Ruha dan aku merupakan teman sekelas semenjak dari SMP. Mungkin dia tidak menyadarinya karena dia orang yang tidak acuh dengan lingkungan sekitarnya.
Saat kami masih kelas tujuh SMP, hampir seluruh teman sekelasku menolak untuk memasukkanku ke dalam kelompok tugas prakarya karena aku bukanlah berasal dari keluarga berada dan dinggap akan menyulitkan jika dipinta biaya patungan. Pada waktu itu persaingan untuk menghasilkan karya yang terbaik tertunya akan mengocek biaya yang mahal dan itu hal yang sudah biasa karena tidak mau kalah saing dengan yang lain.
Ruha yang tidak pernah terlihat peduli malah menarikku ke dalam kelompoknya meskipun itu diwakili oleh temannya. Ia membujuk teman dikelompoknya. Jika mereka memasukkanku ke dalam kelompok, maka ia akan membayari semua kebutuhan tugas prakarya. Aku sangat berterimakasih padanya untuk itu. Kurasa sejak saat itulah tanpa sadar aku selalu memperhatikan Ruha, dan terus berlanjut hingga detik ini.
Ruha merupakan orang yang sangat tertutup dalam segala hal sehingga hanya segelintir informasi yang ku ketahui tentangnya, itupun berdasarkan pengamatan pribadi.
Dia selalu memakai headphone dan mendengarkan lagu kapan saja, semua barangnya rata-rata berwarna navy, menyukai karakter pororo, tidak suka keramaian dan cenderung menghindari keributan, roti melon dan susu cokelat adalah kombinasi makanan favoritnya, ia sangat antusias saat pelajaran matematika dan sangat lesu jika pelajaran olahraga, seringkali telat saat memasuki kelas seusai jam istirahat karena ia selalu menghabiskan waktunya untuk tidur di bangku panjang bawah pohon di taman sekolah. Menurutku itu masih tergolong informasi yang standar jika dibandingkan dengan lamanya enam tahun kami selalu berada di kelas yang sama.
Comments