“Ya ampun Runa parah sekali nilaimu ini padahal minggu depan sudah mulai ujian akhir. Minta tolong Ruha sana biar nilaimu membaik!”
Omel pak Wooyoung, wali kelasku yang sudah mulai lelah dengan nilaiku yang makin memburuk. Padahal aku sudah belajar hingga rasanya mau mati. Tapi hasilnya selalu seperti ini.
Ahn Runa
“Baik pak.”
Hanya jawaban itu yang kukatakan. Belum tentu realitanya akan kulakukan karena Ruha sendiri tidak ingin mengakrabkan dirinya padaku. Pasti dia sangat kesal jika aku meminta tolong padanya untuk mengajariku.
Malam harinya, saat aku sedang membaca beberapa materi di buku paketku tanpa kuduga Ruha mengetuk pintu kamarku. Kedua tangannya penuh karena membawa beberapa buku miliknya.
Kwon Ruha
“Kebodohan itu bisa menular. Aku akan mengajarimu supaya kebodohanmu itu tidak menulariku.”
Ucapannya sangat menyebalkan. Tapi aku tidak boleh membuang kesempatan berharga ini. Kapan lagi Kwon Ruha, si juara satu umum disekolah mau mengajariku yang notabene siswa peringkat 200 dari 300 siswa.
Ahn Runa
“Oh, masuklah.”
Sepanjang malam hingga dini hari, Ruha betah berada di kamarku. Mengoceh panjang lebar mengenai materi yang hanya secuil menyangkut dikepalaku.
Kwon Ruha
“Apa kau mengerti?”
Ahn Runa
“Eum, beberapa?”
Kwon Ruha
“Beberapa itu segimana? Yang jelas dong menjelaskan maksudmu itu.”
Kwon Ruha
“Apa saja yang sudah kau pahami?”
Aku menenggak saliva dan menunjuk beberapa halaman di buku dengan ragu.
Kwon Ruha
“Hanya itu? Astaga..”
Kwon Ruha
“Besok aku akan kemari lagi, dan seterusnya hingga kau memahami semuanya dalam waktu satu minggu ini.”
Ahn Runa
“Satu minggu?!”
Ahn Runa
“Semua pelajaran?!”
Kwon Ruha
“Ya. Kalau bisa maunya kubuat tiga hari saja.”
Ahn Runa
“Gila!”
Kwon Ruha
“Memang harus gila supaya kau tidak bodoh.”
Ruha membereskan semua bukunya dan beranjak kembali ke kamarnya.
Aku menghela napas panjang. Dari banyaknya materi, aku malah lebih banyak memperhatikan detail wajahnya ketimbang apa yang ia jelaskan. Matanya yang tajam, ujung hidungnya yang lancip seperti pahatan dokter bedah padahal asli, tulang rahangnya yang tegas, bibirnya merah alami, pipinya sedikit kemerahan seperti pakai blush on. Ia berkali-kali lipat terlihat lebih menarik saat dilihat dari dekat, terlebih lagi saat tengah mengajariku tadi.
Aku pun menemukan informasi lain tentangnya. Meskipun hanya sedikit yang kupahami, ia tetap mau mengajariku lagi meskipun alasannya lumayan kejam. Tetapi tak masalah. Yang lebih menjadi masalah adalah bagaimana caranya agar aku lebih fokus saat belajar dengannya dan mengendalikan degupan jantungku supaya tak terdengar olehnya.
Comments