[Akhir November, di Taman samping Sekolah
Ini Rara, dan kertas punya Ayah. Katanya, ini kertas ajaib? Nggak tau juga, sih.
Rara pengen deh kalo semua yang Rara alami selama ini cuman settingan aja. Rara pengen punya adik yang sopan sama Rara, Abim sopan dan baik, tapi dia nggak pernah manggil Rara dengan seharusnya. Apa susahnya, sih? Tambahin kata 'kak' di depan nama Rara?
Adam selalu baik, makin baik, tapi dia juga makin ngeselin. Kalo nggak ada Dista, Adam selalu ngeselin sama Rara. Kalo ada Dista, Adam kalem. Baik banget sama Rara dan nggak larang ini atau itu.
Tapi,
[tidak diselesaikan karena panggilan dari 'Awan']]
Di depan ruangan OSIS, Rara sudah dinantikan oleh tiga laki-laki yang menatapnya dengan sorot berbeda.
Marwan
Buku lo ketinggalan. Untung nggak dibawa si Puja buat bahan gangguin lo suatu saat ... nih!
Adam
Habis dari mana lo?
Eza
Dari gelagatnya aja kelihatan banget, Dam.
Rara
Apa maksud kamu, Eza?
Eza tersenyum miring.
Eza
Lo berusaha bolos rapat OSIS kali ini, kan?
Rara mengeraskan rahangnya. Dia tidak membalas ucapan Eza yang kelewat menyebalkan itu, lalu menatap Adam dan Marwan secara bergantian.
Rara
Rara ke ....
Di dalam hatinya, Rara menimbang keputusan; apakah dia harus memberitahukan kegiatan dia tadi kepada Adam dan Marwan di hadapan Eza?
Eza
Mau bolos, kan?
Rara
Kamu mendingan diem, deh!
Marwan
Lo keluar dari kelas buru-buru tadi, gua pikir lo mau ke ruang OSIS, tapi nggak ada. Lo kemana, Ra?
Eza
Kok lo perhatian banget sama si Rara sih, Wan?
Rara dan Marwan saling pandang.
Rara
Barusan Rara habis dari taman samping sekolah ... barusan ....
Comments