Laki-laki sombong

Mobil Lamborghini itu keluar dari pekarangan rumah besar. Wisnu yang sedang menyetir sembari mendengar lagu yang berjudul Car's Outside by James Arthur. Setelah sarapan dan berbincang-bincang sedikit dengan keluarganya Wisnu memutuskan untuk langsung berangkat menuju kampus. Biasanya kampus tempat yang sangat dihindari oleh Wisnu, tapi untuk saat ini entah apa yang membuat lelaki itu ingin buru-buru sampai ke kampus.

Mobil Wisnu berhenti tepat di sebelah mobil Lamborghini yang berwarna putih. Wisnu menghela napas berat, ia paling tidak suka dengan lampu merah, itu menghambat jalannya. Wisnu yang terus mengomel di dalam mobilnya sangat berbanding terbalik dengan Eleena yang tetap tenang di manapun ia berada. Sekedar informasi, Mobil mereka berdua bersebelahan, tapi mereka tidak sadar.

Saat lampu berubah hijau, Wisnu langsung menancap gasnya pergi dari sana, sedangkan Eleena tetap mengendarai mobil pada kecepatan yang ditentukan, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, sedang-sedang saja. Eleena penyuka hidup damai, ia tidak suka kalau harus ada keributan disekelilingnya.

"Gue cape banget di jalan." Wisnu memarkirkan mobilnya di parkiran kampus. Keluar dari mobil mewahnya, melepas kacamata hitam yang ia pakai dan itu berhasil memikat perhatian banyak orang di sana. Terutama para gadis, mata mereka tertuju pada Wisnu yang terlihat sangat tampan dan keren.

Namun lelaki itu tidak peduli dengan semua tatapan yang mengarah padanya, ia berjalan santai sambil matanya sesekali mencari keberadaan teman-temannya. Tetapi dering ponsel miliknya mengalihkan perhatian Wisnu.

Lelaki itu berdecak saat melihat siapa yang meneleponnya. Dengan sangat berat hati Wisnu menjawab panggilan masuk itu.

"Halo pa." Telepon dari ayahnya sangat membuat Wisnu muak.

"Jangan buat masalah di kampus Wisnu. Papa nggak mau harus datang ke kampus kamu lagi."

"Iya, iya," balas Wisnu malas.

"Kam—"

Tut.

Wisnu mematikan teleponnya secara sepihak, bahkan ketika papanya belum menyelesaikan perkataannya. Papa Wisnu hanya bisa menghela napas saja melihat tingkah anaknya yang satu ini. Mau bagaimana lagi memang begitu tabiat Wisnu, tidak bisa diperbaiki.

Wisnu yang angkuh dan keras kepala mungkin karena ia adalah cerminan dari ayahnya, Alrama Aksanta.

Mata Rama terfokus pada layar laptop yang menyala. Setiap hari pekerjaannya hanya datang ke kantor dan mengurus urusan perusahaan. Ingin rasanya ia beristirahat tapi Rama bahkan tidak bisa mengharapkan apapun dari anak semata wayangnya itu. Jika saja ia punya anak lagi, Rama sudah memastikan bahwa Wisnu tak ia anggap sebagai anak. Anak yang hanya menyusahkan dan selalu membuat malu nama keluarga, tapi yang diherankan banyak juga orang yang menyukai anak berandalnya itu. Hanya karena Wisnu tampan, banyak orang yang menyukainya padahal dia sudah membuat banyak kesalahan. Memang, goodlooking itu kunci dari segalanya.

Dari sekian banyak masalah yang dibuat Wisnu, Rama bangga ada satu hal baik yang menurun darinya pada anaknya. Yaitu ketampanan, ia memang tampan jadi tidak heran kalau anaknya juga tampan.

Tok tok

"Masuk."

Seorang pria berkemeja hitam, masuk ke ruangan Rama. Memberi hormat dan meminta izin pada atasannya untuk menyampaikan sesuatu.

"Pak, ada yang ingin menemui bapak," ucapnya.

"Siapa?"

"Tuan Arjuna Dirgantara, Pak." Aktivitas Rama yang sebelumnya terfokus pada laptonya, kini teralihkan. Telinganya lumayan sensitif ketika mendengar nama itu.

"Suruh masuk."

"Baik Pak." Pria itu menunduk, lalu keluar untuk menyuruh orang yang dimaksud untuk masuk ke dalam ruangan Rama.

"Selamat pagi pak Alrama Aksanta." Mata Rama langsung tertuju pada orang yang menyebut namanya, dia tersenyum, berdiri dari duduknya, menghampiri orang itu.

"Selamat pagi juga, selamat datang di perusahaan saya," sambut Rama dengan ramah. "Silahkan duduk." Orang itu mengangguk dan duduk di kursi bersama Rama yang duduk di sebelahnya.

"Ada hal apa yang membuat anda ingin menemui saya tuan Arjuna Dirgantara?" tanya Rama.

"Sebenarnya, hanya hal sepele, saya ingin mendengar langsung jawaban dari anda tentang kesepakatan kerjasama yang beberapa minggu lalu sudah kami kirimkan."

Raut wajah Rama seketika berubah. Dari sekian banyak topik, lelaki itu paling tidak menyukai topik ini.

"Maaf, tapi kami sudah sangat jelas mengirimkan jawaban kami. Bahwa saya tidak menerima kesepakatan kerjasama kalian." Rama sangat lantang mengatakan itu. "Sekarang, saya rasa anda bisa keluar dari sini." Rama berdiri, matanya tertuju pada pintu ruangan itu.

Arjuna yang merasa terhina oleh perlakuan Rama, menghampiri Rama yang kini telah duduk di kursi kerjanya.

"Tuan Alrama Aksanta, saya pikir anda telah melakukan kesalahan besar. Masalah keluarga anda seharusnya tidak menjadi halangan kesepakatan kerjasama kita," jelas Arjuna menatap Rama tajam.

"Itu kesalahan anda sendiri, kenapa anda memilih berhubungan dengan keluarga Agustama." Arjuna yang harga dirinya telah dijatuhkan oleh Rama, pergi keluar dari ruangan Rama. Dengan perasaan penuh amarah, pria paruh baya itu memasuki mobilnya.

"Sangat tidak profesional. Masalah mereka tidak pernah berakhir juga," geramnya, mengepalkan tangan. "Jalan pak." Mobil Arjuna melaju pergi dari kantor Rama. Rama melihat mobil Arjuna yang telah pergi dari kantornya melalui kaca di ruangannya.

"Seandainya saja dirimu tidak berhubungan dengan Sinta, semuanya akan baik-baik saja, Juna."

...****...

Eleena berdiri dari duduknya, mengambil ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Guys, gue pergi ya, nanti pulangnya telat," izin Eleena, melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB.

"Hati-hati ya lo, El!" Eleena mengangguk, lalu berjalan keluar dari cafe tempatnya berkumpul, bercerita, berbagi pengalaman, makan, berbagi pelajaran dan sedikit berfoto bersama teman-temannya.

Eleena, memeriksa kembali bagaimana kondisi riasannya di spion mobil, dan satu kata, kacau. Eleena menghela napas berat, ia terpaksa harus kembali ke dalam untuk masuk ke toilet.

"Mending gue pulang lama daripada harus jelek ke mana-mana," gumam gadis itu. Eleena melangkahkan kakinya masuk kembali ke dalam cafe, yang syukurnya tidak disadari oleh teman-teman Eleena, kalau mereka sadar mungkin sekarang dia akan malu.

Eleena masuk ke dalam toilet, mengeluarkan bedak, dan perlengkapan makeup dari dalam tas. Sambil sesekali melirik ke arah jam tangan, Eleena buru-buru untuk melakukan touch up.

"Selesai." Bisa dibilang ini salah satu kekuatan super Eleena, dia bisa ber-touch up dalam kurun waktu kurang dari 5 menit, mengesankan. Karena kebiasaan orang tua Eleena yang selalu menyuruh gadis itu untuk melakukan segala hal dengan cepat tanpa lambat, membuat Eleena menjadi orang yang cekatan.

Eleena kembali memasukkan barang-barang makeup nya kembali ke dalam tas. Gadis itu sedikit merapikan bajunya ya timbul kerutan. Menata sedikit rambutnya di cermin, dan langsung keluar dari sana.

Eleena masih berjalan menuju tempat ia memarkirkan mobilnya, di tengah perjalanan Eleena tidak sengaja berpapasan dengan Wisnu. Wisnu yang menatap lurus ke depan tanpa menghiraukan orang yang ada di sekelilingnya. Eleena yang berbaik hati, memberi lelaki itu senyuman tapi jangankan membalas, Wisnu bahkan tak melihat gadis itu sedetikpun.

Eleena terkejut, baru kali ini ada lelaki yang tidak membalas senyumannya. Bukan apa-apa, tapi kan kalau ada senyuman orang lain minimal harus dibalas bukan langsung pergi begitu saja.

"Sombong banget sih jadi orang. Awas aja gue ketemu lagi sama dia, nggak bakal gue senyumin, lihat aja," gerutu Eleena masuk ke dalam mobil. Eleena melajukan mobilnya keluar dari daerah cafe, masih dengan perasaan jengkel karena Wisnu tak membalas senyumannya.

Kita tidak ada yang pernah tahu bagaimana cara takdir berjalan. Jadi nantikan saja dengan penuh kesabaran.

Episodes
1 Putra Tunggal Aksanta
2 Gadis cantik di bar
3 Laki-laki sombong
4 Keributan kecil
5 Keluarga
6 Rencana Arfin
7 Lelaki itu lagi
8 Arfin Fano Alyas
9 Perintah Wisnu
10 Malam Eleena
11 Kartu Wisnu
12 Kedekatan Arfin dan amarah Wisnu
13 Melinda menyukai Arfin?
14 Taman
15 Lumpur dan Eleena
16 Surat pemanggilan
17 Tentang masalah kemarin
18 Pertemuannya dengan seseorang
19 Kepercayaan Eleena
20 Kegundahan Arfin
21 Bertemu kembali
22 Bar
23 Malam bersama Arfin
24 Perjodohan?
25 Makan malam
26 Waktu bersamanya
27 Ide Rama
28 Arfin mundur
29 kecemburuan Putra Aksanta
30 Keisengan Wisnu
31 Kerjasama Rama
32 Drama makan malam
33 Tertangkap
34 Bantuan Eleena
35 Tidak asing
36 Malam hari di Kediaman Aksanta
37 Bunga untuk dia
38 Nomor Eleena
39 Perjodohan lagi
40 Menghindar
41 Panas
42 Kisah di kala hujan
43 Pacar Wisnu
44 Perjalanan kencan Putra Aksanta
45 Perjalanan kencan Putra Aksanta part 2
46 Sarapan di kediaman Aksanta
47 Kerikil dan Pertengkaran kecil
48 Waktu yang tak disengaja
49 Gadis itu baik
50 Sesuatu di Rooftop
51 Bujukan Arfin
52 Perjalanan ke rumah Eleena
53 Foto di nakas
54 Bunga untuk siapa?
55 Selalu Rama bukan Juna
56 Jangan bongkar identitasmu
57 Makan malam di kediaman Aksanta
58 Perlakuan romantis Putra Aksanta
59 Jepitan Eleena
60 Usulan
61 Obrolan bersama Arfin
62 Valentine
63 Kencan tanpa disengaja
64 Kencan tanpa disengaja part 2
65 Kencan tanpa disengaja part 3
66 Mengenal lebih dekat
67 Tentang Wisnu
68 Air mata di halte
69 Bersama di bar
70 Kemarahan Arjuna
71 Hujan hari ini
72 Pembicaraan bersama
73 Sakit
74 Kekhawatiran Eleena
75 Suatu Malam
76 Ungkapan perasaan Melinda
77 Undangan
78 Makan malam di kediaman Dirgantara
79 Ketidaksengajaan di makan malam
80 Cinta
81 Permintaan di bar
82 Dibohongi
83 Cinta menurut Sinta
84 Menghindar
85 Waktu bersama
86 Keributan hari ini
87 Kebingungan
88 Pertanyaan baru
89 Ketahuan
90 Ajakan ke mall
91 Mall hari ini
92 Kafe dan Arfin
93 Rumah Arfin
94 kebenaran Eleena
95 Terkejut
96 Eskrim dan Arfin
97 Pesona Putra Aksanta dan teman-temannya
98 Perseteruan
99 Menyesal
100 Today...
101 Let's break up
102 Rindu
103 Siapa itu?
104 Kecemasan
105 Eleena menghilang
106 Diculik
107 Semakin panik
108 Pencarian
109 Penyelamatan Eleena
110 Patah hati
111 Kebetulan
112 Acara Penting
113 Aksanta atau Agustama?
114 Satu persatu mulai terungkap
115 Rencana berujung Cinta
116 Pengakuan cinta
117 Perayaan patah hati
118 Fakta baru
119 Kesedihan Wisnu
120 Undangan Eleena
121 Ulang tahun Eleena
122 Air mata di ulang tahun
123 Malam keributan
124 Tragedi
125 Kritis
126 Penyesalan dan ancaman
127 Terungkapnya kebenaran
128 Penyakit
129 Lucu
130 Foto
131 Fakta Eleena
132 Kemarahan Sinta
133 Rumah Aksanta dan kegilaan di sana
134 Hari pertama di rumah Aksanta
135 Cinta Rama pada Sinta
136 Kebencian Sinta untuk Rama
137 Orang itu petunjuk
138 Perlakuan kasar Aksanta
139 Rumah Agustama
140 Semua itu rencana licik
141 Bar dan Rama
142 Setelah kebenaran itu
143 Perihal melepaskan
144 Berpisah
145 Ingin kembali berteman
146 Bebas
147 Tidak akan kembali bersama
148 Today with you
149 Perihal mengikhlaskan
150 Pesta Putra Aksanta
151 Semua yang terbaik
152 Will you marry me?
153 Gaun
154 Cincin dan Cinta
155 Janji suci pernikahan
156 Epilog
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Putra Tunggal Aksanta
2
Gadis cantik di bar
3
Laki-laki sombong
4
Keributan kecil
5
Keluarga
6
Rencana Arfin
7
Lelaki itu lagi
8
Arfin Fano Alyas
9
Perintah Wisnu
10
Malam Eleena
11
Kartu Wisnu
12
Kedekatan Arfin dan amarah Wisnu
13
Melinda menyukai Arfin?
14
Taman
15
Lumpur dan Eleena
16
Surat pemanggilan
17
Tentang masalah kemarin
18
Pertemuannya dengan seseorang
19
Kepercayaan Eleena
20
Kegundahan Arfin
21
Bertemu kembali
22
Bar
23
Malam bersama Arfin
24
Perjodohan?
25
Makan malam
26
Waktu bersamanya
27
Ide Rama
28
Arfin mundur
29
kecemburuan Putra Aksanta
30
Keisengan Wisnu
31
Kerjasama Rama
32
Drama makan malam
33
Tertangkap
34
Bantuan Eleena
35
Tidak asing
36
Malam hari di Kediaman Aksanta
37
Bunga untuk dia
38
Nomor Eleena
39
Perjodohan lagi
40
Menghindar
41
Panas
42
Kisah di kala hujan
43
Pacar Wisnu
44
Perjalanan kencan Putra Aksanta
45
Perjalanan kencan Putra Aksanta part 2
46
Sarapan di kediaman Aksanta
47
Kerikil dan Pertengkaran kecil
48
Waktu yang tak disengaja
49
Gadis itu baik
50
Sesuatu di Rooftop
51
Bujukan Arfin
52
Perjalanan ke rumah Eleena
53
Foto di nakas
54
Bunga untuk siapa?
55
Selalu Rama bukan Juna
56
Jangan bongkar identitasmu
57
Makan malam di kediaman Aksanta
58
Perlakuan romantis Putra Aksanta
59
Jepitan Eleena
60
Usulan
61
Obrolan bersama Arfin
62
Valentine
63
Kencan tanpa disengaja
64
Kencan tanpa disengaja part 2
65
Kencan tanpa disengaja part 3
66
Mengenal lebih dekat
67
Tentang Wisnu
68
Air mata di halte
69
Bersama di bar
70
Kemarahan Arjuna
71
Hujan hari ini
72
Pembicaraan bersama
73
Sakit
74
Kekhawatiran Eleena
75
Suatu Malam
76
Ungkapan perasaan Melinda
77
Undangan
78
Makan malam di kediaman Dirgantara
79
Ketidaksengajaan di makan malam
80
Cinta
81
Permintaan di bar
82
Dibohongi
83
Cinta menurut Sinta
84
Menghindar
85
Waktu bersama
86
Keributan hari ini
87
Kebingungan
88
Pertanyaan baru
89
Ketahuan
90
Ajakan ke mall
91
Mall hari ini
92
Kafe dan Arfin
93
Rumah Arfin
94
kebenaran Eleena
95
Terkejut
96
Eskrim dan Arfin
97
Pesona Putra Aksanta dan teman-temannya
98
Perseteruan
99
Menyesal
100
Today...
101
Let's break up
102
Rindu
103
Siapa itu?
104
Kecemasan
105
Eleena menghilang
106
Diculik
107
Semakin panik
108
Pencarian
109
Penyelamatan Eleena
110
Patah hati
111
Kebetulan
112
Acara Penting
113
Aksanta atau Agustama?
114
Satu persatu mulai terungkap
115
Rencana berujung Cinta
116
Pengakuan cinta
117
Perayaan patah hati
118
Fakta baru
119
Kesedihan Wisnu
120
Undangan Eleena
121
Ulang tahun Eleena
122
Air mata di ulang tahun
123
Malam keributan
124
Tragedi
125
Kritis
126
Penyesalan dan ancaman
127
Terungkapnya kebenaran
128
Penyakit
129
Lucu
130
Foto
131
Fakta Eleena
132
Kemarahan Sinta
133
Rumah Aksanta dan kegilaan di sana
134
Hari pertama di rumah Aksanta
135
Cinta Rama pada Sinta
136
Kebencian Sinta untuk Rama
137
Orang itu petunjuk
138
Perlakuan kasar Aksanta
139
Rumah Agustama
140
Semua itu rencana licik
141
Bar dan Rama
142
Setelah kebenaran itu
143
Perihal melepaskan
144
Berpisah
145
Ingin kembali berteman
146
Bebas
147
Tidak akan kembali bersama
148
Today with you
149
Perihal mengikhlaskan
150
Pesta Putra Aksanta
151
Semua yang terbaik
152
Will you marry me?
153
Gaun
154
Cincin dan Cinta
155
Janji suci pernikahan
156
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!