game di ponselnya, kini agak merasa gelisah. Rasanya ada sesuatu yang ingin keluar. Ah iya, tadi Wisnu makan banyak sekali dan juga minum terlalu banyak, kini perutnya merasa sakit dan sepertinya dia juga ingin buang air kecil. Wisnu keluar dari permainan, buru-buru mencari keberadaan toilet di kampusnya.

"Mau ke mana lo?" tanya Gilang meninggikan suaranya karena Wisnu yang pergi mendadak tiba-tiba.

"Gue tebak ke toilet," jawab Baim dengan bangga.

Wisnu sedikit berlari untuk cepat sampai, tapi raut wajahnya harus tetap kelihatan santai seolah tidak terjadi apa-apa, kan malu kalau orang-orang melihat kearahnya yang ingin buang air kecil sekaligus besar. Namun, perut Wisnu semakin sakit, dia tidak bisa menjaga ekspresinya lagi. Dengan cepat dia berlari dan itu membuatnya menabrak tubuh Eleena yang sedang mengeluarkan ponsel dari dalam Tote bag.

Prakk

Ponsel Eleena jatuh, Tote bag nya juga jatuh dan barang-barang di dalamnya juga berjatuhan. Eleena menatap miris barang-barangnya yang kini berantakan di lantai. Namun Wisnu tak menghiraukan hal itu masalahnya sekarang lebih penting daripada barang-barang yang berantakan.

"Heh, jangan lari lo." Eleena mencegat Wisnu yang ingin kabur dari sana. "Minimal bantuin gue lah nyusun barang-barang yang jatuh. Ini semua salah lo, jalan kok nggak lihat-lihat," geramnya.

"Oke sorry, tapi gue harus pergi. Gue nggak bisa di sini." Wisnu hendak ingin pergi lagi, tapi Eleena masih terus mencegahnya dengan berdiri di depan Wisnu untuk menghalangi jalan lelaki itu.

"Lo laki-laki, kan? Kalau laki-laki seharusnya tuh bantuin perempuan yang kesusahan bukan malah buat perempuan susah!"

"Lo mau apa sih?!" Wisnu yang sudah tak tahan diberikan drama sial seperti ini.

"Gue mau lo minta maaf dengan sopan, dan bantuin gue beresin barang-barang yang berantakan," jawab Eleena tersenyum.

Wisnu menghela napas berat. "Bisa beresin sendiri, kan?"

Eleena mengangguk mantap.

"Kalau bisa beresin sendiri kenapa harus minta bantuan gue, hah?!" Wisnu sudah hampir berada di puncak kemuakannya jika saja gadis ini tak segera pergi dari hadapan Wisnu.

"Karena lo yang salah dan gue mau orang salah bertanggung jawab atas kesalahan mereka. Gue mau dunia ini damai."

"Ah udah minggir lah." Wisnu mendorong Eleena dari hadapannya, tapi gadis itu tak kunjung diam, di tengah keramaian seperti ini ia mencegat Wisnu dengan cara menarik bajunya. Wisnu berhenti, kalau ia berlari bajunya bisa robek dan malunya bisa berkali-kali lipat.

"Tanggung jawab dulu sama kesalahan lo." Eleena tetap bersikeras Wisnu untuk melakukan keinginannya.

"Lo tau nggak sih, di sini bukan gue yang salah?" Wisnu sekarang sudah muak. Eleena heran, dia menautkan kedua alisnya sebagai pertanda keheranan.

"Kalau aja lo nggak jalan di tengah, gue nggak bakal nabrak lo dan barang-barang sampah lo itu juga nggak akan jatuh!" tegas Wisnu, mengepalkan kedua tangannya.

"Bukannya lo yang seharusnya bisa lewat jalan lain? Bisa lewat yang sisi kanan dan kiri, kan, nggak harus mepet ke gue banget juga." Eleena membalas argumen Wisnu, dan itu yang membuat Wisnu semakin tidak bisa membendung emosinya.

"Ribet banget sih lo jadi cewek!" bentak Wisnu. Namun, bukannya takut Eleena malah tertawa melihat Wisnu marah. Wisnu heran melihat tingkah gadis di depannya ini, mungkinkah dia sudah gila. Ah entahlah Wisnu sudah tak bisa menahan lagi dia harus pergi.

"Jangan pergi." Eleena lagi-lagi mencegahnya dengan menarik baju Wisnu lagi. "Cowok gentle kayak lo harusnya nerima permintaan cewek buat beresin barang-barangnya." Eleena menarik Wisnu untuk berjongkok dan merapikan barang-barangnya yang kini berserakan di lantai.

"Rapihin ya, kan cowok jadi harus baik sama cewek gimanapun caranya," ujar Eleena, memasukkan bukunya ke dalam Tote bag.

"Gue kebelet anjir!" lantang Wisnu. Eleena menatap lelaki itu terkejut. "Kebelet?" bingung Eleena. Tanpa basa-basi lagi ditengah keterkejutan Eleena, Wisnu memanfaatkan hal itu untuk berlari menuju toilet, dia sudah tidak bisa menahannya lagi.

"Kalau dia ngompol gimana ya, duh. Gue jadi nggak enak deh sama dia." Eleena merasa bersalah telah menahan Wisnu untuk waktu yang cukup lama. Perlahan sambil terus merasa bersalah Eleena memasukkan barang-barangnya ke dalam Tote bag.

Gadis itu menenteng kembali Tote bag nya dan kembali berjalan untuk sampai ke kantin. Sedangkan Wisnu yang sedang di dalam toilet masih merasa jengkel dengan gadis yang telah menahannya. Syukur saja Wisnu tak sampai buang air di celana, kalau iya bisa hilang wibawa Wisnu dan malu yang akan ia tanggung seumur hidup.

"Cewek gila, awas lo ya." Wisnu mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Gue janji lo bakal ngalamin hal yang lebih parah daripada gue," gumamnya.

...*****...

"Woi bro darimana aja lo," sahut Gilang begitu melihat Wisnu berjalan ke arah mereka. "Kita nunggunya lama amat," sambung lelaki itu.

"Antara dua kemungkinan, ke toilet atau ketemu sama cewek," imbuh Baim.

"Bukan kemungkinan tapi memang gue ketemu sama dua hal itu." Ketiga teman Wisnu saling melempar tatapan ke satu sama lain. "Gue sial banget hari ini."

"Sial gimana nih tuan muda?" tanya Gilang, menepuk pundak Wisnu yang tampak emosi mengingat kejadian tadi.

"Gue ketemu sama cewek rese, ribet dan banyak maunya. Gue benci banget sama dia," ujar Wisnu, memukul lantai dengan tangannya yang sudah terkepal.

"Mending lo ceritain aja dah gimana kronologi nya," pinta Arfin yang diberi anggukan oleh Gilang dan Baim.

Wisnu terdiam sejenak. Lelaki itu menutup matanya sebentar, berusaha menormalkan kembali emosinya, sebelum menceritakan semuanya kepada mereka.

"Gue kebelet pengin ke toilet, dan di tengah jalan gue nggak sengaja nabrak cewek aneh yang buat semua barang-barang dia jatuh. Gue pengin ngehindar tadi tapi karena tempatnya ramai dan gue nggak sempat ngelak jadi mau nggak mau gue nabrak dia. Dan lo pada tau? Dia minta gue buat rapihin barang-barangnya yang berantakan padahal gue udah minta maaf. Dan lebih sialnya lagi dia maksa sampai nahan gue yang posisinya udah kebelet banget. Kan anjir ya cewek kayak gitu, mana dia nggak ngerasa bersalah lagi, jijik banget gue sama dia," jelas Wisnu penuh dengan kegeraman.

Gilang, Baim, dan Arfin saling beradu tatap sebelum akhirnya tawa mereka pecah.

"Random banget gila ceritanya Wisnu," kekeh Baim, menertawakan Wisnu yang masih marah. Begitupun Gilang dan Arfin yang tak henti-hentinya menertawakan Wisnu.

"Nggak ada yang lucu, nggak usah ketawa!" bentak Wisnu, tapi hal itu tidak dihiraukan oleh ketiga temannya, mereka masih merasa lucu dengan kejadian yang menimpa Wisnu.

"Gue nggak kebayang gimana kalau sampai Wisnu pup dicelana tadi," celetuk Arfin yang semakin menambah gelak tawa mereka semua. Wisnu yang geram dengan teman-temannya yang masih saja menertawakan kejadian yang menimpanya, lebih memilih untuk pergi meninggalkan mereka.

Lelaki itu mengeluarkan ponselnya, dan mengecek data nama-nama mahasiswa yang terdaftar di kampus mereka. Setelah sekian lama mencari, akhirnya dia menemukan gadis yang sudah menganggunya.

"Gue bakal buat lo ngerasain lebih dari yang gue rasain tadi, Eleena Safira Dirgantara." Hanya karena hal sepele yang mudah dilupakan oleh kebanyakan manusia tetapi mereka juga tidak sadar bahwa dari hal sepele itu akan muncul kejadian besar yang tak pernah disangka-sangka akan datang dalam hidup mereka.

Terpopuler

Comments

Mawar_Jingga

Mawar_Jingga

sepertinya disinilah awal kisah mereka🤔

2023-09-10

1

lihat semua
Episodes
1 Putra Tunggal Aksanta
2 Gadis cantik di bar
3 Laki-laki sombong
4 Keributan kecil
5 Keluarga
6 Rencana Arfin
7 Lelaki itu lagi
8 Arfin Fano Alyas
9 Perintah Wisnu
10 Malam Eleena
11 Kartu Wisnu
12 Kedekatan Arfin dan amarah Wisnu
13 Melinda menyukai Arfin?
14 Taman
15 Lumpur dan Eleena
16 Surat pemanggilan
17 Tentang masalah kemarin
18 Pertemuannya dengan seseorang
19 Kepercayaan Eleena
20 Kegundahan Arfin
21 Bertemu kembali
22 Bar
23 Malam bersama Arfin
24 Perjodohan?
25 Makan malam
26 Waktu bersamanya
27 Ide Rama
28 Arfin mundur
29 kecemburuan Putra Aksanta
30 Keisengan Wisnu
31 Kerjasama Rama
32 Drama makan malam
33 Tertangkap
34 Bantuan Eleena
35 Tidak asing
36 Malam hari di Kediaman Aksanta
37 Bunga untuk dia
38 Nomor Eleena
39 Perjodohan lagi
40 Menghindar
41 Panas
42 Kisah di kala hujan
43 Pacar Wisnu
44 Perjalanan kencan Putra Aksanta
45 Perjalanan kencan Putra Aksanta part 2
46 Sarapan di kediaman Aksanta
47 Kerikil dan Pertengkaran kecil
48 Waktu yang tak disengaja
49 Gadis itu baik
50 Sesuatu di Rooftop
51 Bujukan Arfin
52 Perjalanan ke rumah Eleena
53 Foto di nakas
54 Bunga untuk siapa?
55 Selalu Rama bukan Juna
56 Jangan bongkar identitasmu
57 Makan malam di kediaman Aksanta
58 Perlakuan romantis Putra Aksanta
59 Jepitan Eleena
60 Usulan
61 Obrolan bersama Arfin
62 Valentine
63 Kencan tanpa disengaja
64 Kencan tanpa disengaja part 2
65 Kencan tanpa disengaja part 3
66 Mengenal lebih dekat
67 Tentang Wisnu
68 Air mata di halte
69 Bersama di bar
70 Kemarahan Arjuna
71 Hujan hari ini
72 Pembicaraan bersama
73 Sakit
74 Kekhawatiran Eleena
75 Suatu Malam
76 Ungkapan perasaan Melinda
77 Undangan
78 Makan malam di kediaman Dirgantara
79 Ketidaksengajaan di makan malam
80 Cinta
81 Permintaan di bar
82 Dibohongi
83 Cinta menurut Sinta
84 Menghindar
85 Waktu bersama
86 Keributan hari ini
87 Kebingungan
88 Pertanyaan baru
89 Ketahuan
90 Ajakan ke mall
91 Mall hari ini
92 Kafe dan Arfin
93 Rumah Arfin
94 kebenaran Eleena
95 Terkejut
96 Eskrim dan Arfin
97 Pesona Putra Aksanta dan teman-temannya
98 Perseteruan
99 Menyesal
100 Today...
101 Let's break up
102 Rindu
103 Siapa itu?
104 Kecemasan
105 Eleena menghilang
106 Diculik
107 Semakin panik
108 Pencarian
109 Penyelamatan Eleena
110 Patah hati
111 Kebetulan
112 Acara Penting
113 Aksanta atau Agustama?
114 Satu persatu mulai terungkap
115 Rencana berujung Cinta
116 Pengakuan cinta
117 Perayaan patah hati
118 Fakta baru
119 Kesedihan Wisnu
120 Undangan Eleena
121 Ulang tahun Eleena
122 Air mata di ulang tahun
123 Malam keributan
124 Tragedi
125 Kritis
126 Penyesalan dan ancaman
127 Terungkapnya kebenaran
128 Penyakit
129 Lucu
130 Foto
131 Fakta Eleena
132 Kemarahan Sinta
133 Rumah Aksanta dan kegilaan di sana
134 Hari pertama di rumah Aksanta
135 Cinta Rama pada Sinta
136 Kebencian Sinta untuk Rama
137 Orang itu petunjuk
138 Perlakuan kasar Aksanta
139 Rumah Agustama
140 Semua itu rencana licik
141 Bar dan Rama
142 Setelah kebenaran itu
143 Perihal melepaskan
144 Berpisah
145 Ingin kembali berteman
146 Bebas
147 Tidak akan kembali bersama
148 Today with you
149 Perihal mengikhlaskan
150 Pesta Putra Aksanta
151 Semua yang terbaik
152 Will you marry me?
153 Gaun
154 Cincin dan Cinta
155 Janji suci pernikahan
156 Epilog
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Putra Tunggal Aksanta
2
Gadis cantik di bar
3
Laki-laki sombong
4
Keributan kecil
5
Keluarga
6
Rencana Arfin
7
Lelaki itu lagi
8
Arfin Fano Alyas
9
Perintah Wisnu
10
Malam Eleena
11
Kartu Wisnu
12
Kedekatan Arfin dan amarah Wisnu
13
Melinda menyukai Arfin?
14
Taman
15
Lumpur dan Eleena
16
Surat pemanggilan
17
Tentang masalah kemarin
18
Pertemuannya dengan seseorang
19
Kepercayaan Eleena
20
Kegundahan Arfin
21
Bertemu kembali
22
Bar
23
Malam bersama Arfin
24
Perjodohan?
25
Makan malam
26
Waktu bersamanya
27
Ide Rama
28
Arfin mundur
29
kecemburuan Putra Aksanta
30
Keisengan Wisnu
31
Kerjasama Rama
32
Drama makan malam
33
Tertangkap
34
Bantuan Eleena
35
Tidak asing
36
Malam hari di Kediaman Aksanta
37
Bunga untuk dia
38
Nomor Eleena
39
Perjodohan lagi
40
Menghindar
41
Panas
42
Kisah di kala hujan
43
Pacar Wisnu
44
Perjalanan kencan Putra Aksanta
45
Perjalanan kencan Putra Aksanta part 2
46
Sarapan di kediaman Aksanta
47
Kerikil dan Pertengkaran kecil
48
Waktu yang tak disengaja
49
Gadis itu baik
50
Sesuatu di Rooftop
51
Bujukan Arfin
52
Perjalanan ke rumah Eleena
53
Foto di nakas
54
Bunga untuk siapa?
55
Selalu Rama bukan Juna
56
Jangan bongkar identitasmu
57
Makan malam di kediaman Aksanta
58
Perlakuan romantis Putra Aksanta
59
Jepitan Eleena
60
Usulan
61
Obrolan bersama Arfin
62
Valentine
63
Kencan tanpa disengaja
64
Kencan tanpa disengaja part 2
65
Kencan tanpa disengaja part 3
66
Mengenal lebih dekat
67
Tentang Wisnu
68
Air mata di halte
69
Bersama di bar
70
Kemarahan Arjuna
71
Hujan hari ini
72
Pembicaraan bersama
73
Sakit
74
Kekhawatiran Eleena
75
Suatu Malam
76
Ungkapan perasaan Melinda
77
Undangan
78
Makan malam di kediaman Dirgantara
79
Ketidaksengajaan di makan malam
80
Cinta
81
Permintaan di bar
82
Dibohongi
83
Cinta menurut Sinta
84
Menghindar
85
Waktu bersama
86
Keributan hari ini
87
Kebingungan
88
Pertanyaan baru
89
Ketahuan
90
Ajakan ke mall
91
Mall hari ini
92
Kafe dan Arfin
93
Rumah Arfin
94
kebenaran Eleena
95
Terkejut
96
Eskrim dan Arfin
97
Pesona Putra Aksanta dan teman-temannya
98
Perseteruan
99
Menyesal
100
Today...
101
Let's break up
102
Rindu
103
Siapa itu?
104
Kecemasan
105
Eleena menghilang
106
Diculik
107
Semakin panik
108
Pencarian
109
Penyelamatan Eleena
110
Patah hati
111
Kebetulan
112
Acara Penting
113
Aksanta atau Agustama?
114
Satu persatu mulai terungkap
115
Rencana berujung Cinta
116
Pengakuan cinta
117
Perayaan patah hati
118
Fakta baru
119
Kesedihan Wisnu
120
Undangan Eleena
121
Ulang tahun Eleena
122
Air mata di ulang tahun
123
Malam keributan
124
Tragedi
125
Kritis
126
Penyesalan dan ancaman
127
Terungkapnya kebenaran
128
Penyakit
129
Lucu
130
Foto
131
Fakta Eleena
132
Kemarahan Sinta
133
Rumah Aksanta dan kegilaan di sana
134
Hari pertama di rumah Aksanta
135
Cinta Rama pada Sinta
136
Kebencian Sinta untuk Rama
137
Orang itu petunjuk
138
Perlakuan kasar Aksanta
139
Rumah Agustama
140
Semua itu rencana licik
141
Bar dan Rama
142
Setelah kebenaran itu
143
Perihal melepaskan
144
Berpisah
145
Ingin kembali berteman
146
Bebas
147
Tidak akan kembali bersama
148
Today with you
149
Perihal mengikhlaskan
150
Pesta Putra Aksanta
151
Semua yang terbaik
152
Will you marry me?
153
Gaun
154
Cincin dan Cinta
155
Janji suci pernikahan
156
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!